Calcinosis cutis adalah kondisi akibat penumpukan kalsium di kulit. Kelainan ini bisa disebabkan oleh penyakit autoimun, penyakit ginjal, atau efek samping pengobatan.
Kalsium merupakan mineral yang penting bagi tubuh. Selain bermanfaat untuk menjaga kesehatan gigi dan tulang, kalsium juga berperan dalam proses pembekuan darah, serta membantu menjaga fungsi otot dan saraf.
Calcinosis cutis bisa menyerang siapa saja, baik pada orang yang memiliki kadar kalsium tinggi maupun normal.
Penyebab Calcinosis Cutis
Penyebab calcinosis cutis sangat beragam, tergantung pada jenisnya. Berikut adalah penjelasannya:
Kalsifikasi distrofik
Kalsifikasi distrofik terjadi ketika kerusakan pada jaringan kulit memicu pelepasan protein yang mengikat kalsium dan fosfat. Akibatnya, kalsium menumpuk di kulit.
Kalsifikasi distrofik dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti:
- Skleroderma
- Lupus
- Dermatomiositis
- Rheumatoid arthritis
- Infeksi kulit atau luka bakar yang luas
Kalsifikasi metastatik
Kalsifikasi metastatik terjadi ketika kadar kalsium dan fosfat di dalam tubuh terlalu tinggi, tetapi tidak ada kerusakan jaringan. Kadar kalsium dan fosfat yang tinggi ini menyebabkan terbentuknya benjolan di kulit.
Penyebab kalsifikasi metastatik antara lain:
- Gagal ginjal kronis
- Hiperparatiroidisme
- Kelebihan vitamin D
- Penyakit tulang, misalnya penyakit Paget
- Sarkoidosis
- Milk-alkali syndrome, akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan tinggi kalsium
Kalsifikasi iatrogenik
Kalsifikasi iatrogenik disebabkan oleh efek samping obat-obatan atau prosedur medis tertentu. Obat-obatan atau prosedur medis tersebut meliputi:
- Cairan infus yang mengandung kalsium dan fosfat
- Suntik kalsium glukonat, kalsium klorida, atau asam para aminosalisilat untuk pengobatan tuberkulosis (TBC)
- Prosedur heel stick atau pengambilan sampel darah dari tumit bayi yang baru lahir
Kalsifikasi idiopatik
Penderita kalsifikasi jenis ini tidak memiliki penyakit tertentu yang mendasari penumpukan kalsium sehingga disebut idiopatik. Kalsifikasi idiopatik umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja.
Kalsifilaksis
Sama seperti kalsifikasi idiopatik, penyebab kalsifilaksis juga belum diketahui. Meski demikian, kalsifilaksis diduga terjadi akibat beberapa kondisi berikut:
Gejala Calcinosis Cutis
Calcinosis cutis ditandai dengan benjolan keras yang berwarna putih kekuningan di permukaan kulit. Benjolan calcinosis cutis berkembang secara bertahap dengan ukuran yang bervariasi. Pada beberapa kasus, benjolan bisa menimbulkan rasa gatal dan nyeri.
Meski jarang terjadi, calcinosis cutis bisa berkembang menjadi luka lepuh yang tidak kunjung sembuh dan menyebabkan kematian jaringan (gangrene).
Berdasarkan jenis calcinosis cutis, benjolan juga dapat berkembang di semua bagian tubuh, termasuk tulang, paru-paru, ginjal, pembuluh darah, dan organ reproduksi.
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter bila muncul benjolan di kulit yang bertekstur keras dan berwarna putih kekuningan. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab benjolan dan mendapat penanganan yang tepat.
Diagnosis Calcinosis Cutis
Untuk mendiagnosis calcinosis cutis, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien dan riwayat kesehatannya, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik lengkap.
Selanjutnya, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan lanjutan di bawah ini untuk menegakkan diagnosis:
- Tes darah, untuk mengukur kadar kalsium dan fosfat
- Pemindaian dengan foto Rontgen atau CT scan, untuk mengukur kadar kalsium yang menumpuk di organ dalam
- Biopsi dengan memeriksa sampel kulit, untuk mengetahui ada tidaknya jaringan yang tidak normal
- Tes fungsi ginjal, untuk memeriksa penyakit ginjal
- Tes kadar vitamin D, untuk mengetahui apakah kadar vitamin D lebih atau kurang
- Tes hormon paratiroid dan tiroid, untuk mendeteksi hiperparatiroidisme
- Tes antibodi SCL-70, untuk mendiagnosis penyakit skleroderma
- Tes urine 24 jam, untuk mengukur kadar kalsium di dalam urine
Pengobatan Calcinosis Cutis
Pengobatan untuk penderita calcinosis cutis tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Metode pengobatannya antara lain:
Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat diresepkan dokter untuk menangani calcinosis cutis antara lain:
- Warfarin, untuk menormalkan kadar vitamin K pada sebagian penderita calcinosis cutis
- Diltilazem, untuk menurunkan pasokan kalsium ke jaringan yang rusak
- Bifosfonat, untuk mengurangi pergantian dan penyerapan kalsium di dalam tubuh
- Minocycline atau ceftriaxone, untuk mengikat kalsium dan meredakan peradangan
- Aluminum hydroxide, untuk mengatasi calcinosis cutis pada penderita lupus dan dermatomiositis
- Probenecid, untuk meningkatkan pengeluaran fosfat melalui urine
Operasi
Operasi pengangkatan benjolan dapat dilakukan bila benjolan disertai nyeri dan luka lepuh, infeksi berulang, atau menyebabkan gangguan fungsi organ.
Perlu diketahui, luka bekas operasi juga dapat memicu penumpukan kalsium. Oleh karena itu, dokter akan melakukan operasi dengan mengangkat sebagian kecil benjolan terlebih dahulu.
Terapi lain
Calcinosis cutis juga bisa diobati dengan terapi laser dan iontophoresis. Terapi laser bertujuan untuk melarutkan tumpukan kalsium dengan menggunakan sinar laser karbon dioksida. Sedangkan iontophoresis dilakukan untuk memecah kalsium dengan menggunakan listrik arus lemah.
Komplikasi Calcinosis Cutis
Calcinosis cutis dapat menyebabkan sejumlah komplikasi di lokasi tumbuhnya benjolan. Komplikasi tersebut meliputi:
- Gerak tubuh terbatas
- Nyeri dan mati rasa
- Kematian jaringan
- Infeksi bakteri
- Batu ginjal
- Kerusakan katup jantung
Pencegahan Calcinosis Cutis
Calcinosis cutis tidak selalu bisa dicegah. Namun, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penumpukan kalsium di dalam tubuh antara lain:
- Menjalani tes darah secara rutin untuk mengukur kadar kalsium bagi orang yang berusia lebih dari 65 tahun
- Memeriksakan diri ke dokter secara berkala bila terlahir dengan kelainan pada jantung atau ginjal
- Berkonsultasi dengan dokter selama menjalani pengobatan yang dapat memengaruhi kadar kalsium, misalnya minum obat untuk mengatasi kolesterol dan terapi penggantian hormon
- Membatasi asupan suplemen tinggi kalsium dan berkonsultasi dengan dokter mengenai jumlah asupan kalsium yang tepat berdasarkan usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan
- Menerapkan pola hidup sehat, misalnya memenuhi asupan makanan bergizi seimbang, berhenti merokok, dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol