Bayi sering muntah sebenarnya tergolong wajar, apalagi jika usia bayi baru beberapa minggu. Hal ini karena perut bayi masih menyesuaikan diri dengan porsi ASI atau susu formula yang diminum. Meski begitu, masalah pencernaan bukan satu-satunya penyebab bayi sering muntah.
Muntah pada bayi biasanya akan membuat ia menjadi rewel dan sering menangis. Kondisi tersebut umumnya disebabkan oleh lambung bayi yang masih belum bisa menampung banyak makanan yang masuk. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa bayi sering muntah setelah selesai menyusu.
Berbagai Penyebab Bayi Sering Muntah
Selain karena kondisi lambung bayi yang belum bisa menampung banyak makanan, bayi sering muntah juga bisa disebabkan oleh kondisi lainnya, mulai dari yang wajar sampai yang harus diwaspadai. Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Makan atau minum terlalu banyak dan cepat
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ukuran lambung bayi yang masih kecil butuh penyesuaian dengan porsi susu atau makanan. Oleh karena itu, bayi perlu disendawakan agar makanan yang masuk bisa muat di perutnya. Selain itu, hindari memaksakan bayi makan terlalu banyak dan terlalu cepat agar ia tidak muntah.
2. Refleks muntah
Beberapa bayi memiliki refleks muntah yang sensitif. Ia akan cenderung memuntahkan obat-obatan atau makanan yang tidak dia sukai. Dalam kasus ini, bayi akan memuntahkan makanan sesaat setelah menelannya.
3. Penyakit asam lambung
Tak hanya dialami oleh orang dewasa, penyakit asam lambung juga bisa diderita bayi. Penyakit asam lambung pada bayi terjadi karena lingkaran otot antara kerongkongan dan lambungnya masih berkembang.
Penyakit ini dapat menyebabkan makanan dari lambung kembali naik ke kerongkongan dan membuatnya cegukan. Terkadang, makanan yang kembali ke kerongkongan masuk sedikit ke tenggorokan sehingga bayi sering muntah disertai dengan batuk-batuk.
4. Gangguan pencernaan
Bayi sering muntah secara tiba-tiba yang disertai dengan diare bisa menandakan adanya gangguan pencernaan gastroenteritis. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh infeksi virus, tetapi terkadang terjadi karena infeksi bakteri dan parasit.
5. Alergi terhadap susu atau makanan
Bila bayi sering muntah terutama setelah disusui, Bunda perlu waspada kalau Si Kecil mengalami alergi protein, baik protein yang terdapat dalam ASI maupun susu formula. Kondisi ini muncul karena sistem kekebalan tubuh bayi bereaksi berlebihan terhadap protein di dalam susu yang diminumnya.
Jika Bunda mencurigai Si Kecil mengalami alergi susu, jangan ragu berkonsultasi kepada dokter anak untuk mengetahui susu pengganti yang sesuai.
6. Intoleransi susu atau makanan
Intoleransi susu juga bisa menjadi penyebab bayi sering muntah. Kondisi ini terjadi karena bayi sulit mencerna laktosa yang terdapat pada susu sapi. Pasalnya, bayi tidak memiliki enzim pencernaan yang cukup untuk mencerna laktosa.
Intoleransi susu memiliki gejala yang mirip dengan alergi susu, sehingga kedua kondisi tersebut sulit dibedakan.
7. Stenosis pilorus
Stenosis pilorus disebabkan oleh penebalan otot pengontrol katup yang mengarah dari lambung ke usus. Hal ini membuat makanan dan susu tidak dapat mengalir ke usus, sehingga tetap tertahan di lambung atau malah naik ke kerongkongan.
Stenosis pilorus biasanya terjadi dalam waktu 30 menit setelah makan. Kondisi ini umumnya dialami oleh bayi berusia sekitar 6 minggu, tetapi juga bisa terjadi kapan saja sebelum usianya mencapai 3 bulan.
Karena dapat menyebabkan masalah kesehatan lain, seperti dehidrasi dan kekurangan gizi, kondisi ini membutuhkan penanganan dokter sesegera mungkin.
8. Penyakit serius
Bayi sering muntah, apalagi sehabis disusui, memang merupakan hal yang wajar. Namun, bukan berarti Bunda dan Ayah boleh mengabaikannya karena muntah juga bisa menjadi gejala meningitis, infeksi saluran kemih, atau usus buntu.
Bunda perlu waspada jika bayi sering muntah disertai dengan demam, lemas, tidak mau minum, atau sesak napas.
Cara Mengatasi Bayi Sering Muntah
Bayi sering muntah, terutama setelah makan atau menyusui, cukup diatasi dengan membantunya bersendawa. Untuk melakukannya, Bunda bisa menggendong Si Kecil dalam sekitar 30 menit setelah ia makan.
Pastikan Si Kecil berada dalam posisi tegak ketika digendong, sehingga dagunya bersandar pada bahu Bunda. Topang kepala Si Kecil dengan salah satu tangan Bunda, sedangkan tangan Bunda yang lain menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut.
Selain menggendong Si Kecil, Bunda juga bisa melakukan metode di bawah ini, sesuai dengan penyebab bayi sering muntah:
- Suapi Si Kecil dengan makanan secara perlahan, bila sudah mulai MPASI.
- Jika Si Kecil muntah disertai diare, gantikan cairan yang hilang dengan memberikannya oralit. Namun, pemberian oralit ini sebaiknya atas instruksi dokter. Sebelum berkonsultasi dengan dokter, susui Si Kecil seperti biasa.
- Apabila bayi sering muntah setelah diberi susu formula, ganti susu tersebut dengan susu formula dari kacang kedelai (susu soya) atau susu formula khusus yang tidak mengandung laktosa. Namun, susu soya sebaiknya tidak diberikan kepada bayi berusia kurang dari 6 bulan atau tanpa pengawasan dokter.
- Jika Si Kecil didiagnosis menderita stenosis pilorus, kondisi ini dapat diatasi dengan tindakan operasi.
Ada beberapa kondisi yang harus diwaspadai pada kasus bayi sering muntah, seperti muntah darah, muntah berwarna kuning atau hijau, muntah disertai batuk-batuk atau tersedak, muntah disertai demam tinggi, dan muntah terjadi terus-menerus selama 24 jam.
Bila Si Kecil mengalami salah satu dari kondisi di atas, sebaiknya segera bawa ke IGD terdekat. Bunda juga sebaiknya segera memeriksakan Si Kecil ke dokter, jika berat badannya tidak naik atau justru turun akibat bayi sering muntah.