Chronic fatigue syndrome (CFS) adalah sekumpulan gejala mulai dari lelah, lesu, dan tidak bertenaga, yang berlangsung terus menerus dan tidak terkait langsung dengan kurang istirahat. Akibatnya, penderita kondisi ini tidak mampu melakukan aktivitas hariannya secara maksimal akibat lelah yang dirasakannya.
Chronic fatigue syndrome (CFS) atau sindrom kelelahan kronis dapat terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak. Namun, CFS lebih sering terjadi pada wanita, terutama yang berusia 40–50 tahun.
CFS sering dikaitkan dengan penyakit lain, mulai dari penyakit tiroid, diabetes, anemia, hingga penyakit mental, seperti depresi.
Penyebab dan Faktor Risiko Chronic Fatigue Syndrome
Penyebab chronic fatigue syndrome (CFS) belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya chronic fatigue syndrome, yaitu:
- Genetik atau diturunkan dari orang tua
- Baru saja menderita penyakit infeksi, seperti demam kelenjar atau pneumonia
- Baru saja mengalami trauma baik fisik maupun mental
- Stres yang tidak terkelola dengan baik
Sindrom kelelahan kronis juga lebih berisiko terjadi pada orang yang:
- Berjenis kelamin wanita
- Berusia 40–50 tahun
- Memiliki keluarga yang menderita CFS
- Menderita gangguan atau kondisi tertentu, seperti fibromyalgia atau sindrom iritasi usus besar
Gejala Chronic Fatigue Syndrome
Gejala chronic fatigue syndrome atau sindrom kelelahan kronis bisa berbeda-beda pada tiap penderita. Tingkat keparahan gejalanya pun bisa bervariasi tiap harinya. Secara umum, berikut gejala yang bisa dirasakan oleh penderita sindrom kelelahan kronis:
- Rasa lelah yang parah dan terjadi sepanjang waktu, bahkan setelah beristirahat
- Pusing yang memberat ketika bangun dari duduk atau berbaring
- Gangguan tidur, seperti sering terbangun ketika tidur
- Sulit berkonsentrasi, mudah lupa, atau linglung
Selain itu, penderita sindrom kelelahan kronis juga dapat mengalami beberapa gejala berikut:
- Nyeri otot atau sendi
- Sakit kepala
- Tidak enak badan, terutama setelah beraktivitas (malaise)
- Sakit tenggorokan
- Pembengkakan kelenjar getah bening di leher atau ketiak
- Sensitif terhadap cahaya, suara, atau bau
- Jantung berdebar
Kapan harus ke dokter
Rasa lelah yang terus menerus bisa mengganggu aktivitas dan menjadi tanda adanya penyakit. Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda merasa lelah sepanjang waktu meski telah beristirahat dengan cukup.
Pemeriksaan ke dokter juga perlu dilakukan jika lelah kian memburuk setiap harinya atau terdapat keluhan lain yang dialami penderita.
Diagnosis Chronic Fatigue Syndrome
Untuk mendiagnosis chronic fatigue syndrome, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala yang dialami dan obat-obatan yang dikonsumsi pasien, serta riwayat perjalanannya. Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien dan keluarga, dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik.
Pasien dapat dikatakan menderita chronic fatigue syndrome jika mengalami beberapa hal berikut ini:
- Mengalami lelah yang sedang hingga parah selama 6 bulan berturut-turut
- Mengalami gejala yang memburuk, seperti sulit berkonsentrasi dan pusing, setelah beraktivitas
- Mengalami kesulitan untuk tidur atau mempertahankan tidur
Pasien dapat dikatakan menderita sindrom kelelahan kronis jika mengalami setidaknya satu di antara dua gejala berikut:
- Sulit berkonsentrasi, mudah lupa, atau linglung
- Gejala memburuk ketika bangun dari tidur atau duduk
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti tes darah atau tes urine, untuk mendeteksi terjadinya kondisi lain, seperti anemia atau gangguan ginjal.
Pengobatan Chronic Fatigue Syndrome
Belum ada pengobatan khusus untuk mengatasi chronic fatigue syndrome. Meski begitu, ada beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk meredakan gejala CFS, yaitu:
Obat-obatan
Dokter dapat memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala akibat CFS. Beberapa obat-obatannya adalah:
- Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen dan naproxen, untuk meredakan sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri sendi
- Obat antidepresan, seperti fluoxetine, untuk mengatasi CFS yang terkait dengan depresi
- Obat tekanan darah darah, seperti midodrine, jika CFS terkait dengan tekanan darah rendah
Psikoterapi
Psikoterapi biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami sindrom kelelahan kronis sedang atau berat. Jenis psikoterapi yang biasa dilakukan adalah terapi perilaku kognitif, yaitu terapi yang dapat membantu pasien dalam menerima kondisinya sendiri.
Fisioterapi
Fisioterapi atau terapi fisik bertujuan untuk membantu pasien agar tetap aktif dalam berolahraga. Dokter akan menentukan jenis olahraga yang cocok untuk pasien agar tubuh pasien tidak terlalu lelah.
Perbaikan pola hidup
Selain beberapa pengobatan di atas, dokter juga akan menganjurkan pasien untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
- Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein
- Tidak tidur siang jika sulit untuk tidur malam
- Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang
- Beristirahat yang cukup
- Tidak merokok atau menghentikan kebiasaan merokok
Komplikasi Chronic Fatigue Syndrome
Jika tidak diobati, chronic fatigue syndrome dapat membuat penderitanya sulit menjalani aktivitas harian dengan normal karena merasa lelah sepanjang waktu. Pada beberapa kasus, CFS bahkan bisa membuat penderitanya tidak mampu berdiri atau berjalan sendiri.
Karena tidak bisa melakukan aktivitasnya dengan normal, kualitas hidup penderita CFS menjadi terganggu. Hal ini berisiko menyebabkan depresi, gangguan cemas, atau stres, pada penderita.
Pencegahan Chronic Fatigue Syndrome
Chronic fatigue syndrome sulit dicegah karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Jika Anda menderita kondisi yang bisa memicu sindrom kelelahan kronis, upaya utama yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya CFS adalah dengan menjalani pemeriksaan dan minum obat yang diresepkan dokter.