Mungkin banyak orang mengira bahwa depresi pascapersalinan hanya dialami ibu yang baru saja melahirkan. Padahal, kondisi ini bisa jadi baru dirasakan berbulan-bulan bahkan hingga setahun setelah bayi sudah bertambah besar. Apakah Bunda merasa mengalaminya?
Si Kecil sudah berusia setahun, tetapi Bunda sering merasa lelah dan tidak semangat? Ambil waktu untuk mencermati kondisi ini lebih dalam, yuk. Mungkin saja kelelahan yang Bunda rasakan adalah gejala depresi pascapersalinan yang datang lebih lambat.
Depresi yang Muncul Berbulan-bulan Setelah Bayi Lahir
Depresi pascapersalinan merupakan kondisi yang biasanya dialami ibu beberapa saat setelah bayi lahir. Namun, depresi ini juga bisa baru muncul beberapa lama setelahnya, bahkan setelah anak sudah berusia lebih dari setahun.
Beberapa ibu juga mengaku baru mengalami beragam gejala yang mengarah ke depresi postpartum, setelah menyapih dan berhenti menyusui anak.
Penyebab pasti depresi setelah melahirkan ini belum diketahui. Namun, kondisi ini lebih berisiko terjadi pada ibu yang kurang tidur, sulit beradaptasi dengan kehadiran bayi, ASI yang belum keluar, atau menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.
Selain itu, risiko terjadinya depresi setelah melahirkan juga bisa meningkat pada ibu yang pernah mengalami gangguan kesehatan mental sebelum kehamilan.
Depresi pascapersalinan perlu dibedakan dengan baby blues. Baby blues masih memungkinkan ibu menjalani aktivitas dan merawat bayi meski merasa khawatir dan cemas.
Gejala Depresi Pascapersalinan yang Perlu Diwaspadai
Gejala depresi pascapersalinan bisa berbeda-beda pada tiap wanita. Gejala yang muncul bisa berupa:
- Menangis tanpa sebab
- Cemas, dan takut tidak bisa menjadi ibu yang baik
- Tidak lagi melakukan hal yang sebelumnya disukai
- Kelelahan
- Merasa bersalah tanpa alasan yang jelas
- Berpikir untuk menyakiti bayi atau diri sendiri
- Sulit tidur
- Nafsu makan berkurang
Di dalam kehidupan baru sebagai seorang ibu, depresi ini bisa membuat Bunda menjadi kurang peduli atau perhatian terhadap Si Kecil, sehingga beberapa kewajiban penting, seperti menyusui, memandikan, atau mengganti popok jadi terabaikan.
Hal pertama yang perlu Bunda lakukan adalah menyadari situasi ini. Hanya dengan begitu, Bunda akan siap untuk mencari bantuan penanganan yang diperlukan. Selain bantuan profesional, dukungan dari pasangan dan orang terdekat tentu sangat penting untuk memulihkan kondisi ini.
Perlu diingat, depresi setelah melahirkan juga bisa dialami oleh ayah lho, sehingga dapat memengaruhi seluruh aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu, Bunda dan Ayah perlu saling mendukung untuk dapat melalui masa ini bersama.
Makin awal depresi terdeteksi, terdiagnosis, dan ditangani, maka peluang untuk pulih akan lebih besar. Jadi, kalau Bunda maupun Ayah merasakan gejala yang dipaparkan di atas, apalagi kalau tidak kunjung membaik setelah 2 minggu, segera konsultasikan diri ke dokter atau psikolog, ya.