Sushi merupakan makanan asal Jepang yang populer di Indonesia dan disukai oleh orang dewasa maupun anak-anak. Akan tetapi, apakah sushi aman untuk dikonsumsi oleh anak-anak? Yuk, simak ulasannya di sini.
Ikan yang menjadi bahan utama dalam pembuatan sushi merupakan sumber protein. Terpenuhinya kebutuhan akan protein akan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mendukung pembentukan otot, serta membangun, memperkuat, dan memperbaiki jaringan tubuh anak.
Tidak hanya itu, vitamin, mineral, dan asam lemak omega-3 yang terkandung dalam ikan juga bermanfaat dalam mendukung perkembangan otak dan kesehatan mata anak. Ditambah lagi, bahan-bahan lain yang biasanya ada pada sushi, seperti alpukat, timun, dan rumput laut juga mengandung gizi yang baik untuk Si Kecil.
Risiko Konsumsi Sushi pada Anak
Sushi umumnya dibuat dengan menggulung nasi, ikan, dan bahan-bahan lainnya menjadi satu. Umumnya, sushi diolah langsung dengan tangan, mulai dari pemotongan bahan-bahan hingga penggulungannya. Itulah sebabnya, bila pembuatan dan penyajiannya tidak higienis, sushi bisa menyebabkan keracunan makanan.
Ikan yang dijadikan olahan pada sushi bisa disajikan matang atau mentah, tergantung jenis sushinya. Saat ikan dikonsumsi mentah, risiko terjadinya keracunan makanan bisa meningkat jika ikan terkontaminasi bakteri dan parasit, seperti Salmonella, Vibrio, Clostridium, atau Listeria.
Selain itu, beberapa jenis ikan juga mengandung merkuri yang cukup tinggi, misalnya ikan tuna, tenggiri, kakap, kerapu, marlin, atau makarel. Paparan merkuri dapat merusak sistem saraf dan mengganggu fungsi otak sehingga bisa menurunkan kemampuan anak dalam belajar dan berpikir.
Jadi, Bolehkah Anak Makan Sushi?
Jawabannya, boleh-boleh saja. Namun, ada beberapa hal yang perlu Bunda perhatikan sebelum memberikan sushi kepada Si Kecil. Usia anak yang aman untuk makan sushi adalah mulai 2,5–5 tahun.
Akan lebih baik lagi jika anak sudah mendapatkan imunisasi lengkap dan vaksinasi hepatitis A. Pasalnya, konsumsi ikan mentah bisa meningkatkan risiko anak terkena hepatitis A, walaupun hal ini jarang terjadi.
Pastikan juga sushi sudah diolah dengan baik dan higienis. Pilih sushi dengan bahan yang dimasak hingga matang agar terbebas dari bakteri dan parasit penyebab penyakit. Selain itu, Bunda disarankan untuk memilih sushi yang dibuat dari ikan yang rendah merkuri, seperti salmon, atau isian lain, misalnya udang atau kepiting.
Sushi juga cenderung tinggi garam dan rendah serat. Jika digoreng dengan tepung dan dimakan bersama mayones, sushi bisa mengandung lebih banyak karbohidrat olahan dan lemak jenuh. Jadi, sebaiknya konsumsi sushi jenis ini pada anak-anak perlu dibatasi.
Sushi memang merupakan salah satu makanan sumber protein yang mudah dikonsumsi oleh anak-anak karena berupa potongan kecil, serta memiliki bentuk yang menarik. Namun, jangan terlalu sering memberikan sushi untuk anak ya, Bun.
Ada banyak makanan lain yang bisa dibuat menarik dan mengandung banyak nutrisi untuk anak, kok. Cobalah berkreasi dalam mengolah sayuran, buah-buahan, biji-bijian, telur, serta susu atau produk olahannya menjadi menu lezat dan menarik bagi Si Kecil.
Perlu diingat, dalam mengolah menu untuk anak, batasi penambahan gula dan garam. Selain itu, hindari mengolah makanan Si Kecil dengan cara menggorengnya. Bila perlu, Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter mengenai pilihan makanan yang aman dan bergizi untuk dikonsumsi Si Kecil sehari-hari.