Crohn’s disease adalah peradangan pada lapisan dinding sistem pencernaan. Peradangan ini bisa terjadi dari mulut hingga anus, tetapi lebih sering terjadi di bagian usus halus dan usus besar. Penyakit ini terjadi seumur hidup, tetapi bisa dikontrol dengan pengobatan yang tepat.
Crohn’s disease atau penyakit Crohn merupakan kondisi yang terjadi dalam jangka panjang (kronis). Penyakit ini tergolong salah satu jenis radang usus selain kolitis ulseratif.
Crohn’s disease dapat menyebabkan nyeri perut dan diare parah. Peradangannya juga dapat menyebar ke lapisan usus yang lebih dalam dan menimbulkan komplikasi yang mengancam nyawa.
Penyebab Crohn’s Disease
Penyebab penyakit Crohn belum diketahui secara pasti. Namun, Crohn’s disease diduga terkait dengan kombinasi faktor genetik, gangguan pada sistem kekebalan tubuh, dan pengaruh lingkungan.
Kombinasi ketiga faktor di atas dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit Crohn pada orang-orang dengan kondisi berikut:
- Memiliki keluarga yang menderita penyakit Crohn
- Merokok
- Mengonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi
- Mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen, naproxen, atau natrium diklofenak
Gejala Crohn’s Disease
Gejala penyakit Crohn tergantung pada bagian sistem pencernaan yang terserang, luas peradangan, dan tingkat keparahannya. Gejala awal penyakit ini biasanya muncul pada masa kanak-kanak atau dewasa awal, kemudian berkembang seiring waktu.
Gejala penyakit Crohn juga bisa hilang dan timbul. Masa ketika gejala penyakit Crohn menghilang selama beberapa waktu dikenal sebagai periode remisi. Setelah periode remisi berlalu, gejala penyakit Crohn dapat kambuh kembali atau disebut juga dengan periode flare-up.
Karena penyakit Crohn merupakan penyakit kronis, periode remisi dan flare-up dapat terus terjadi secara berulang.
Berikut ini adalah gejala-gejala yang dapat muncul pada penderita penyakit Crohn:
- Sakit perut
- Diare
- Kram perut
- Hilang nafsu makan
- Berat badan menurun
- BAB berdarah
- Sariawan
- Demam
- Pucat
- Lemas
- Saluran abnormal yang terbentuk di sekitar dubur (fistula ani)
Selain gejala-gejala di atas, penyakit Crohn juga dapat menimbulkan peradangan di bagian tubuh lain, seperti mata, kulit, sendi, hati, dan saluran empedu.
Pada anak-anak, peradangan di sistem pencernaan, terlebih yang terjadi berulang, dapat menghambat penyerapan nutrisi dari makanan yang dikonsumsinya. Akibatnya, proses tumbuh kembangnya menjadi terganggu.
Kapan harus ke dokter
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala di atas, terutama jika:
- Diare tidak kunjung sembuh meski telah mengonsumsi obat diare
- Demam berlangsung lebih dari 2 hari
- Sakit perut tidak kunjung membaik
- Diare berlangsung lebih dari 7 hari
Pemeriksaan ke dokter juga diperlukan jika berat badan anak menurun secara tiba-tiba atau bila perkembangan dan pertumbuhannya terlambat.
Diagnosis Crohn’s Disease
Dokter akan menanyakan pola gejala yang dialami pasien untuk mengetahui penyebab timbulnya gejala tersebut. Dokter juga akan menanyakan berbagai faktor yang dapat memicu penyakit Crohn, misalnya pola makan, riwayat penyakit dan konsumsi obat-obatan, serta riwayat kesehatan keluarga.
Pemeriksaan fisik seperti denyut nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pemeriksaan pada area perut juga akan dilakukan oleh dokter. Selain itu, dokter juga dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis penyakit Crohn, yaitu:
- Tes darah, untuk mendeteksi infeksi atau anemia dan menentukan seberapa parah peradangan dalam tubuh
- Pemeriksaan feses, untuk mendeteksi darah di tinja serta mencari tahu apakah gejala disebabkan oleh kondisi lain, seperti infeksi parasit atau Clostridium difficile
- Pemindaian dengan CTE (computerised tomography enterography/enteroclysis) atau MRE (computerised tomography enterography/enteroclysis), untuk melihat kondisi usus halus dan jaringan di sekitarnya secara lebih rinci
- Kolonoskopi, untuk mengetahui seberapa parah dan luas peradangan di dalam usus besar
- Biopsi atau pengambilan sampel jaringan saluran pencernaan, untuk mendeteksi perubahan pada sel-sel di dinding saluran pencernaan
Pengobatan Crohn’s Disease
Pengobatan Crohn’s disease bertujuan untuk meredakan gejala, mencegah terjadinya komplikasi, serta memperpanjang periode remisi. Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan oleh dokter:
Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang dapat diresepkan oleh dokter, yaitu:
- Obat antiradang, seperti sulfasalazine
- Obat kortikosteroid, seperti budesonide atau prednisone
- Imunosupresan, seperti azathioprine dan methotrexate, untuk menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif
- Antibiotik, seperti metrodinazole atau ciprofloxacin, untuk mengatasi infeksi pada fistula ani yang terjadi akibat Crohn’s disease
- Obat terapi biologis, seperti natalizumab atau infliximab, untuk menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif
- Obat antidiare, seperti loperamide, untuk menghentikan diare berkepanjangan
- Obat pereda nyeri perut, seperti paracetamol
Penambahan nutrisi
Penambahan nutrisi umumnya dilakukan melalui selang makan atau melalui infus. Tujuannya adalah agar asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh bisa terpenuhi.
Penambahan nutrisi juga dapat mengurangi kerja saluran pencernaan sehingga peradangan dapat berkurang. Nutrisi yang diberikan akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing pasien.
Operasi
Operasi merupakan pilihan terakhir untuk mengatasi penyakit Crohn. Prosedur ini dilakukan jika berbagai pengobatan lain telah dilakukan dan tidak membuahkan hasil yang memuaskan.
Operasi dilakukan dengan mengangkat bagian saluran pencernaan yang rusak, lalu menyambungkan bagian yang masih sehat. Selain itu, operasi juga dapat digunakan untuk menutup fistula, atau mengalirkan nanah di saluran pencernaan yang muncul akibat infeksi.
Meski bagian saluran pencernaan yang rusak telah diangkat, penyakit Crohn masih dapat kambuh kembali. Kambuhnya penyakit Crohn umumnya terjadi pada jaringan sambung yang dibuat setelah pengangkatan. Oleh sebab itu, dokter akan tetap memberikan obat untuk memperkecil kemungkinan penyakit ini kambuh.
Komplikasi Crohn’s Disease
Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit Crohn:
- Fistula ani
- Fisura ani
- Luka di saluran pencernaan
- Penyumbatan saluran pencernaan
- Malnutrisi
- Osteoporosis, yaitu berkurangnya kepadatan tulang sehingga rentan patah
- Anemia defisiensi besi
- Anemia defisiensi vitamin B12 atau folat
- Kanker usus
- Penyebaran radang ke sendi panggul (sacroiliitis)
Pencegahan Crohn’s Disease
Penyakit Crohn tidak bisa dicegah. Namun, pada orang yang telah menderita penyakit ini, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meredakan gejala dan mencegah kekambuhan (flare-up), yaitu:
- Mengonsumsi makanan sehat bergizi lengkap dan seimbang, serta membatasi asupan lemak
- Menghentikan kebiasaan merokok
- Berolahraga secara rutin
- Mengelola stres dengan baik