Banyak pasangan suami istri datang ke dokter kandungan untuk menanyakan cara memilih jenis kelamin bayi mereka. Alasannya bisa karena ingin meneruskan nama keluarga atau ingin jenis kelamin yang berbeda dengan anak sebelumnya. Bisakah ini dilakukan dan bagaimana caranya?
Di dunia kedokteran, metode dan teknik pemilihan jenis kelamin telah banyak mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pemilihan jenis kelamin bayi ini bisa dilakukan dengan metode alami maupun dengan bantuan medis. Namun, apa pun metodenya, jenis kelamin bayi tetap saja bisa tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Metode untuk Memilih Jenis Kelamin Bayi
Pemilihan jenis kelamin bayi dilakukan sebelum proses pembuahan. Caranya adalah dengan mengisolasi sperma pembawa kromosom X dan sperma pembawa kromosom Y sebelum membuahi sel telur, agar jenis kelamin bayi hasil pembuahan dapat diatur.
Sperma dapat membawa kromosom X atau Y, sedangkan telur hanya membawa kromosom X. Bila sel telur dibuahi oleh sperma pembawa kromosom X, hasilnya adalah anak perempuan. Namun bila sel telur dibuahi oleh sperma pembawa kromosom Y, jadilah anak laki-laki.
Pemilahan sperma bertujuan untuk menghasilkan sampel air mani dengan proporsi sperma X yang lebih banyak atau sperma Y yang lebih banyak. Dengan begitu, peluang untuk mendapatkan jenis kelamin yang diinginkan akan meningkat.
Ada beberapa metode pemilihan sperma yang dikenal di dunia kedokteran, yaitu:
-
Metode Ericsson
Metode ini memiliki tingkat keberhasilan 78-85% untuk anak laki-laki dan 73-75% untuk anak perempuan. -
Metode MicroSort
Metode MicroSort memiliki tingkat keberhasilan 75% untuk anak laki-laki dan 90% untuk anak perempuan. -
Metode PGD (Preimplantation Genetic Diagnosis)
Metode PGD untuk bayi tabung memiliki akurasi mendekati 100%. Meski demikian, pasien perlu konsultasi yang cukup untuk memilih cara ini.
Adakah Metode yang Lebih Mudah dan Alami?
Selain dengan ketiga prosedur medis di atas, Anda dapat merencanakan jenis kelamin bayi dengan cara yang alami. Untuk mendapatkan jenis kelamin bayi yang diinginkan, Anda perlu melakukan diet khusus dan menjadwalkan hubungan seksual. Presentase keberhasilan cara ini adalah sekitar 70-80%.
Diet atau pengaturan pola makan tersebut perlu dilakukan sebelum pembuahan, bukan selama hamil. Caranya adalah sebagai berikut:
Diet untuk mendapatkan anak laki-laki
Agar bisa mendapatkan anak laki-laki, Anda dianjurkan untuk:
- Memenuhi asupan 2500 kalori/hari.
- Memperbanyak asupan natrium, misalnya dari ikan asin, telur asin, daging, sereal, jus sayur, makanan kaleng, dan roti.
- Memperbanyak asupan kalium, misalnya dari pisang, kentang, daun hijau, alpukat, susu, tomat yang dimasak, ikan, jamur, dan labu.
- Menghindari susu, mentega, keju dan yogurt.
Diet untuk mendapatkan anak perempuan
Agar bisa mendapatkan anak perempuan, Anda dianjurkan untuk:
- Membatasi asupan
- Mengonsumsi sayur-sayuran yang rendah natrium.
- Mengonsumsi makanan tinggi magnesium, seperti alpukat, yogurt, biji-bijian, kedelai, ikan, daun hijau gelap, pisang, dan cokelat.
- Meningkatkan asupan kalsium, misalnya dari susu, keju, yogurt, tahu, bayam, kacang-kacangan, ikan teri, dan kerang.
- Menghindari garam, ragi, daging, ikan, kopi, dan minuman bersoda.
Program diet ini perlu dilakukan selama 9-12 minggu sebelum Anda melakukan program hamil. Jika sedang menggunakan KB, jangan lepas KB sebelum program diet ini selesai. Setelah diet selesai, jadwalkan hubungan seks dengan metode Shettles.
Menjadwalkan hubungan Seksual dengan Metode Shettles
Jika menginginkan anak laki, Anda dianjurkan untuk melakukan hubungan seksual sedekat mungkin dengan masa subur. Lakukan douche vagina dengan cairan basa, seperti air soda, 15 menit sebelum melakukan hubungan seks. Menurut penelitian, metode ini menghasilkan anak laki-laki dengan presentase keberhasilan 57%.
Jika menginginkan anak perempuan, lakukan hubungan seksual setiap hari sejak awal siklus haid hingga 2 hari sebelum masa subur. Lakukan douche vagina dengan cairan asam, 15 menit sebelum melakukan hubungan seksual.
Kesimpulannya, jenis kelamin bayi bisa direncanakan. Namun, tingkat keberhasilannya berbeda-beda dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Yang perlu digarisbawahi, metode di atas tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan harus dengan bimbingan dokter.
Jadi, konsultasikanlah dulu dengan dokter agar peluang keberhasilannya lebih besar.
Ditulis oleh:
dr. Akbar Novan Dwi Saputra, SpOG
(Dokter Spesialis Kandungan)