Konsumsi makanan yang mengandung gas bisa membuat Anda mengalami perut kembung hingga sering sendawa dan buang gas (kentut). Meski tidak berbahaya, terlalu banyak gas di dalam saluran cerna dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, terutama saat beraktivitas.
Gas yang keluar dari saluran cerna atau kentut sering kali tidak berbau, tetapi kentut terkadang bisa juga berbau menyengat. Bau pada kentut tersebut berasal dari zat sulfur yang dihasilkan oleh bakteri di usus atau aroma makanan tertentu, misalnya petai dan jengkol.
Selain itu, seseorang terkadang bisa lebih sering kentut ketika mengonsumsi makanan yang mengandung gas tinggi. Bahkan, jika gas sudah menumpuk dalam saluran pencernaan, seseorang bisa menjadi susah buang angin.
Berbagai Makanan yang Mengandung Gas Tinggi
Makanan yang tinggi akan kandungan karbohidrat dan laktosa dapat menghasilkan lebih banyak gas di dalam saluran pencernaan. Sementara itu, makanan yang mengandung lemak dan protein menghasilkan gas lebih sedikit.
Berikut ini adalah beberapa jenis makanan yang dapat menghasilkan gas di dalam saluran cerna:
1. Kacang
Kacang merupakan salah satu jenis makanan yang dapat menghasilkan gas dalam jumlah banyak di saluran cerna. Hal ini dikarenakan kacang umumnya mengandung gula rafinosa yang sulit dicerna oleh tubuh.
Di dalam usus, rafinosa akan diolah oleh bakteri menjadi berbagai macam gas, seperti hidrogen, karbon dioksida, dan metana. Ketika jumlah gas di usus meningkat, Anda akan merasa kembung dan lebih sering buang gas.
2. Sayuran
Ada beberapa jenis sayuran yang mengandung gas tinggi, di antaranya asparagus, brokoli, kubis, kol, jamur, dan bawang. Jenis sayuran ini mengandung gula alami bernama fruktosa. Serupa dengan rafinosa pada kacang, gula fruktosa pada sayuran juga dapat menghasilkan gas di dalam usus.
3. Biji-bijian
Biji-bijian seperti gandum mengandung serat, rafinosa, dan pati. Ketiga zat tersebut dapat menghasilkan gas setelah dicerna di dalam usus besar. Namun, ada pula biji-bijian yang tidak menghasilkan gas. Salah satunya adalah beras.
4. Susu dan produk olahannya
Susu dan produk olahannya, seperti keju dan es krim, mengandung gula alami yang disebut laktosa. Untuk mencerna gula tersebut, tubuh perlu menghasilkan enzim laktase. Namun, pada penderita intoleransi laktosa, tubuh tidak mampu menghasilkan enzim tersebut dengan cukup.
Akibatnya, laktosa yang menumpuk akan diolah oleh bakteri di usus menjadi gas. Hal inilah yang membuat susu dan produk olahannya termasuk makanan yang mengandung gas tinggi.
5. Buah-buahan
Apel, pir, persik, dan plum merupakan jenis buah yang mengandung gula sorbitol serta serat. Oleh bakteri di usus, kandungan gula dan serat pada buah akan diolah menjadi gas.
Berbagai jenis makanan yang mengandung gas tinggi di atas umumnya termasuk dalam jenis makanan yang mengandung FODMAP (fermentable oligo-, di-, mono-saccharides and polyols), yaitu karbohidrat dan gula yang tidak dapat dicerna dengan baik.
Di usus besar, FODMAP akan melalui proses metabolisme oleh bakteri dan menghasilkan gas. Pada penderita penyakit iritasi atau radang usus, FODMAP bisa memperparah gejala gangguan pencernaan, seperti sakit perut, diare, dan perut kembung.
Tak hanya konsumsi makanan yang mengandung gas tinggi, masuknya udara ke dalam saluran cerna juga bisa terjadi akibat kebiasaan merokok dan sering mengunyah permen karet, khususnya yang mengandung pemanis buatan, seperti sorbitol, mannitol, dan xylitol.
Untuk mencegah produksi gas berlebih di saluran cerna atau mengatasi perut begah, Anda disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan yang mengandung gas secara berlebihan. Jika merasa sering kembung, sakit perut, dan mual setelah mengonsumsi makanan tersebut, Anda dapat berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.