Tidak sedikit orang tua memberikan empeng kepada bayi agar bayinya tidak rewel dan lebih tenang. Padahal, kebiasaan ngempeng bisa berdampak buruk bagi kesehatan bayi, lho. Oleh karena itu, Bunda harus tahu kapan waktu yang tepat untuk memberikan Si Kecil empeng dan kapan harus berhenti.
Bayi secara alamiah memang memiliki keinginan untuk mengisap atau memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya, bahkan saat ia tidak merasa lapar. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan bayi mengisap jari tangannya sendiri atau benda apa pun yang bisa diraihnya.
Karena kebiasaan tersebut, banyak bayi yang diberikan empeng oleh orang tuanya. Selain itu, empeng juga digunakan untuk membuat bayi lebih tenang dan cenderung tidak rewel.
Meski demikian, Bunda dan Ayah perlu mengetahui apa saja manfaat dan risiko yang dapat terjadi bila Si Kecil terlalu sering ngempeng.
Manfaat dan Dampak Kebiasaan Ngempeng pada Bayi
Hingga kini, penggunaan dot atau empeng pada bayi masih menuai pro dan kontra, terutama soal efeknya bagi kesehatan bayi. Secara umum, manfaat ngempeng bagi adalah:
- Membuat bayi merasa lebih tenang, nyaman, dan tidak rewel
- Membantu bayi lebih mudah tidur dengan pulas
- Mengurangi rasa tidak nyaman bayi di situasi tertentu, misalnya saat imunisasi atau ketika ia sedang sedang rewel karena kolik
- Mengurangi risiko bayi untuk mengalami kematian mendadak
- Melatih bayi untuk belajar menelan dan menyusu, sehingga berat badannya lebih cepat naik
Meski begitu, kebiasaan ngempeng juga bisa berdampak butuk bagi kesehatan bayi, lho. Jika bayi terlalu lama dan sering ngempeng, ia lebih berisiko mengalami kondisi berikut ini:
- Kesulitan belajar menyusu langsung dari puting payudara atau bingung puting, terutama jika ia sudah dibiarkan ngempeng sejak usianya di bawah 4–6 minggu
- Lebih rentan mengalami infeksi telinga
- Infeksi karena penggunaan empeng yang kotor atau tidak higienis
- Masalah gigi, misalnya gigi tumbuh miring atau tidak rata
- Ketergantungan pada empeng
Tips Agar Si Kecil Tidak Mengalami Ketergantungan Ngempeng
Jika Bunda memutuskan untuk memberikan empeng kepada Si Kecil, pastikan untuk memilih empeng berkualitas baik. Bunda bisa memilih empeng bayi yang terbuat dari silikon, bebas bisphenol-A (BPA), mudah dibersihkan, dan sesuai dengan usia Si Kecil.
Pilih juga empeng bayi yang memiliki lubang pada bagian pinggir agar udara dapat keluar-masuk. Berikut ini adalah beberapa panduan penggunaan empeng pada bayi agar lebih aman dan tidak membuatnya ketergantungan terhadap empeng:
Jangan berikan empeng pada bayi terlalu awal
Semakin awal Si Kecil dibiarkan ngempeng, semakin tinggi risiko bayi mengalami ketergantungan ngempeng. Oleh karena itu, Bunda bisa mulai memberi Si Kecil empeng setelah ia pandai menyusu melalui puting atau setidaknya bila ia sudah berusia di atas 4–6 minggu.
Jangan jadikan empeng sebagai upaya awal menenangkan bayi
Hindari kebiasaan memberikan empeng sebagai “senjata” untuk menenangkan Si Kecil saat ia menangis. Bunda bisa coba cara lain lebih dahulu, seperti menimang Si Kecil, memberikan pijatan, atau menyanyikan lagu agar Si Kecil tenang. Bunda juga tidak perlu memberikan Si Kecil empeng saat ia sedang tidak rewel dan tidak mencari empengnya.
Hindari memberikan bahan pemanis pada empeng
Hindari kebiasaan mengoleskan cairan pemanis pada empeng, seperti madu, gula, atau sirup, karena dapat merusak gigi Si Kecil. Selain itu, rasa manis juga bisa membuatnya semakin ketergantungan dan sulit untuk berhenti ngempeng.
Ketika memberikan empeng untuk Si Kecil, Bunda sebaiknya tidak memberikan empeng yang memiliki tali atau rantai karena berisiko menyebabkan bayi tercekik.
Bunda juga perlu sering membersihkan empeng dan pastikan agar empeng yang akan diberikan kepada Si Kecil sudah bersih. Jika empengnya kotor, Si Kecil bisa mengalami infeksi bakteri atau virus yang berasal dari empeng.
Hindari memberi empeng dengan tali atau rantai agar tidak menimbulkan risiko bayi tercekik. Hal ini berbahaya karena bisa menyebabkan cedera pada bayi.
Cara Melatih Anak Berhenti Ngempeng
Bunda sebaiknya mulai mengontrol atau mengurangi pemberian empeng ketika Si Kecil sudah berusia 6 bulan atau paling lambat 1 tahun. Berikut ini adalah tips melatih Si Kecil agar ia bisa berhenti ngempeng:
1. Jauhkan empeng dari jangkauan anak
Bunda bisa menyimpan empeng di dalam laci atau tempat yang tinggi dan menguncinya, sehingga sulit dijangkau dan Si Kecil tidak dapat mengambilnya.
2. Batasi waktu ngempeng anak
Agar Si Kecil tidak menjadikan ngempeng sebagai sebuah kebiasaan, Bunda bisa menjadwalkan waktu ngempeng Si Kecil, misalnya hanya saat pagi atau malam hari.
3. Alihkan perhatian Si Kecil dari empengnya
Saat Si Kecil ingin ngempeng, coba alihkan perhatiannya dengan mengajak Si Kecil melakukan kegiatan lain, seperti bernyanyi, bermain, bercanda, atau menonton televisi.
Bila saatnya Si Kecil tidur dan ingin ngempeng, Bunda bisa mengalihkan perhatiannya dengan cara membacakan dongeng atau memutar lagu dengan irama yang tenang.
4. Beri pemahaman secara perlahan
Bila Si Kecil sudah cukup besar dan mulai bisa memahami apa yang Bunda dan Ayah katakan, mulailah beri ia pemahaman sederhana kenapa harus berhenti ngempeng. Misalnya, dengan mengatakan bahwa kebiasaan ngempeng hanya dilakukan oleh bayi dan bukan anak-anak seusianya.
Agar ngempeng tidak menjadi kebiasaan atau ketergantungan bagi Si Kecil, Bunda bisa menerapkan cara-cara di atas dan melakukannya secara bertahap namun konsisten.
Biasanya, anak-anak akan berhenti ngempeng ketika mereka berusia 2–4 tahun. Namun, jika Si Kecil susah lepas dari kebiasaan ngempeng, bahkan ketika ia sudah besar, Bunda dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik.