Bronkoskopi adalah prosedur pemeriksaan saluran pernapasan dan paru-paru menggunakan alat yang disebut bronkoskop. Prosedur ini dilakukan untuk mendiagnosis atau mengatasi sejumlah gangguan pada saluran pernapasan dan paru-paru.
Bronkoskopi biasanya dilakukan untuk mendeteksi kondisi yang sulit diketahui dengan pemeriksaan lain. Selain itu, bronkoskopi juga dapat digunakan pada prosedur tertentu yang harus dilakukan langsung di dalam saluran pernapasan.
Bronkoskop yang digunakan dalam bronkoskopi berbentuk seperti selang yang dilengkapi dengan lampu dan kamera di ujungnya. Bronkoskop memiliki ukuran lebar 1 cm dan panjang 60 cm. Umumnya, bronkoskopi menggunakan bronkoskop yang lentur. Namun, pada beberapa kasus, dokter dapat memakai bronkoskop yang kaku.
Tujuan dan Indikasi Bronkoskopi
Dokter dapat melakukan bronkoskopi untuk tujuan-tujuan berikut:
- Mendeteksi infeksi pada paru-paru yang tidak bisa didiagnosis dengan metode pemeriksaan lain
- Memeriksa penyakit atau penyumbatan pada paru-paru atau saluran pernapasan
- Melakukan pengambilan sampel jaringan (biopsi) pada paru-paru, misalnya ketika dicurigai adanya kanker paru
- Mencari tahu penyebab batuk berdarah, sesak napas, dan batuk yang berlangsung lebih dari 3 bulan tanpa sebab yang jelas
- Memastikan apakah terjadi penolakan setelah transplantasi paru-paru
- Memastikan hasil yang tidak normal pada foto radiologi paru-paru
Bronkoskopi juga dapat digunakan untuk melakukan tindakan yang memerlukan bantuan kamera di dalam saluran pernapasan. Beberapa kondisi yang dapat diatasi dengan bantuan bronkoskopi adalah:
- Tersedak benda asing
- Perdarahan saluran pernapasan
- Paru-paru kolaps (atelektasis) akibat sumbatan lendir di saluran napas
- Tumor kecil atau polip
Peringatan dan Larangan Bronkoskopi
Sebelum menjalani bronkoskopi, beri tahu dokter mengenai obat-obatan, suplemen, atau produk herbal yang sedang digunakan. Pasalnya, penggunaan obat atau suplemen tertentu dikhawatirkan dapat menghambat prosedur atau justru memengaruhi hasil pemeriksaan.
Perlu diketahui bahwa bronkoskopi tidak dapat dilakukan pada pasien dengan kondisi-kondisi berikut:
- Stenosis trakea, yaitu penyempitan atau penyumbatan pada trakea akibat peradangan atau muncul jaringan parut
- Hipertensi pulmonal, yakni kondisi ketika tekanan darah di paru-paru meningkat dan menyebabkan pertukaran oksigen tidak optimal
- Batuk parah
- Kadar oksigen darah rendah (hipoksia)
Pasien dengan kadar karbondioksida darah yang tinggi (hiperkapnia) atau sesak napas parah mungkin akan diberikan alat bantu napas terlebih dahulu sebelum menjalani bronkoskopi. Hal ini diperlukan agar paru-paru tetap dapat menerima oksigen dengan maksimal ketika bronkoskop dimasukkan.
Sebelum Bronkoskopi
Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh pasien sebelum menjalani bronkoskopi, yaitu:
- Melepaskan gigi palsu, kacamata, lensa kontak, atau alat bantu dengar
- Menghentikan konsumsi obat pengencer darah, seperti warfarin dan clopidogrel, 1 minggu sebelum menjalani bronkoskopi
- Berpuasa 6–12 jam pada malam hari sebelum menjalani bronkoskopi
- Meminta bantuan keluarga atau teman untuk mengantarkan pulang ke rumah dan mendampingi selama masa istirahat setelah selesai menjalani bronkoskopi.
Prosedur Bronkoskopi
Keseluruhan prosedur bronkoskopi, termasuk proses persiapan dan pemulihan dari obat bius, bisa membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Namun, prosedur bronkoskopi itu sendiri hanya berlangsung sekitar 30–60 menit.
