Zat besi adalah suplemen mineral yang bermanfaat untuk mencegah dan mengatasi anemia defisiensi besi. Mineral ini berperan penting dalam pembentukan hemoglobin, yaitu bagian dari sel darah merah yang bertugas mengantarkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
Saat tubuh mengalami kekurangan zat besi, pembentukan hemoglobin akan terhambat dan bisa terjadi anemia defisiensi besi. Beberapa keluhan yang bisa timbul saat seseorang mengalami anemia defisiensi besi adalah lemah, letih, lesu, kulit pucat, sesak napas, pusing, sakit kepala, dan denyut jantung meningkat.
Kebutuhan akan zat besi bisa didapat dari beberapa jenis makanan, seperti kacang-kacangan, daging merah tanpa lemak, hati ayam atau sapi, ikan, tahu dan tempe, buah segar maupun kering, serta sayuran hijau berdaun gelap, seperti bayam.
Suplemen zat besi dapat diberikan bila asupan zat besi dari makanan dirasa kurang atau bila kebutuhan tubuh terhadap mineral ini meningkat. Penggunaan suplemen zat besi ditujukan bagi ibu hamil dan menyusui, anak-anak, wanita yang sedang menstruasi, orang yang rutin donor darah, atau penderita sindrom malabsorbsi.
Merek dagang zat besi: Blackmores Koalakids Multi Chewables, Hemafort, Hemobion, Hufabion, Omegavit, Maltofer, Novabion, Redoxon Fortimun, Sakatonik Liver, Sangobion, Selferro, Siobion, Sangotonik FE drops, Tonikum Bayer, Taburia, Zamel
Apa Itu Zat Besi
Golongan | Obat bebas |
Kategori | Suplemen mineral |
Manfaat | Mencegah dan mengobati anemia defisiensi besi |
Digunakan oleh | Dewasa, anak-anak dan lansia |
Zat besi untuk ibu hamil dan menyusui | Kategori N: Belum dikategorikan. |
Zat besi aman dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui. Namun, konsumsi suplemen zat besi dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek samping. | |
Bentuk obat | Kapsul, kapsul lunak, kaplet, tablet, tablet kunyah, tablet effervescent, serbuk, sirup |
Peringatan Sebelum Mengonsumsi Zat Besi
Ada hal- hal yang harus Anda perhatikan sebelum mengonsumsi suplemen zat besi, di antaranya:
- Jangan mengonsumsi suplemen zat besi jika Anda alergi terhadap suplemen ini.
- Beri tahu dokter jika Anda menderita hemokromatosis. Suplemen zat besi tidak boleh digunakan oleh pasien dengan kondisi tersebut.
- Beri tahu dokter jika Anda menderita anemia. Suplemen zat besi tidak boleh diberikan kepada pasien yang menderita anemia hemolitik.
- Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan suplemen zat besi jika Anda pernah atau sedang menderita kelainan darah atau penyakit pada saluran pencernaan, seperti tukak lambung, radang lambung, atau radang usus.
- Diskusikan dengan dokter perihal penggunaan suplemen zat besi jika Anda rutin menjalani transfusi darah.
- Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan suplemen zat besi pada anak-anak, karena kelompok usia ini lebih berisiko mengalami kelebihan zat besi.
- Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan suplemen zat besi jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
- Konsultasikan dengan dokter jika Anda berencana menggunakan suplemen zat besi bersama suplemen lain, produk herbal, atau obat-obatan tertentu.
- Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau overdosis setelah menggunakan suplemen zat besi.
Dosis dan Aturan Pakai Zat Besi
Berikut ini adalah dosis suplemen zat besi untuk mencegah dan mengobati anemia defisiensi besi:
Tujuan: Pengobatan anemia defisiensi besi
- Dewasa: 65–200 mg, 2–3 kali sehari.
- Anak-anak: 3–6 mg/kgBB, 3 kali sehari. Dosis maksimal 200 mg tiap hari. Dosis maksimal adalah 200 mg tiap hari.
- Lansia: 15–50 mg tiap hari.
Tujuan: Pencegahan anemia defisiensi besi
- Dewasa: 65 mg tiap hari.
- Bayi usia ≥4 bulan: 1 mg/kgBB tiap hari.
- Anak usia ≥6 bulan – <2 tahun: 10–12,5 mg tiap hari selama 3 bulan berturut-turut.
- Anak usia 2 – <5 tahun: 30 mg tiap hari selama 3 bulan berturut-turut.
