Cairan serebrospinal adalah cairan bening yang mengalir di dalam dan sekitar otak serta sumsum tulang belakang. Cairan ini memiliki fungsi utama sebagai bantalan untuk melindungi sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang, dari benturan secara tiba-tiba atau cedera.
Komposisi cairan serebrospinal yang normal adalah 99% air dan sisanya terdiri dari protein, glukosa, sel mononuklear, sel darah putih, elektrolit, dan enzim. Karena sebagian besarnya adalah air, cairan ini memiliki warna yang jernih atau bening.
Fungsi Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal mengalir dalam ventrikel otak, batang otak, dan sekitar saraf tulang belakang. Cairan ini memiliki sifat antibakteri yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri.
Cairan serebrospinal memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
- Menjaga jaringan otak dan sumsum tulang belakang tetap berada di posisinya
- Menjadi bantalan untuk melindungi otak dan sumsum tulang belakang dari cedera
- Mengantar nutrisi ke jaringan otak dan sumsum tulang belakang
- Membuang zat sisa dari sel-sel otak dan saraf tulang belakang
- Menjaga keseimbangan tekanan intrakranial bersama dengan darah dan jaringan otak
Kelainan pada Cairan Serebrospinal
Ada beberapa kondisi yang dapat terjadi bila terdapat kelainan pada cairan serebrospinal, yaitu:
Penyakit infeksi
Jika terjadi infeksi pada otak atau sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal bisa berubah warna dan menjadi keruh. Hal ini menjadi tanda adanya penumpukan sel darah putih yang berusaha menyerang penyebab infeksi. Beberapa contoh penyakit infeksi yang dimaksud adalah meningitis atau ensefalitis.
Hidrosefalus
Selain kandungan di dalamnya, keseimbangan antara produksi dan penyerapan cairan serebrospinal merupakan hal yang penting. Karena cairan serebrospinal dibuat secara terus-menerus, cairan ini bisa menumpuk di dalam rongga otak bila penyerapan dan alirannya terhambat. Pada akhirnya, kondisi ini bisa menimbulkan hidrosefalus.
Pada bayi dan anak-anak, hidrosefalus biasanya ditandai dengan pembesaran ukuran lingkar kepala.
Stroke
Bila cairan serebrosponal menjadi berubah warna menjadi merah, ini bisa menjadi tanda adanya perdarahan di otak atau sumsum tulang belakang. Kondisi ini bisa mengindikasikan penyakit stroke.
Dokter biasanya menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan cairan serebrospinal bila mengalami gejala infeksi, perdarahan di sistem saraf pusat, atau bahkan memiliki kanker yang mungkin menyebar ke sistem saraf pusat.
Bila hasil tes menunjukkan ada kelainan pada cairan serebrospinal, dokter akan menanganinya sesuai dengan penyakit yang terdiagnosis. Contohnya pada kasus hidrosefalus, ada dua metode operasi yang biasanya dilakukan, yaitu operasi pemasangan shunt dan endoscopic third ventriculostomy (ETV).
Namun, jika penyebabnya infeksi, dokter akan memberikan pengobatan sesuai jenis infeksinya. Apabila infeksi di sistem saraf pusat akibat bakteri, dokter akan memberikan antibiotik untuk mengatasinya.
Kesimpulannya, cairan serebrospinal memiliki fungsi yang sangat penting bagi kerja otak dan sumsum tulang belakang.
Oleh karena itu, jika ada keluhan yang bisa menjadi tanda adanya gangguan pada cairan serebrospinal, seperti kaku leher, demam tinggi, gangguan penglihatan mendadak, sakit kepala hebat, mati rasa di tangan dan kaki, atau penurunan kesadaran, segeralah periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.