Biopsi ginjal adalah prosedur untuk mengambil sampel jaringan ginjal. Prosedur ini bisa dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti mendeteksi masalah pada ginjal, memeriksa kondisi ginjal, serta memantau efektivitas pengobatan untuk penyakit ginjal.
Ginjal adalah sepasang organ yang memiliki fungsi penting untuk menyaring dan membuang zat sisa, mineral, cairan, dan racun dari dalam tubuh melalui air seni (urine).
Ketika terjadi gangguan pada ginjal, beragam komplikasi dapat muncul, mulai dari penumpukan limbah di dalam tubuh hingga kerusakan sistem saraf pusat. Guna mencari tahu penyebab gangguan pada ginjal sekaligus menentukan penanganan yang tepat, salah satunya bisa dilakukan dengan biopsi ginjal.
Biopsi ginjal adalah prosedur pengambilan sampel jaringan ginjal untuk kemudian dianalisis dengan mikroskop. Melalui sampel jaringan ini, dokter dapat mengetahui kondisi ginjal pasien. Selain untuk keperluan diagnosis, biopsi ginjal juga dapat digunakan untuk mengevaluasi pengobatan pada ginjal.
Jenis Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode biopsi perkutan, biopsi terbuka, atau biopsi dengan laparoskopi. Metode yang digunakan akan disesuaikan dengan kondisi pasien serta keputusan pasien itu sendiri.
Berikut ini adalah metode-metode biopsi ginjal beserta penjelasannya:
Biopsi perkutan
Metode ini adalah metode yang paling sering digunakan untuk mengambil sampel jaringan ginjal. Biopsi perkutan dilakukan dengan memasukkan jarum melalui permukaan kulit di atas ginjal. Pada prosesnya, USG atau CT scan digunakan untuk membantu dokter mengarahkan jarum ke area tertentu di ginjal.
Biopsi terbuka
Metode ini biasanya menjadi pilihan bagi pasien yang tidak berhasil melakukan biopsi perkutan atau yang membutuhkan sampel jaringan lebih banyak. Biopsi terbuka dilakukan dengan membuat sayatan pada kulit hingga ginjal bisa diakses secara langsung untuk diambil jaringannya.
Biopsi dengan laparoskopi
Biopsi dengan laparoskopi dilakukan dengan membuat sayatan kecil pada kulit di dekat area ginjal. Melalui sayatan ini, dokter akan memasukkan laparoskop, yaitu alat berbentuk tabung kecil berkamera.
Biopsi ini dapat menjadi pilihan bagi pasien yang memiliki gangguan pembekuan darah atau hanya memiliki satu ginjal yang berfungsi.
Indikasi Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal umumnya digunakan untuk mendiagnosis sindrom nefrotik, sindrom nefritik akut, atau gagal ginjal akut yang tidak jelas penyebabnya. Namun, biopsi ginjal juga bisa dilakukan pada seseorang yang memiliki kondisi-kondisi sebagai berikut:
- Mengalami hematuria atau kencing berdarah
- Mengalami albuminuria atau proteinuria, yaitu kondisi ketika diketahui terdapat protein yang berlebihan di dalam urine
- Memiliki masalah pada fungsi ginjal, yang menyebabkan penumpukan zat sisa dalam darah
- Telah menjalani transplantasi ginjal yang hasilnya tidak bekerja dengan baik
Beberapa tujuan dilakukannya biopsi ginjal adalah:
- Mendiagnosis penyakit atau kondisi yang melibatkan ginjal, serta yang tidak dapat teridentifikasi dengan tes darah atau tes urine
- Merencanakan pengobatan untuk penyakit atau kondisi yang melibatkan ginjal
- Menentukan stadium atau perkembangan penyakit ginjal
- Memantau efektivitas pengobatan untuk penyakit ginjal
- Memantau kondisi lanjutan setelah transplantasi ginjal atau mencari tahu penyebab ginjal hasil transplantasi tidak bekerja dengan baik
Peringatan Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal harus dilakukan sesuai indikasi atau sesuai pertimbangan dan saran dokter. Untuk menjalani biopsi ginjal, pasien harus memberi tahu kondisi kesehatannya secara lengkap supaya risiko terjadinya komplikasi bisa dikurangi. Pasien juga perlu menjalani beberapa pemeriksaan sebelum biopsi dilakukan.