- Anak usia ≥5 tahun: 30–60 mg setiap hari selama 3 bulan berturut-turut.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) Zat Besi
Kebutuhan zat besi harian bisa dipenuhi dari makanan, suplemen, atau gabungan dari keduanya. Berikut ini adalah angka kecukupan gizi (AKG) zat besi per hari berdasarkan usia dan jenis kelamin:
- Bayi usia 0–5 bulan: 0,3 mg per hari
- Anak usia 6–11 bulan: 11 mg per hari
- Anak usia 1–3 tahun: 7 mg per hari
- Anak usia 4–6 tahun: 10 mg per hari
- Anak usia 7–9 tahun: 10 mg per hari
- Anak laki-laki usia 10–12 tahun: 8 mg per hari
- Anak perempuan usia 10–12 tahun: 8 mg per hari
- Anak laki-laki usia 13–18 tahun: 11 mg per hari
- Anak perempuan usia 13–18 tahun: 15 mg per hari
- Laki-laki usia 19 tahun ke atas: 9 mg per hari
- Pria usia 19–49 tahun: 18 mg per hari
- Wanita usia 51 tahun ke atas: 8 mg per hari
- Ibu hamil: 27 mg per hari
- Ibu menyusui: 9–10 mg per hari
Cara Mengonsumsi Suplemen Zat Besi dengan Benar
Suplemen vitamin dan mineral dikonsumsi untuk melengkapi asupan vitamin dan mineral, terutama ketika asupan nutrisi dari makanan tidak cukup. Perlu diingat bahwa suplemen hanya sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti nutrisi dari makanan.
Ikuti anjuran dokter dan baca aturan pakai yang tertera pada kemasan suplemen. Jangan menambah dosis tanpa persetujuan dokter.
Suplemen zat besi sebaiknya dikonsumsi saat perut kosong, setidaknya 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Telan tablet, kaplet, kapsul atau kapsul lunak dengan bantuan air putih. Untuk zat besi dalam bentuk tablet kunyah, Anda bisa mengunyahnya terlebih dahulu sebelum ditelan.
Untuk zat besi dalam bentuk tablet effervescent dan serbuk, larutkan terlebih dahulu ke dalam segelas air sebelum dikonsumsi. Suplemen zat besi bentuk sirup perlu dikocok terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Gunakan sendok takar yang tersedia pada kemasan suplemen agar dosisnya tepat.
Simpan suplemen zat besi dalam wadah tertutup di tempat yang kering, bersuhu ruangan, dan terhindar dari panas atau paparan sinar matahari langsung. Jauhkan suplemen ini dari jangkauan anak-anak.
Interaksi Suplemen Zat Besi dengan Obat Lain
Penggunaan zat besi bersama dengan obat lain bisa menimbulkan efek interaksi antarobat. Beberapa efek interaksi obat yang dapat timbul adalah:
- Penurunan efektivitas bifosfonat, levodopa, levothyroxine, metildopa, atau mycophenolate mofetil, antibiotik golongan tetracycline atau quinolone
- Penurunan kadar obat antivirus untuk HIV/AIDS, seperti dolutegravir
- Penurunan kadar zat besi jika digunakan bersama kloramfenikol atau cholestyramine
- Penurunan efektivitas zat besi jika digunakan bersama lansoprazole, vitamin E, atau antasida yang mengandung zinc atau magnesium
Selain obat-obat di atas, hindari mengonsumsi suplemen zat besi bersama dengan makanan atau minuman tertentu, seperti susu dan produk olahannya, roti gandum, sereal, teh, dan kopi. Hal ini karena makanan dan minuman tersebut dapat mengurangi penyerapan zat besi oleh tubuh.
Efek Samping dan Bahaya Zat besi
Jika dikonsumsi sesuai aturan pakai, suplemen zat besi jarang menyebabkan efek samping. Namun, pada beberapa orang, konsumsi suplemen zat besi bisa menimbulkan efek samping, seperti sembelit atau malah diare, mual, muntah, mulut terasa pahit, BAB berwarna hitam, atau sakit perut.
Hentikan penggunaan obat dan periksakan diri ke dokter jika keluhan tersebut tidak kunjung mereda atau makin berat. Segera cari pertolongan medis jika mengalami reaksi alergi, seperti ruam gatal, bengkak di mata maupun bibir, atau sulit bernapas setelah mengonsumsi zat besi.