Buta adalah kondisi ketika seseorang tidak bisa melihat, baik pada satu mata (buta parsial) maupun kedua mata (buta menyeluruh). Kondisi ini dapat terjadi seketika akibat cedera parah, atau secara perlahan akibat komplikasi penyakit tertentu. Buta juga bisa dialami oleh bayi akibat kelainan atau cacat sejak lahir.
Berdasarkan data World Health Organization pada tahun 2020, ada sekitar 1 miliar penduduk di seluruh dunia yang menderita gangguan penglihatan berat atau kebutaan. Di Indonesia sendiri, sampai tahun 2020, tercatat ada sekitar 6,4 juta penduduk yang mengalami kebutaan atau penyandang tunanetra.
Hingga saat ini, katarak masih menjadi penyebab kebutaan terbanyak, baik di dunia maupun di Indonesia.
Penyebab Buta
Penyebab buta sangat beragam, tetapi kondisi ini umumnya terjadi akibat adanya kerusakan pada mata. Kerusakan itu sendiri dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti:
- Katarak
- Stroke
- Glaukoma
- Degenerasi makula
- Retinopati diabetik
- Gangguan kornea, misalnya kekeruhan kornea dan keratoconus
- Gangguan refraksi, seperti rabun jauh atau rabun dekat, yang tidak dikoreksi
- Peradangan pada saraf mata (neuritis optik)
- Tumor pada retina atau saraf mata
Selain pada orang dewasa, kebutaan juga dapat dialami oleh bayi. Kondisi ini dapat terjadi akibat:
- Infeksi yang dialami oleh ibu pada masa kehamilan, seperti toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes
- Kelainan genetik, seperti katarak kongenital, glaukoma kongenital, degenerasi retina, pengecilan saraf mata, dan kelainan struktur mata
Selain kondisi-kondisi di atas, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kebutaan pada bayi, yaitu:
- Mata malas (ambliopia)
- Trakoma
- Mata juling (strabismus)
- Kelopak mata terkulai (ptosis)
- Glaukoma keturunan
- Retina yang belum terbentuk sempurna pada bayi lahir prematur (retinopathy of prematurity)
Gejala Buta
Jika buta tidak disebabkan oleh cedera parah yang terjadi secara tiba-tiba, ada beberapa gejala dan tanda yang muncul sebelum akhirnya penglihatan menghilang, yaitu:
- Penglihatan kabur
- Mata terasa sakit
- Melihat floaters yang makin lama makin mengganggu penglihatan
- Rasa tidak nyaman di mata yang berlangsung lama
- Mata memerah
- Lensa mata keruh
Pada beberapa kasus, seperti glaukoma, kerusakan mata umumnya tidak menimbulkan gejala. Oleh sebab itu, pemeriksaan rutin sangat diperlukan guna mencegah terjadinya gangguan penglihatan yang dapat memicu kebutaan total.
Bayi berusia lebih dari 3 bulan umumnya sudah mulai mengikuti gerakan objek atau wajah yang mereka lihat dengan cara menatapnya atau mencoba meraihnya. Pada bayi yang mengalami kebutaan, mereka dapat menunjukkan tanda-tanda berikut:
- Gerakan bola mata yang tidak normal
- Tidak dapat mengikuti arah gerakan suatu objek atau wajah
- Pupil tampak putih atau keruh
- Sering menggaruk atau mengucek mata
- Sensitif terhadap cahaya sehingga rewel atau menutup mata saat berada di tempat yang terang
- Mata tampak merah
- Mata tampak tertutup lapisan, nanah, atau cairan
Kapan harus ke dokter
Pemeriksaan ke dokter perlu segera dilakukan jika penglihatan menjadi kabur, baik secara mendadak maupun perlahan, atau timbul gejala seperti yang disebutkan di atas.
Segera cari pertolongan medis ke IGD jika mengalami gejala berikut:
- Penglihatan hilang mendadak, terutama setelah terbentur, tergores, maupun kecelakaan; atau menderita diabetes
- Mata sakit parah yang disertai sakit kepala hebat, mual, muntah, dan demam
- Lapang pandang menyempit (tunnel vision)
- Sulit membuka atau menggerakkan mata
- Keluar nanah dari mata
Diagnosis Buta
Dokter akan mengajukan pertanyaan mengenai gejala dan riwayat penyakit pasien, diikuti dengan pemeriksaan fisik pada mata. Setelah itu, dokter akan melakukan tes lanjutan untuk mendeteksi penyebab kebutaan, seperti:
1. Tes ketajaman penglihatan
Tes ketajaman penglihatan bertujuan untuk mengetahui seberapa jelas pasien melihat objek. Selama pemeriksaan, pasien diminta untuk mengidentifikasi huruf dalam ukuran yang berbeda pada jarak tertentu.
