Blighted ovum atau hamil kosong adalah kehamilan yang tidak mengandung embrio. Dalam dunia medis, blighted ovum juga dikenal dengan istilah anembryonic gestation. Diperkirakan setengah dari seluruh kasus keguguran di trimester pertama kehamilan disebabkan oleh kondisi ini.
Blighted ovum biasanya terjadi akibat kelainan kromosom. Kelainan kromosom itu sendiri dapat disebabkan oleh pembelahan sel yang tidak sempurna serta kualitas sel telur dan sperma yang buruk.
Pada hamil kosong, pembuahan (pertemuan sel telur dan sel sperma) tetap terjadi, tetapi hasil pembuahan ini tidak berkembang menjadi embrio.
Blighted ovum atau hamil kosong sering kali baru diketahui setelah menjalani USG. Hal ini karena gejala-gejala yang umum dirasakan selama kehamilan, seperti mual, muntah, hasil test pack yang positif, payudara yang terasa lebih keras, juga bisa dirasakan oleh ibu hamil yang mengalami blighted ovum.
Penyebab Blighted Ovum
Proses kehamilan diawali dengan terjadinya pembelahan sel telur yang telah dibuahi dalam beberapa jam setelah proses pembuahan. Sel telur tersebut kemudian akan berkembang menjadi embrio dalam 8–10 hari dan mulai tertanam di dinding rahim. Setelah itu, plasenta mulai terbentuk dan hormon kehamilan akan meningkat.
Pada kasus blighted ovum, sel telur yang dibuahi tidak akan berkembang menjadi embrio atau berhenti berkembang. Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terjadi akibat adanya kelainan kromosom pada sel telur yang telah dibuahi.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi terjadinya blighted ovum adalah buruknya kualitas sel telur atau sperma, serta kondisi genetik.
Gejala Blighted Ovum
Blighted ovum mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun, pada beberapa kasus, blighted ovum bisa ditandai dengan gejala keguguran.
Wanita yang mengalami blighted ovum atau kehamilan kosong pada tahap awal umumnya akan merasa bahwa dirinya sedang hamil normal. Beberapa gejala dan tanda kehamilan normal yang bisa muncul pada saat mengalami hamil kosong adalah:
- Terlambat haid
- Hasil tes kehamilan positif
- Mual
- Muntah
- Payudara terasa nyeri dan bengkak
Setelah jangka waktu tertentu, pasien akan mulai merasakan gejala-gejala keguguran, seperti:
- Flek atau perdarahan dari vagina
- Kram dan nyeri perut
- Volume darah yang keluar dari vagina makin banyak
Terkadang, tes kehamilan masih memberikan hasil yang positif dalam kondisi ini, karena kadar hormon hCG (human chorionic gonadotropin) masih tinggi. Hormon hCG adalah hormon yang meningkat saat awal kehamilan. Hormon ini bisa tetap ada atau meningkat kadarnya di awal kehamilan meski embrio tidak berkembang.
Gejala keguguran akibat blighted ovum biasanya muncul pada 3 bulan pertama kehamilan (trimester pertama) atau antara minggu ke-8 dan ke-13 kehamilan. Pada banyak kasus, kondisi ini terjadi pada masa awal kehamilan. Akibatnya, keguguran dapat terjadi sebelum penderita menyadari bahwa dirinya sedang hamil.
Kapan harus ke dokter
Ibu yang sedang hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Berikut ini adalah jadwal pemeriksaan yang disarankan:
- Trimester pertama (minggu ke-4 hingga ke-28): 1 bulan sekali
- Trimester kedua (minggu ke-28 hingga ke-36): 2 minggu sekali
- Trimester ketiga (minggu ke-36 hingga ke-40): 1 minggu sekali
Segera ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas. Perdarahan pada trimester pertama tidak selalu menandakan terjadinya keguguran. Namun, pemeriksaan tetap perlu dilakukan agar dokter dapat mengetahui penyebabnya dan menentukan penanganan yang tepat.
Pemeriksaan juga perlu dilakukan jika Anda pernah mengalami hamil kosong pada kehamilan sebelumnya dan ingin merencanakan kehamilan. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah berulangnya kondisi yang sama.
Diagnosis Blighted Ovum
Untuk mendiagnosis blighted ovum, dokter akan menanyakan keluhan yang dialami pasien, dilanjutkan dengan pemeriksaan pada perut pasien.
Selain itu, dokter akan melakukan USG kehamilan untuk memastikan apakah kantong kehamilan yang telah terbentuk berisi embrio atau tidak. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada minggu ke-7 hingga minggu ke-9 kehamilan, saat embrio sudah bisa terlihat.
Pengobatan Blighted Ovum
Ada beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk menangani blighted ovum, yaitu:
Kuret
Dilatasi dan kuretase (kuret) dilakukan dengan membuka leher rahim (serviks), kemudian mengangkat kantong kehamilan yang kosong dari dalam rahim. Prosedur ini juga dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab keguguran, dengan melakukan pemeriksaan jaringan yang diangkat di laboratorium.
Obat-obatan
Obat-obatan, seperti misoprostol, juga dapat digunakan sebagai pilihan pengobatan. Baik kuret ataupun obat-obatan dapat menimbulkan efek samping berupa nyeri atau kram perut. Jika dibandingkan dengan kuret, penggunaan obat-obatan dapat menyebabkan perdarahan yang lebih berat pada pasien.
Pasien juga bisa memilih untuk menunggu dan membiarkan kandungannya gugur secara alami dalam hitungan minggu. Meski begitu, proses ini tetap harus diawasi oleh dokter agar dipastikan tidak ada sisa jaringan kehamilan yang tertinggal di dalam rahim.
Komplikasi Blighted Ovum
Meski jarang terjadi, prosedur pengobatan blighted ovum dapat menimbulkan komplikasi, seperti:
- Perdarahan
- Jaringan parut
- Infeksi pada rahim, termasuk sepsis
- Robekan pada rahim
Selain itu, komplikasi serius juga dapat terjadi jika ada sisa jaringan kehamilan yang tertinggal atau tidak seluruhnya keluar dari dalam rahim. Hal ini dapat menyebabkan kondisi yang disebut keguguran septik (septic miscarriage).
Pencegahan Blighted Ovum
Pada sebagian besar kasus, blighted ovum tidak dapat dicegah. Pemeriksaan rutin ke dokter selama kehamilan merupakan cara terbaik untuk memantau kondisi ibu dan janin.
Selain itu, ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya blighted ovum. Tes tersebut antara lain:
- Pemeriksaan genetik pra-implantasi (PGT), untuk memeriksa kondisi genetik embrio sebelum terjadinya implantasi embrio ke dalam rahim
- Analisis sperma, untuk memeriksa kualitas sperma
- Tes hormon FSH (hormon perangsang folikel) atau tes hormon AHM (anti-mullerian hormone), untuk mengukur kadar kedua hormon tersebut di dalam tubuh sehingga bisa dijadikan acuan perlu tidaknya tindakan untuk meningkatkan kualitas sel telur
Meski tidak memiliki faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya blighted ovum, ibu hamil dianjurkan untuk tetap melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter secara rutin sesuai jadwal yang dianjurkan. Hal ini bertujuan agar kesehatan ibu dan janin selalu terpantau.
Sebagian besar perempuan yang pernah mengalami blighted ovum bisa tetap hamil secara normal pada kehamilan selanjutnya. Namun, setelah mengalami keguguran, disarankan untuk menunggu 1–3 siklus menstruasi normal terlebih dahulu sebelum merencanakan kehamilan kembali.