Ada beragam cara mengatasi mood swing pada anak yang dapat Ayah dan Bunda terapkan saat Si Kecil rewel. Dengan begitu, Ayah dan Bunda tidak lagi bingung dan tidak khawatir serta bisa lebih mengerti perasaan Si Kecil.
Mood swing atau perubahan suasana hati dengan cepat adalah hal yang wajar dialami oleh anak. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh rasa lelah, stres, cemas, kekurangan nutrisi, atau perubahan hormon selama masa pertumbuhan. Jika disebabkan oleh hal ini, mood swing biasanya akan hilang sendiri setelah penyebabnya teratasi.
Namun, orang tua sebaiknya tetap memperhatikan dan menerapkan cara mengatasi mood swing pada anak. Soalnya, fenomena ini juga bisa terjadi karena adanya gangguan mental tertentu, misalnya depresi atau bipolar. Mood swing karena hal ini umumnya berlangsung lama dan penanganannya harus dilakukan oleh dokter.
Cara Mengatasi Mood Swing pada Anak
Mood swing lebih sering dialami oleh anak yang mulai beranjak remaja atau memasuki masa pubertas. Meski begitu, ada juga balita dan anak-anak yang bisa mengalami mood swing. Ketika sedang mengalami perubahan mood, anak biasanya juga akan lebih mudah marah atau tantrum.
Saat menghadapi anak yang mengalami mood swing, orang tua tidak perlu panik dan frustrasi, apalagi sampai bertindak kasar. Sebagai gantinya, berikut ini adalah beberapa cara mengatasi mood swing pada anak yang bisa diterapkan:
1. Temukan pemicu mood swing
Ketika Si Kecil mengalami mood swing, dekati di saat ia tenang, kemudian jalin komunikasi dengan hangat sambil menanyakan masalah apa yang sedang terjadi hingga membuat dirinya risau atau emosi.
Jika ia tidak mau menjawab, jangan terus bertanya. Ada baiknya Ayah dan Bunda meninggalkan Si Kecil sejenak dan berikan kesempatan baginya untuk menenangkan diri.
Ketika ia sudah merasa tenang, barulah tanya kembali terkait pemicu mood swing yang dialaminya. Setelah mengetahui pemicunya, Bunda dan Ayah bisa saling mencari solusi bersama Si Kecil.
2. Alihkan dengan beragam aktivitas
Daripada membiarkan buah hati terus berkeluh kesah atau emosi saat mood swing, cobalah alihkan perhatiannya dengan mengajak Si Kecil melakukan berbagai aktivitas yang menarik minatnya, misalnya mengajak jalan-jalan, membaca buku, menonton film, atau mendengarkan musik favoritnya.
3. Tawarkan makanan bergizi
Kurang asupan nutrisi tertentu, seperti vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat, bisa meningkatkan risiko anak mengalami mood swing. Oleh karena itu, Ayah dan Bunda bisa menawarkan makanan ringan atau camilan sehat untuk anak, baik berupa sayuran, buah-buahan, yoghurt, atau kacang-kacangan.
Sebaiknya hindari memberikan junk food atau makanan ringan, seperti kue, es krim, dan gorengan karena makanan ini tidak mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan anak.
4. Biarkan ia bermain dengan temannya
Ada kalanya mood swing pada anak dapat teratasi saat ia bermain dengan temannya, terlebih bagi anak usia remaja. Persahabatan sangatlah penting untuk membentuk lingkaran sosial.
Jadi, biarkanlah anak bermain dengan temannya ketika sedang mood swing. Namun, Ayah dan Bunda tetap harus memberikan batasan waktu agar ia tidak bermain terlalu lama.
Guna mencegah penularan COVID-19, Ayah dan Bunda juga bisa minta Si Kecil untuk tidak bertemu langsung dengan teman-temannya, melainkan melalui daring atau video call.
5. Ajarkan keterampilan mengatasi emosi
Mood swing pada anak tetap tidak boleh diabaikan, apalagi sampai anak emosi berlebihan. Oleh karena itu, Ayah dan Bunda juga perlu mendidik dan mengajarkan Si Kecil cara mengendalikan emosi, misalnya melalui relaksasi, meditasi, latihan pernapasan, atau sekadar mendengarkan musik yang Si Kecil sukai.
Nah, itulah berbagai cara mengatasi mood swing pada anak yang bisa dicoba. Perlu diingat kembali, mood swing memang wajar dialami oleh anak-anak saat kelelahan, stres, atau beranjak remaja. Namun, hal ini tetap perlu diwaspadai jika terlalu sering terjadi sampai mengganggu aktivitas, prestasi di sekolah, atau kehidupan sosialnya.
Apabila mood swing yang dialami Si Kecil sulit diatasi dan terlihat mengkhawatirkan, sebaiknya Ayah dan Bunda membawanya ke dokter atau psikolog.