Broken heart syndrome adalah masalah jantung yang terjadi akibat stres atau sakit fisik. Kondisi ini membuat jantung kurang mampu memompa darah dengan maksimal sehingga memunculkan gejala mirip serangan jantung. Meski begitu, broken heart syndrome umumnya hanya bersifat sementara.

Bilik kiri adalah bagian jantung yang berperan untuk memompa darah. Pada broken heart syndrome, bagian atas bilik kiri jantung menyempit dan bagian bawahnya melebar sehingga menyerupai perangkap gurita, yang di Jepang disebut dengan takotsubo. Oleh karena itu, kondisi ini  juga dikenal dengan istilah Takotsubo syndrome.

Broken Heart Syndrome

Gangguan pada fungsi bilik kiri jantung ini membuat otot jantung melemah sehingga tidak bisa memompa darah secara maksimal. Akibatnya, suplai darah dan oksigen untuk tubuh berkurang, termasuk ke jantung itu sendiri. Hal ini memunculkan keluhan nyeri dada dan sesak yang mirip dengan serangan jantung.

Broken heart syndrome umumnya dipicu oleh stres emosional yang berat, tetapi juga bisa muncul saat sakit berat atau operasi besar. Broken heart syndrome umumnya akan membaik dalam 1–4 minggu, tetapi bisa kambuh bahkan memicu masalah jantung yang serius bila tidak ditangani dengan baik. 

Penyebab Broken Heart Syndrome

Broken heart syndrome diketahui dapat muncul ketika seseorang mengalami stres yang ekstrem, baik pada mental maupun fisiknya. 

Stres akan membuat tubuh memproduksi hormon adrenalin atau kortisol. Bila kadarnya terlalu tinggi, kedua hormon stres tersebut dapat membuat jantung bekerja sangat keras hingga akhirnya otot-otot jantung melemah.

Berikut ini adalah contoh-contoh stres pada mental dan fisik yang dapat menyebabkan broken heart syndrome:

Stres pada mental

Umumnya, broken heart syndrome dipicu oleh stres emosional yang berat, misalnya akibat kondisi berikut:

  • Berduka akibat kehilangan orang terdekat
  • Mengalami perceraian
  • Terjerat hutang, misalnya karena kecanduan judi online
  • Didiagnosis terkena penyakit serius
  • Menjadi korban tindakan kriminal
  • Mengalami bullying  

Stres pada fisik

Broken heart syndrome juga dapat terjadi akibat kondisi fisik penderitanya, misalnya:

  • Kelelahan fisik setelah olahraga ekstrem
  • Hipertiroidisme 
  • Nyeri pascaoperasi yang berat
  • Epilepsi 
  • Serangan asma 
  • Kecelakaan 
  • Kadar gula darah rendah (hipoglikemia)
  • Perdarahan hebat
  • Kadar estrogen rendah, misalnya akibat menopause

Faktor risiko broken heart syndrome

Broken heart syndrome juga dapat terjadi pada siapa saja yang mengalami stres berat pada mental dan fisiknya. Namun, orang dengan faktor-faktor di bawah ini lebih rentan mengalami broken heart syndrome:

  • Wanita
  • Usia 50 tahun
  • Hipertensi
  • Kadar kolesterol atau lemak darah tinggi
  • Kebiasaan merokok 
  • Obesitas 
  • Penyakit paru
  • Diabetes 
  • Gangguan mental, seperti gangguan kecemasan atau depresi

Gejala Broken Heart Syndrome 

Gejala broken heart syndrome menyerupai gejala serangan jantung, di antaranya:

  • Nyeri dada berat secara tiba-tiba 
  • Dada terasa seperti ditindih
  • Sesak napas 
  • Jantung berdebar
  • Keringat berlebih
  • Mual
  • Tubuh sangat lemas
  • Pusing berat hingga pingsan

Berbagai gejala di atas dapat muncul beberapa menit atau jam setelah mengalami kejadian yang membuat penderitanya stres atau menderita sakit berat.

Kapan harus ke dokter 

Broken heart syndrome umumnya dapat mereda setelah kondisi emosional pasien stabil. Namun, jangan menunda untuk berkonsultasi ke dokter bila Anda sering mengalami nyeri dada atau sesak napas setiap kali merasa stres.

Guna memastikan penyebabnya, Anda bisa berkonsultasi secara online. Selain bisa dilakukan dari rumah, konsultasi online akan menyediakan jawaban yang lebih cepat. 

