Pasif, tapi kok agresif? Kedua bentuk komunikasi ini bertolak belakang sih, tetapi bisa tergabung menjadi satu perilaku, lho. Perilaku pasif-agresif mungkin masih terdengar asing di telinga, ya. Namun sebenarnya, sikap ini cukup umum ditemui, bahkan mungkin kamu juga pernah melakukannya.
Perilaku pasif-agresif adalah cara seseorang untuk mengekspresikan perasaan negatif, seperti marah dan kecewa, secara tersirat atau tidak langsung. Perilaku ini bukan termasuk ke dalam gangguan mental, namun bisa menjadi gejala penyakit mental tertentu.
Pasif-agresif bisa dilakukan secara sadar atau tidak dan bentuknya pun juga bisa berupa perkataan atau perbuatan. Ini bisa terjadi pada lingkungan keluarga, pertemanan, pasangan, atau pekerjaan.
Ciri-Ciri Perilaku Pasif-Agresif
Meski cukup umum terjadi, tetapi perilaku ini tidak mudah dikenali begitu saja, lho. Orang yang melakukan pasif-agresif awalnya akan berkata bahwa mereka tidak keberatan dan baik-baik saja. Mereka juga biasanya menutup percakapan topik itu dengan cepat, jadi tidak mau membahasnya terlalu lama.
Nah, setelahnya, mereka justru mengungkapkan emosi negatif dengan cara lain yang menjengkelkan. Tindakan atau perilaku yang mereka lakukan bahkan bisa memicu perdebatan dan rusaknya hubungan.
Beberapa ciri-ciri yang bisa dikenali dari perilaku pasif-agresif meliputi:
- Menunda-nunda pekerjaan dan membuat kesalahan dengan sengaja
- Menentang instruksi dari orang lain, tetapi masih melakukan apa yang diperintahkan
- Menunjukkan ketidaksukaan atas permintaan orang lain
- Bersikap sarkastik dan argumentatif
- Berperilaku sinis dan keras kepala
- Sering cemberut atau diam sajam (stonewalling)
- Mengeluh karena merasa tidak dihargai atau ditipu
- Melakukan kritik atau keluhan di media sosial yang mengarah pada satu lingkungan atau orang
Contohnya seperti ini, seseorang terlihat setuju dengan satu hal di sebuah forum, namun sebenernya dia tidak suka atau tidak setuju. Nah, ia akan mengeskpresikan ketidaksetujuannya dengan tidak mengerjakan tugasnya, membuat suara keluhan setelah rapat, atau selalu terlambat saat ada pertemuan.
Contoh lainnya, kakak dan adik sedang belajar di ruangan yang sama, kemudian kakak memberikan ucapan yang tidak disukai Si Adik. Alih-alih memberi tahu Si Kakak bahwa ia tidak suka, Si Adik malah menyalakan musik dengan suara keras untuk mengganggu Si Kakak.
Sikap ini juga bisa dilakukan lewat dunia maya, lho. Misalnya, seseorang kesal terhadap temannya yang belum bayar hutang. Alih-alih menegurnya secara langsung, ia justru membuat postingan di media sosial yang menyindir untuk melampiaskan amarahnya.
Penyebab Perilaku Pasif-Agresif
Ada beberapa faktor yang bisa membuat seseorang berperilaku pasif-agresif, yaitu:
1. Pola asuh
Seseorang bisa berperilaku pasif-agresif diyakini karena hasil pola asuh, seperti pola asuh helikopter, yang tidak mendorong anak untuk mengekspresikan perasaannya secara terbuka. Ini yang membuat seseorang meluapkan emosi negatifnya dengan cara yang pasif.
2. Ketakutan akan penolakan
Mendapat pelecehan atau diabaikan semasa kecil dapat membuat seseorang tumbuh menjadi individu yang takut ditolak dan suka membuat orang lain senang dengan tujuan untuk melindungi dirinya sendiri.
Jadi, karena tidak ingin diabaikan, akhirnya mereka mengikuti apa pun yang dikatakan orang lain agar tidak ditolak. Jika mereka tidak setuju, mereka akan melampiaskan emosinya pada perilaku yang pasif.
3. Menghindari konflik
Mungkin tidak sedikit ya orang yang berusaha menghindari konflik demi menjaga hubungan baik dengan orang lain. Nah, orang yang seperti ini biasanya sering menyembunyikan emosi negatifnya dan berperilaku pasif-agresif.
4. Kesulitan mengekspresikan emosi
Tidak semua orang bisa mengekspresikan atau bahkan mengenali emosinya sendiri, terutama emosi negatif. Orang-orang seperti ini pun umumnya akan berperilaku pasif-agresif.
Selain keempat penyebab di atas, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan beberapa penyakit mental juga bisa menimbulkan gejala perilaku pasif-agresif. Penyakit mental tersebut meliputi gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan bipolar, ADHD, atau depresi.
Nah, setelah mengetahui informasi di atas, apakah kamu termasuk dalam orang yang berperilaku pasif-agresif? Jika jawabannya iya, cobalah perlahan-lahan kelola caramu bersikap dengan orang lain, ya.
Caranya, kenali perasaan dan kebutuhanmu sendiri terlebih dahulu. Kemudian, berlatihlah mengekspresikan diri sendiri, misalnya mempelajari sikap asertif dan belajarlah tentang pengelolaan konflik. Semua ini mungkin akan membutuhkan banyak waktu, tetapi kamu jangan menyerah dan patah semangat, ya.
Jika perilaku pasif-agresif sudah merusak hubunganmu dengan banyak orang atau sampai menurunkan kualitas hidupmu, sebaiknya konsultasikan dengan psikolog atau psikiater untuk mendapatkan saran terbaik agar bisa keluar dari masalah ini.