Indonesia memiliki iklim tropis dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak pada banyaknya daerah rawan DBD yang tersebar di penjuru negeri. Oleh karena itu, penting untuk mengenali daerah yang rawan DBD untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini.
Langkah pencegahan terhadap DBD sangat penting bagi Anda dan keluarga, karena penyakit ini bisa berbahaya dan berakibat fatal. Oleh karena itu, mengetahui daerah rawan DBD dapat membantu Anda lebih berhati-hati jika sedang berada di daerah tersebut atau hendak bepergian ke sana.
Daerah Rawan DBD di Indonesia
Indonesia termasuk dalam negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Pasifik. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2022, berikut ini adalah 10 provinsi dengan angka kasus DBD tertinggi:
- Bali
- Kalimantan Utara
- Bangka Belitung
- Kalimantan Timur
- Nusa Tenggara Timur
- DKI Jakarta
- Jawa Barat
- Sulawesi Utara
- Nusa Tenggara Barat
- Daerah Istimewa Yogyakarta
Jumlah kasus kematian akibat DBD di seluruh Indonesia pada tahun 2022 mencapai 432 orang. Sementara itu, jumlah kasus keseluruhan hingga Mei 2022 mencapai 45.387 kasus.
Namun, secara keseluruhan, angka kesakitan dan angka kematian akibat DBD di Indonesia telah jauh menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tidak terlepas dari meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan yang baik, sarana kesehatan yang makin memadai, dan meningkatnya kewaspadaan masyarakat.
Faktor Penyebab Daerah Rawan DBD
Rawan atau tidaknya suatu daerah dari DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada faktor yang bisa dikendalikan dan ada yang tidak. Berikut ini adalah penjelasannya:
Faktor lingkungan
Populasi nyamuk Aedes aegypti umumnya meningkat pada musim hujan. Curah hujan tinggi merupakan kondisi terbaik bagi nyamuk pembawa virus Dengue untuk berkembang biak. Meski begitu, di Indonesia, perkembangbiakan nyamuk terjadi hampir sepanjang tahun.
Salah satu faktor utamanya adalah lingkungan yang mendukung nyamuk untuk berkembang biak, seperti banyaknya saluran air tergenang, tumpukan barang bekas, dan warga tidak rutin menguras bak mandi atau tempat penampungan air.
Faktor sosial
Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan bahwa kasus DBD paling banyak terjadi di kota-kota dengan kepadatan penduduk tinggi, seperti Pulau Jawa. Kepadatan ini diperburuk dengan infrastruktur yang kurang memadai, seperti sarana penampungan dan pembuangan sampah serta penampungan air bersih.
Selain itu, perilaku warga menampung air dalam bak penampungan tanpa menjaga kebersihannya menjadikan wadah ini lokasi ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak.
Pemahaman masyarakat yang masih terbatas mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk juga turut menjadi faktor yang menyebabkan meningkatnya kasus di daerah rawan DBD.
Dengan mengenali daerah rawan DBD dan berbagai faktor penyebabnya diharapkan bisa membuat Anda menjadi lebih waspada terhadap penyakit ini. Anda juga bisa mencegah DBD dengan ikut melakukan program pemerintah, yaitu Gerakan 3M Plus dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
Jika Anda dan keluarga berada di daerah rawan DBD dan mengalami gejala DBD, seperti demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri otot, segeralah periksakan diri ke dokter agar bisa ditangani sedini mungkin untuk mencegah komplikasi serius.