Sebelum bronkoskopi dimulai, dokter akan melakukan beberapa tindakan berikut:
- Meminta pasien untuk duduk atau berbaring telentang dengan posisi tangan di samping
- Menghubungkan pasien ke monitor agar detak jantung, tekanan darah, dan kadar oksigen pasien bisa selalu terpantau selama prosedur berlangsung
- Menyuntikkan obat penenang agar pasien merasa rileks, atau obat bius total jika dokter menggunakan bronkoskop kaku
- Menyemprotkan obat bius ke mulut dan tenggorokan pasien agar mulut dan tenggorokan mati rasa
- Mengoleskan obat bius dalam bentuk gel ke hidung pasien jika bronkoskop hendak dimasukkan melalui hidung
- Memasukkan bronkoskop ke hidung atau mulut pasien
- Mendorong bronkoskop secara perlahan sampai ke paru-paru
Perlu diketahui bahwa proses masuknya bronkoskop tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi pasien mungkin akan merasa tidak nyaman.
Selama bronkoskop didorong ke dalam, dokter akan melihat kondisi saluran pernapasan melalui layar monitor. Tergantung pada kondisi pasien, tindakan berikutnya yang dilakukan dokter dapat berupa:
- Membilas paru-paru menggunakan cairan saline, kemudian mengambilnya kembali untuk memeriksa sel yang tidak normal, bakteri, lendir, atau benda asing yang mungkin terdapat di dalamnya
- Mengambil sampel jaringan atau tumor di paru-paru
- Memasang stent dengan bantuan USG di saluran pernapasan untuk melebarkan saluran pernapasan
- Membuang lendir, nanah, tumor kecil, atau benda asing yang menyumbat paru-paru
- Menghentikan perdarahan yang aktif pada paru-paru
- Mengambil sampel dahak untuk pemeriksaan kultur dahak atau pemeriksaan BTA
Setelah Bronkoskopi
Dokter akan memantau kondisi pasien sampai beberapa jam setelah bronkoskopi untuk memastikan pasien tidak mengalami komplikasi.
Penting untuk diingat bahwa mulut dan tenggorokan pasien akan tetap mati rasa sampai beberapa jam setelah bronkoskopi. Untuk mencegah makanan dan minuman masuk ke paru-paru, pasien tidak diizinkan makan dan minum sampai efek obat bius hilang.
Pasien juga mungkin akan mengalami sakit tenggorokan, serak, atau batuk, tetapi keluhan tersebut normal terjadi setelah bronkoskopi. Untuk meredakannya, pasien bisa berkumur air hangat dan mengonsumsi permen pelega tenggorokan (lozenges) setelah mulut dan tenggorokan sudah tidak mati rasa.
Dokter akan menjelaskan hasil bronkoskopi kepada pasien 1–3 hari setelah prosedur dilakukan. Hasil bronkoskopi dapat dikatakan normal bila sel dan cairan yang diambil bersifat normal, atau tidak ditemukan sumbatan, jaringan abnormal, maupun benda asing di dalam saluran pernapasan.
Sebaliknya, hasil bronkoskopi dinyatakan abnormal jika ditemukan kondisi berikut:
- Infeksi tuberkulosis
- Infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit
- Penyempitan di saluran pernapasan
- Kerusakan yang terkait dengan reaksi alergi
- Kelainan atau peradangan pada jaringan paru-paru
- Jaringan tumor atau kanker di paru-paru atau di area sekitar paru-paru
- Reaksi penolakan setelah transplantasi paru-paru
Hasil tersebut akan membantu dokter menentukan pengobatan atau pemeriksaan lanjutan yang harus dijalani pasien.
Efek Samping dan Komplikasi Bronkoskopi
Bronkoskopi umumnya aman dilakukan, tetapi tetap memiliki risiko. Pada beberapa kasus, prosedur ini dapat menyebabkan:
- Demam
- Pneumonia
- Perdarahan pada paru-paru akibat biopsi
- Paru-paru kolaps akibat cedera saat bronkoskopi
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami keluhan berikut setelah bronkoskopi:
- Demam lebih dari sehari
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Batuk berdarah