Menyapih adalah momen saat para ibu harus menghentikan rutinitas menyusui bayi dari payudara secara langsung. Tak jarang hal ini turut mengundang pergolakan batin dan membuat suasana hati tidak karuan. Lantas, apakah menyapih juga bisa membuat ibu mengalami depresi?
Saat menyusui, ikatan emosional antara ibu dan anak akan terjalin dengan baik. Tak heran jika banyak ibu yang merasa berat saat harus berhenti menyusui bayinya.
Namun, menyapih bukanlah akhir dari ikatan spesial antara ibu dan anak, karena masih banyak kok kegiatan yang bisa membangun ikatan tersebut. Di sisi lain, sangat dipahami jika menyusui terasa begitu spesial, karena ibu memberikan perasaan bahagia, nyaman, dan kasih sayang kepada buah hatinya.
Makanya, ketika kegiatan ini berhenti, Bunda bisa merasa sedih dan mengalami emosi yang tidak stabil, bahkan tidak sedikit juga ibu yang mengalami depresi saat menyapih.
Ibu Bisa Mengalami Depresi Setelah Menyapih
Depresi yang terjadi saat atau setelah menyapih ini dikenal dengan istilah post weaning depression. Kondisi ini bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu faktor hormonal dan tekanan psikologis.
Ketika menyusui, tubuh melepaskan hormon oksitosin atau “hormon cinta”. Hormon inilah yang mendasari timbulnya perasaan bahagia dan ikatan batin dengan buah hati.
Nah, saat menyapih, produksi hormon ini akan menurun secara drastis sehingga Bunda mungkin merasa cemas dan muncul perasaan seakan-akan dipisahkan dengan Si Kecil.
Selain itu, menyapih juga menyebabkan produksi hormon prolaktin menurun dan produksi estrogen meningkat. Perubahan hormon ini sering kali menyebabkan mood swing atau bahkan depresi.
Satu lagi, menyapih juga menimbulkan tekanan psikologis, karena Bunda dituntut bertindak tega untuk tidak memberikan ASI lagi kepada Si Kecil. Tak jarang Si Kecil yang sedang disapih pun akan rewel dan terus menangis, terutama di malam hari ketika ia terbangun dari tidurnya dan ingin menyusu.
Melihat Si Kecil seperti ini, ditambah dengan naik turunnya hormon karena berhenti menyusui, tentu saja perasaan Bunda menjadi terombang-ambing. Bahkan, beberapa ibu akhirnya gagal menyapih dan merasa tidak becus mengurus buah hatinya.
Tips Menyapih Bayi
Agar proses menyapih Si Kecil bisa berlangsung lancar, ada beberapa cara yang dapat Bunda lakukan. Pertama, mintalah bantuan Ayah untuk melalui proses menyapih bersama-sama.
Bila Si Kecil menangis ingin menyusu, Ayah bisa membujuk dan mengajaknya bermain sehingga Si Kecil melupakan keinginannya untuk menyusu. Kedua, lakukan dengan ekstra sabar. Jangan lupa memberikan pengertian kepada Si Kecil bahwa ia tidak boleh lagi menyusu kepada Bunda.
Sebagai gantinya, berikan minuman menggunakan botol atau gelas serta menambah variasi makanan yang disajikan kepadanya. Dengan begitu, pelan-pelan ia pun bisa melupakan keinginan untuk menyusu.
Bila Si Kecil masih butuh waktu, tidak perlu terburu-buru menyapihnya kok, Bun. Lakukan proses menyapih bila Bunda dan Si Kecil sudah benar-benar siap agar nantinya tidak menimbulkan depresi.
Depresi setelah menyapih memang umum terjadi pada ibu menyusui. Pasalnya, menyapih merupakan proses yang menantang, baik secara fisik maupun mental.
Namun, Bunda harus percaya kepada diri sendiri bahwa Bunda bisa melalui proses ini dengan baik. Jangan pernah membanding-bandingkan proses menyapih Bunda dengan ibu-ibu lainnya, karena setiap orang memiliki waktu menyapih yang berbeda-beda.
Bila Bunda merasakan perasaan sedih dan bersalah yang mendalam, mood swing, atau sulit konsentrasi hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama proses menyapih, sebaiknya konsultasikan ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat.