Bullying adalah tindakan menyakiti atau menindas orang lain yang dilakukan secara sengaja dan berulang kali. Jika tidak segera dihentikan, bullying dapat memberikan beban trauma psikologis yang berat pada korbannya.
Kebanyakan kasus bullying ditemukan pada anak-anak dan remaja, biasanya di lingkungan pendidikan. Namun, faktanya bullying pada orang dewasa juga kerap terjadi, misalnya pada kehidupan kantor maupun rumah tangga.
Bullying tidak hanya berupa kekerasan fisik atau seksual, tetapi juga bisa terjadi dalam bentuk lain. Contohnya adalah catcalling, menyebarkan gambar atau video pornografi, maupun mempermalukan orang lain di tempat umum.
Semua bentuk bullying dapat berdampak besar pada kehidupan korban dan menurunkan kualitas hidupnya. Efek yang bisa ditimbulkan antara lain putus sekolah, pengunduran diri dari pekerjaan, penyalahgunaan NAPZA, hingga percobaan bunuh diri.
Jenis-jenis Bullying
Berdasarkan bentuknya, bullying dapat dibagi menjadi enam jenis, seperti yang dijelaskan berikut ini:
- Fisik, dapat berupa tindakan memukul, menendang, menjegal, atau mendorong orang lain, yang bisa mengakibatkan cedera pada tubuh korban bullying
- Verbal, misalnya mengucapkan kata-kata atau kalimat yang sifatnya menghina seseorang, seperti mengolok-olok gaya berpakaian, model rambut, perawakan tubuh, atau cara berjalan orang lain
- Cyberbullying, dengan menyebarkan foto, informasi pribadi, atau tulisan berisi hujatan, ancaman, atau hinaan di media sosial
- Pelecehan seksual, yang dilakukan secara fisik atau verbal, seperti catcalling, menyebarkan video atau gambar pornografi, menyentuh bagian tubuh korban, hingga pemerkosaan
- Diskriminasi, yaitu bentuk perundungan yang menargetkan ras, suku, agama, atau orientasi seksual seseorang
- Sosial, yaitu jenis perundungan dengan menyebarkan rumor atau gosip, serta mempermalukan korban di depan umum dan mengucilkannya dari pergaulan atau lingkungan masyarakat
Penyebab Bullying
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan bullying. Seseorang bisa menjadi pembully biasanya karena memiliki alasan-alasan berikut:
- Merasa tidak senang jika ada orang yang lebih dari dirinya, baik dalam segi kesuksesan maupun popularitas
- Tidak ingin dirinya terlihat lemah
- Merasa dirinya berkuasa atau selalu bisa mendapatkan apa yang diinginkan
- Tidak memiliki empati
- Tinggal di rumah atau lingkungan yang biasa menggunakan bullying
- Menyalahgunakan kedudukan untuk menindas orang yang dianggap tidak setara posisinya
- Memiliki gangguan perilaku, seperti kepribadian antisosial atau borderline personality disorder
Selain itu, pelaku bullying akan lebih terpicu untuk menindas seseorang atau kelompok yang:
- Tidak mempunyai banyak teman atau kurang bisa bersosialisasi dengan orang lain
- Mengalami penyakit mental, misalnya gangguan kecemasan atau depresi
- Dianggap lemah
- Memiliki self-esteem yang rendah
- Mengalami keterbatasan fisik
- Terlihat berbeda dengan orang di lingkungan sekitarnya, misalnya akibat perbedaan berat badan atau asal suku
Gejala Bullying
Pada kebanyakan kasus, korban bullying cenderung menyembunyikan kondisi yang dialaminya. Hal ini mungkin karena korban merasa takut terhadap reaksi dari pelaku bullying, berpikir bahwa tidak ada yang peduli dengannya, atau karena malu.
Biasanya, seseorang bisa diduga menjadi korban perundungan, baik yang disertai kekerasan maupun tidak jika terdapat tanda atau gejala berikut:
- Sering menyendiri atau menghindari keramaian
- Tidak memiliki banyak teman atau dijauhi teman-temannya tanpa alasan pasti
- Membuat banyak alasan agar tidak pergi bersekolah, mengambil rute yang jauh untuk pergi ke sekolah, atau mengalami penurunan nilai akademik
- Memiliki perilaku yang tidak wajar, misalnya pergi dari rumah, melukai diri sendiri, atau sering berbicara tentang bunuh diri
- Berulang kali mengalami luka-luka yang tidak dapat dipastikan penyebabnya
- Mendapati bahwa barang-barang pribadi, seperti pakaian, buku, ponsel, atau perhiasan, hilang atau bahkan hancur
- Sering mengalami keluhan fisik, seperti kerap sakit kepala atau sakit perut
- Jarang makan atau malah makan secara berlebihan
- Sulit tidur atau sering terbangun ketika tidur akibat mimpi buruk
- Mengalami penurunan nilai di sekolah atau tidak produktif di pekerjaan
Kapan harus ke dokter
Bullying merupakan tindakan yang tidak pantas, tetapi korban sering kali tidak bisa berbuat apa-apa dan takut meminta bantuan. Bila Anda melihat tindakan bullying di sekitar, laporkan hal tersebut ke pihak yang berwenang. Selain itu, berilah dukungan moral kepada korban dan temani dia sesering mungkin.
Jika Anda menjadi korban bullying, jangan ragu untuk mencari bantuan kepada orang lain, misalnya kepada orang tua, guru, atau teman yang dapat dipercaya. Kumpulkan bukti yang cukup atau orang-orang yang bisa menjadi saksi.
Namun, bila belum memungkinkan untuk bercerita ke orang terdekat, sebaiknya jangan diam dan memendam semua ini sendirian. Anda bisa berkonsultasi ke psikolog atau psikiater, bisa secara langsung atau lewat Chat Bersama Dokter.
Menjadi korban bullying dapat menjadi beban yang berat untuk kesehatan mental siapa pun. Melalui konsultasi, psikolog atau psikiater bisa membantu untuk mengelola emosi, pikiran, dan perasaan yang timbul akibat tindakan bullying.
Selain itu, korban bullying juga disarankan untuk mencari teman atau orang yang bisa menemaninya ketika hendak beraktivitas di sekitar pelaku bullying. Dengan begitu, si pelaku tidak berani melakukan aksinya.
Diagnosis Bullying
Untuk mendiagnosis bullying, dokter akan melakukan tanya jawab dengan pasien atau keluarganya mengenai masalah yang terjadi dan menyebabkan perubahan perilaku. Pada sesi konsultasi, pasien berada dalam tempat yang aman dan privat. Rahasia dan identitas pasien maupun pelaku bullying pun akan terjamin.
Saat berkonsultasi lewat chat, semua informasi di dalam chat tersebut hanya akan diketahui oleh pasien dan dokter. Dalam konsultasi secara langsung, pasien juga berhak meminta keluarga atau pendampingnya untuk keluar dari ruangan saat sesi konsultasi.
Jika pasien tidak berkenan, informasi yang diberikan juga tidak akan diungkapkan kepada siapa pun, termasuk ke pihak berwenang. Tujuan dari sesi konsultasi ini adalah untuk mengidentifikasi beban mental yang mengubah perilaku pasien dan meringankan beban tersebut.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan untuk mencari tanda-tanda kekerasan fisik atau seksual, seperti memar, luka lecet, atau bekas cakaran. Pemeriksaan dari dokter ini dapat dijadikan bukti untuk diserahkan pihak berwenang jika diperlukan.
Pengobatan Bullying
Penanganan untuk korban bullying akan disesuaikan dengan dampak yang ditimbulkan. Jika korban mengalami cedera atau luka-luka, dokter dapat memberikan obat tertentu untuk meredakan keluhan. Agar hasil pengobatan maksimal, obat-obat tersebut harus digunakan sesuai dengan aturan pakai dan saran dokter
Korban bullying, terutama yang sudah lama mengalaminya, juga akan disarankan untuk menjalani psikoterapi. Hal ini untuk mengatasi depresi atau gangguan kecemasan yang biasanya dialami oleh korban perundungan.
Psikoterapi bertujuan untuk mengubah pola pikir pasien yang negatif, baik terhadap diri maupun kehidupannya, agar lebih positif. Ada banyak jenis psikoterapi yang bisa dilakukan, salah satunya terapi perilaku kognitif.
Pasien mungkin akan diminta untuk kontrol setidaknya 1 bulan sekali. Tujuannya adalah agar dokter bisa memantau perkembangan kondisi pasien dan memastikannya sudah membaik.
Komplikasi Bullying
Perundungan yang dialami seseorang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, bisa menurunkan kualitas hidupnya dan menimbulkan gangguan kesehatan lain, seperti:
- Sendirian karena dikucilkan
- Kesulitan mengikuti pelajaran
- Tidak mau sekolah
- Produktivitas kerja menurun
- Sering sakit
- Gangguan kecemasan
- Depresi
- Post-traumatic stress disorder (PTSD)
- Penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau NAPZA
- Percobaan bunuh diri
Pencegahan Bullying
Pencegahan bullying adalah dengan menciptakan lingkungan yang tidak melahirkan pembully atau memberi ruang terhadap tindakan bullying. Selain itu, perlu peran dari semua pihak agar perundungan tidak dianggap biasa. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
- Memberi dorongan atau dukungan pada anak-anak agar melakukan kegiatan yang positif dan bisa meningkatkan self-esteem
- Membangun pertemanan dengan orang-orang yang berperilaku positif
- Mempelajari cara untuk memperlakukan orang lain dengan baik
- Memperbaiki hubungan antara orang tua dan anak
- Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman, misalnya mengajarkan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama di perusahaan
- Membuat pelatihan mengenai kepemimpinan yang baik di tempat kerja
- Menerapkan aturan yang tegas bila terjadi bullying di sekolah atau tempat kerja
Sementara itu, bila Anda menjadi korban bullying atau mengetahui ada perundungan di sekitar, lakukanlah upaya-upaya berikut:
- Memberi tahu orang dewasa, seperti guru, pelatih, atau orang tua, untuk membantu menghentikan bullying
- Berusaha untuk mengabaikan pelaku bullying dan tidak membalas tindakan bullying dengan perilaku yang sama
- Menunjukkan sikap tegas kepada pelaku bullying bahwa tidak ada yang bisa menyakiti Anda, baik secara fisik maupun verbal
- Mengalihkan kemarahan terhadap pelaku bullying dengan kegiatan positif, misalnya berolahraga atau menuliskan buku harian
- Meningkatkan rasa percaya diri, misalnya dengan mengembangkan kelebihan yang dimiliki atau berteman dengan orang-orang yang bisa saling mendukung dalam hal kebaikan
- Mencari teman yang bisa dipercaya untuk membantu menghindari pelaku bullying