2. Tes lapang pandang
Tes lapang pandang atau perimetri bertujuan untuk mendeteksi gangguan pada lapang pandang atau jangkauan penglihatan pasien. Pada tes ini, dokter akan meminta pasien untuk merespons cahaya atau gerakan yang diisyaratkan di sudut pandang yang berbeda tanpa harus menggerakkan mata.
3. Slit lamp
Slit lamp adalah pemeriksaan mata dengan menggunakan mikroskop khusus. Tes ini bertujuan untuk memeriksa kornea, iris, lensa mata, dan ruang di antara kornea dan iris yang berisi cairan.
4. Oftalmoskopi
Oftalmoskopi bertujuan untuk memeriksa bagian belakang dan dalam mata dengan menggunakan alat yang disebut oftalmoskop. Pada awal prosedur, dokter akan meneteskan cairan khusus agar pupil melebar sehingga bagian dalam mata lebih mudah diperiksa.
5. Tonometry
Tonometry adalah tes yang bertujuan untuk mengukur tekanan di dalam bola mata. Tes ini dapat membantu dokter untuk mendiagnosis apakah pasien berisiko terkena glaukoma.
Untuk mendiagnosis kebutaan pada bayi, dokter anak akan menunjukkan objek yang terang atau berwarna-warni, kemudian melihat reaksi pada bayi.
Pengobatan Buta
Metode pengobatan untuk mengatasi kebutaan tergantung pada penyebab yang mendasarinya dan kondisi pasien. Pengobatan tersebut dapat meliputi:
- Pemberian obat-obatan pengontrol gula darah dan insulin untuk mengatasi kebutaan akibat retinopati diabetik
- Operasi katarak, untuk mengatasi kebutaan akibat katarak
- Transplantasi kornea, untuk mengatasi kebutaan akibat adanya kerusakan pada kornea
Pada kebutaan sebagian yang tidak dapat dikoreksi, dokter akan melatih pasien untuk memaksimalkan penglihatan yang terbatas, seperti menggunakan kaca pembesar untuk membaca atau memperbesar ukuran huruf di komputer.
Sementara itu, pada kebutaan total yang tidak dapat ditangani dengan obat-obatan atau operasi, dokter akan memberikan latihan penyesuaian untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Beberapa latihan penyesuaian yang dapat dilakukan pasien adalah dengan belajar membaca huruf Braile, memakai tongkat bantu saat berjalan, atau menggunakan ponsel khusus.
Komplikasi Buta
Buta yang tidak diobati berpotensi menyebabkan penurunan kualitas hidup, seperti sulit berjalan, tidak dapat bekerja, serta risiko jatuh atau cedera berat saat sedang beraktivitas. Bahkan, kebutaan juga dapat menimbulkan masalah kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan dan depresi berat.
Pada bayi, kebutaan dapat menghambat perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan kemampuan kognitifnya. Pada usia sekolah, anak tersebut juga berisiko mengalami hambatan dalam belajar.
Pencegahan Buta
Cara untuk mencegah kebutaan adalah dengan segera mengatasi penyebab yang mendasarinya. Misalnya, diagnosis dini dan pengobatan teratur pada glaukoma bisa menurunkan risiko kebutaan. Sementara pada penderita diabetes, menjaga kadar gula darah agar tetap stabil dapat menurunkan risiko retinopati diabetik.
Pada wanita yang hendak menjalani program kehamilan, dokter akan menyarankan vaksinasi dan pemeriksaan TORCH. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya infeksi penyebab kebutaan pada bayi.
Selain beberapa cara di atas, risiko terjadinya kebutaan juga dapat diturunkan dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti:
- Mengonsumsi makanan lengkap dan bergizi seimbang
- Menjaga berat badan agar tetap ideal
- Rutin memeriksakan kesehatan mata
- Berhenti merokok
- Menggunakan alat pelindung diri saat melakukan aktivitas yang berisiko mengakibatkan cedera
- Mengenakan kacamata hitam saat cuaca terik
- Beristirahat dan tidur yang cukup