Biopsi ginjal kemungkinan akan ditunda atau bahkan dibatalkan jika dari pertimbangan dokter atau pemeriksaan ditemukan kondisi di bawah ini:
- Gangguan sistem kekebalan tubuh, multiple sclerosis, atau kondisi lain yang dapat menyebabkan perdarahan sulit untuk dikontrol
- Hipertensi berat, yang tidak dapat dikontrol dengan obat antihipertensi
- Infeksi ginjal
- Infeksi kulit di area biopsi
- Polycystic kidney disease (PKD)
Selain kondisi-kondisi di atas, dokter juga tidak merekomendasikan biopsi ginjal pada pasien yang memiliki penyakit ginjal kronis stadium akhir, hanya memiliki satu ginjal yang berfungsi, memiliki kelainan bentuk pada ginjal, atau menderita pembengkakan ginjal akibat penumpukan urine (hidronefrosis).
Selama prosedur biopsi ginjal, dokter dapat melakukan beberapa tindakan tambahan, seperti transfusi darah atau tindakan bedah untuk memperbaiki pembuluh darah yang rusak. Namun, hal ini jarang terjadi.
Sebelum Biopsi Ginjal
Sebelum menjalani biopsi ginjal, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasien mengenai keluhan yang dialami, riwayat penyakit yang pernah diderita, obat-obatan yang digunakan, serta riwayat alergi terhadap obat bius, lateks, atau obat lainnya.
Jika pasien sedang menggunakan pengencer darah, seperti aspirin, dokter akan meminta pasien untuk berhenti menggunakan obat tersebut.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan pasien dalam keadaan sehat. Dokter juga akan melakukan tes darah atau tes urine untuk memastikan pasien tidak sedang mengalami infeksi atau kondisi lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi.
Meski kehamilan bukan termasuk kontraindikasi, pasien yang sedang hamil tetap perlu memberi tahu dokter, sehingga dokter dapat mempertimbangkan lebih lanjut apakah kondisi ibu dan janin aman untuk menjalani biopsi ginjal.
Bagi pasien yang menjalani biopsi ginjal dengan metode biopsi terbuka atau laparoskopi, dokter akan meminta pasien untuk berpuasa 8 jam sebelum prosedur dilakukan. Selain itu, jika pasien merasa takut pada saat melakukan prosedur, dokter dapat memberikan obat penenang.
Prosedur Biopsi Ginjal
Masing-masing metode biopsi ginjal memiliki tahapan prosedur yang berbeda. Penjelasan lengkapnya sebagai berikut:
Prosedur biopsi perkutan
Pada biopsi perkutan, jaringan ginjal diambil menggunakan jarum yang dimasukkan melalui kulit yang paling dekat dengan ginjal. Untuk mengarahkan jarum, dokter akan menggunakan bantuan USG atau CT scan.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dokter ginjal dalam metode biopsi perkutan:
- Dokter akan mengidentifikasi area yang akan dimasukkan jarum dengan bantuan USG atau CT scan.
- Dokter akan membersihkan area kulit yang telah ditentukan, lalu memberikan anestesi lokal agar pasien tidak merasakan sakit pada saat jarum ditusukkan.
- Dokter akan membuat sayatan kecil di permukaan kulit sebagai akses masuknya jarum.
- Setelah jarum masuk, pasien akan diminta untuk menarik napas dalam-dalam agar dokter dapat mengambil sampel jaringan.
- Dokter dapat melakukan penusukkan jarum beberapa kali hingga sampel jaringan ginjal yang diperlukan cukup.
- Jika sampel jaringan sudah didapatkan, dokter akan melepaskan jarum lalu menekan area tersebut untuk menghentikan perdarahan.