Segera cari pertolongan ke IGD bila nyeri dada tidak membaik setelah 5 menit atau setelah beristirahat dan minum obat. Melalui pemeriksaan, dokter akan memastikan apakah kondisi pasien disebabkan oleh broken heart syndrome atau serangan jantung sehingga penanganan yang diberikan pun tepat.

Diagnosis Broken Heart Syndrome

Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien secara umum, termasuk apakah pasien baru saja mengalami stres berat. Setelah itu, dokter akan melihat kondisi jantung lewat berbagai pemeriksaan penunjang di bawah ini:

  • Tes darah, untuk memeriksa kadar enzim jantung yang biasanya meningkat ketika terjadi masalah pada otot jantung
  • Elektrokardiografi, untuk mengetahui aktivitas listrik jantung dan irama jantung, serta menyingkirkan kemungkinan serangan jantung
  • Angiografi jantung, untuk memeriksa apakah ada sumbatan pada pembuluh darah di jantung jika nyeri dada terasa sangat berat
  • USG jantung (ekokardiografi), guna memeriksa aliran darah di dalam jantung dan memastikan apakah terjadi pembesaran atau perubahan bentuk jantung
  • MRI, untuk melihat gambaran jantung lebih detail termasuk perubahan bentuk pada bilik kiri jantung

Pasien dapat dikatakan mengalami broken heart syndrome jika keluhan yang muncul dipicu oleh stres dan tidak disebabkan oleh adanya sumbatan pada pembuluh darah jantung.

Pengobatan Broken Heart Syndrome

Setelah diagnosis broken heart syndrome dipastikan, kondisi ini akan ditangani dengan pemberian obat-obatan dan perawatan lanjutan di rumah. Berikut adalah penjelasannya:

Pemberian obat-obatan 

Obat-obatan untuk mengatasi broken heart syndrome akan disesuaikan dengan keparahan kondisi pasien. Obat yang diresepkan bisa berupa:

  • Penghambat beta, untuk meringankan kerja jantung dan meningkatkan fungsi pompa bilik kiri jantung
  • ACE inhibitor, untuk melancarkan aliran darah, menurunkan tekanan darah, dan meringankan kerja jantung
  • Obat pengencer darah, guna mencegah terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah
  • Diuretik, untuk mengurangi penumpukan cairan berlebi,h serta mencegah atau mengatasi sesak napas
  • Obat kolesterol, untuk menurunkan risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah jantung

Pola hidup sehat

Selama menjalani pengobatan, pasien juga perlu menerapkan pola hidup yang dapat mendukung kesehatan mental maupun fisik, seperti:

  • Aktif bergerak atau berolahraga yang menyehatkan jantung, seperti jogging
  • Mengonsumsi makanan yang sehat untuk jantung, seperti sayur, buah, susu, keju, telur, kacang-kacangan, dan ikan
  • Berbagi cerita maupun keresahan kepada sahabat atau keluarga guna meringankan beban pikiran
  • Tidak menumpuk stres dan memberikan waktu untuk diri sendiri di sela-sela kesibukan

Komplikasi Broken Heart Syndrome

Broken heart syndrome umumnya bersifat sementara, dan jarang sekali berkembang jadi kondisi yang serius. Namun, bila tidak ditangani dengan tepat, broken heart syndrome bisa berulang atau memicu masalah lain, seperti:

Pencegahan Broken Heart Syndrome

Cara terbaik mencegah broken heart syndrome adalah dengan menjaga kesehatan jantung, di antaranya dengan:

  • Rutin berolahraga dan beraktivitas fisik, setidaknya dengan jalan kaki 10 menit setiap hari 
  • Mengurangi asupan makanan maupun minuman yang tinggi gula, garam, atau lemak
  • Mencukupi waktu tidur setiap hari
  • Menjalani pengobatan dan rutin periksa kesehatan ke dokter bila memiliki kondisi medis tertentu, terutama hipertensi, kolesterol tinggi, atau diabetes
  • Tidak merokok 
  • Membatasi konsumsi minuman beralkohol

Mengingat broken heart syndrome erat kaitannya dengan stres, kondisi ini dapat dicegah dengan mekanisme koping yang sehat dan positif terhadap stres. Beberapa kebiasaan yang bisa diterapkan untuk meredakan stres dan menghadapi masalah meliputi:

  • Menerapkan teknik mindfulness
  • Melakukan kegiatan relaksasi, seperti yoga atau meditasi
  • Melakukan journaling
  • Menjadikan olahraga sebagai hobi dan rutinitas
  • Melakukan kegiatan positif yang membuka koneksi dengan orang baru
  • Menurunkan ekspektasi yang terlalu tinggi
  • Berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater bila merasa cara-cara lain tidak dapat membantu