- Dokter akan memasang perban pada area biopsi.
Prosedur biopsi terbuka
Biopsi terbuka dilakukan dengan membuat sayatan yang cukup besar pada kulit di dekat ginjal. Prosedur ini membutuhkan anestesi umum (bius total), sehingga pasien akan tertidur dan tidak merasakan sakit saat prosedur berlangsung.
Setelah obat bius bekerja, dokter akan melakukan biopsi terbuka dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Dokter akan membuat sayatan untuk mengakses ginjal secara langsung.
- Setelah ginjal terlihat, dokter akan menentukan bagian ginjal yang akan diambil sampel jaringannya.
- Dokter akan mengambil sampel tersebut, kemudian memasukkannya ke dalam tabung kecil.
- Setelah sampel diambil, dokter akan menutup sayatan dengan jahitan.
Prosedur biopsi dengan laparoskopi
Biopsi dengan laparoskopi dilakukan menggunakan alat khusus berupa tabung berkamera yang disebut laparoskop. Dokter akan membuat sayatan kecil di kulit untuk menjadi akses masuk alat tersebut. Seperti biopsi terbuka, biopsi dengan laparoskopi juga membutuhkan anestesi umum (bius total).
Berikut ini adalah langkah-langkah biopsi dengan laparoskopi:
- Dokter akan membuat sayatan kecil di area perut atau punggung untuk memasukkan laparoskop.
- Setelah laparoskop masuk, dokter akan menyalurkan gas agar rongga perut menggembung, sehingga ginjal terlihat lebih jelas melalui monitor.
- Dokter akan memasukkan alat pemotong untuk mengambil sampel jaringan.
- Setelah sampel jaringan ginjal diambil, dokter akan mengeluarkan laparoskop dan alat pemotong, kemudian mengeluarkan gas.
- Usai peralatan biopsi dan gas dikeluarkan, dokter akan menutup sayatan dengan jahitan.
Setelah Biopsi Ginjal
Setelah menjalani prosedur biopsi ginjal, pasien akan dibawa ke ruang perawatan untuk beristirahat dan menurunkan efek anestesi, kira-kira selama 4–6 jam. Dokter akan memantau tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan pernapasan pasien.
Umumnya, pasien dapat diperbolehkan untuk pulang pada hari yang sama. Akan tetapi, pasien terlebih dahulu harus menjalani tes urine dan tes darah untuk memastikan ada tidaknya perdarahan atau komplikasi lainnya.
Usai biopsi, urine pasien biasanya memang akan mengandung sedikit darah. Hal ini normal. Namun, jika perdarahan terlalu banyak, pasien perlu segera memberi tahu dokter agar bisa secepatnya diberikan penanganan.
Meski sudah diperbolehkan pulang, pasien tetap perlu beristirahat total selama 1–2 hari. Pasien juga dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas berat terlebih dahulu, seperti mengangkat beban berat, setidaknya selama 2 minggu setelah operasi.
Risiko Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal umumnya aman dilakukan. Meski demikian, bukan berarti prosedur ini tidak memiliki risiko sama sekali. Berikut ini adalah beberapa risiko yang dapat terjadi setelah menjalani biopsi ginjal:
- Perdarahan, kemerahan, serta bengkak di area biopsi
- Infeksi di area biopsi
- Kencing berdarah
- Rasa nyeri di area biopsi
- Fistula arteriovenosa, yaitu terbentuknya sambungan abnormal di antara dua pembuluh darah yang dapat terjadi akibat cedera dari jarum biopsi
- Hematoma
Segera hubungi dokter jika Anda mengalami gejala berikut ini setelah biopsi ginjal:
- Tidak bisa buang air kecil, tetapi terus merasa ingin buang air kecil
- Merasa sakit atau panas saat buang air kecil
- Urine berwarna merah tua atau cokelat
- Perban yang membalut area biopsi basah dengan darah atau nanah
- Demam
- Merasa lemas