Obat penambah darah digunakan untuk mengatasi anemia atau penyakit kurang darah. Bila dikonsumsi secara tepat dan sesuai dengan kondisi anemia, obat penambah darah juga dapat mencegah terjadinya komplikasi akibat anemia, seperti gangguan jantung maupun sistem kekebalan tubuh.
Penyakit kurang darah atau anemia terjadi ketika tubuh mengalami kekurangan sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke seluruh tubuh. Ada banyak jenis anemia dengan penyebab dan pengobatan yang berbeda-beda.
Namun, anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan nutrisi tertentu, seperti zat besi, vitamin B12, dan folat. Selain itu, anemia juga bisa disebabkan oleh penyakit kronis tertentu yang mengganggu produksi sel darah merah, misalnya penyakit ginjal.
Oleh karena itu, obat penambah darah yang digunakan untuk mengatasi anemia pun perlu disesuaikan dengan penyebabnya.
Obat Penambah Darah untuk Anemia
Ada beberapa jenis obat penambah darah, baik yang dijual bebas maupun yang memerlukan resep dokter. Berikut ini adalah jenis obat penambah darah yang bisa digunakan untuk mengatasi anemia:
1. Suplemen zat besi
Untuk menangani anemia defisiensi zat besi seperti yang dialami ibu hamil, dokter akan meresepkan suplemen zat besi untuk menambah asupan mineral ini bagi tubuh. Asupan zat besi yang cukup diperlukan agar proses pembentukan sel darah merah dapat berjalan normal.
Suplemen zat besi merupakan salah satu pilihan obat penambah darah di apotek. Meski begitu, konsumsi suplemen ini tidak boleh sembarangan. Minumlah suplemen sesuai dosis dan aturan pakainya.
Untuk meningkatkan penyerapan suplemen zat besi di dalam tubuh, ada beberapa tips yang bisa dilakukan, yaitu:
- Minumlah suplemen saat perut kosong.
- Hindari mengonsumsi suplemen zat besi dengan antasida atau obat maag. Jika perlu minum obat maag, minumlah suplemen zat besi 2 jam sebelum atau 4 jam setelah minum obat maag.
- Minumlah suplemen zat besi dengan vitamin C.
Konsumsi suplemen zat besi untuk anemia bisa menimbulkan beberapa efek samping, seperti sembelit, feses menjadi lebih gelap, dan sakit perut. Namun, efek tersebut umumnya hanya bersifat sementara dan tidak berbahaya.
Bila Anda memiliki penyakit di saluran pencernaan, seperti asam lambung, sebaiknya beri tahu dokter agar dosis dan cara penggunaan menyesuaikan kondisi Anda.
2. Suplemen vitamin B12
Obat penambah darah selanjutnya adalah suplemen vitamin B12. Suplemen ini juga banyak dijual bebas di apotek dan biasanya diberikan untuk mengatasi anemia defisiensi vitamin B12.
Suplemen vitamin B12 tersedia dalam bentuk tablet, tablet kunyah, sirop, dan cairan suntik. Untuk tablet, tablet kunyah, atau sirop, pastikan Anda mengonsumsinya sesuai anjuran dokter atau aturan pakai yang tertera pada kemasan suplemen.
Jika sistem pencernaan Anda sulit menyerap vitamin B12, dokter dapat menambah pemberian vitamin B12 melalui suntikan. Dosisnya bisa berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang.
3. Suplemen asam folat
Anemia akibat kekurangan vitamin B12 biasanya juga disertai kekurangan vitamin B9, yang biasa disebut asam folat. Dalam kondisi seperti ini, diperlukan suplemen asam folat. Dengan begitu, tubuh dapat memproduksi sel darah merah yang cukup untuk membawa oksigen ke seluruh organ dan jaringan tubuh.
Obat penambah darah untuk anemia berupa suplemen asam folat ini banyak dijual bebas di apotek, baik yang hanya berisi asam folat (vitamin B9) maupun yang dikombinasikan dengan vitamin lainnya.
Suplemen asam folat umumnya perlu dikonsumsi selama 4 bulan dan diiringi dengan perbaikan pola makan, termasuk konsumsi makanan yang mengandung asam folat.
4. Eritropoietin
Obat penambah darah eritropoietin umumnya digunakan untuk mengobati anemia akibat gangguan hormon eritropoietin (EPO). Secara alami, hormon EPO dihasilkan oleh ginjal untuk merangsang produksi sel darah merah. Namun, produksinya dapat terganggu akibat kondisi medis tertentu.
Obat ini adalah obat suntik dan hanya boleh diberikan di bawah pengawasan dokter dan atas anjuran dokter. Obat penambah darah eritropoietin biasanya diresepkan untuk penderita gagal ginjal kronis, pasien kanker, penderita HIV, dan orang yang membutuhkan transfusi darah dalam jangka panjang.
Selama mengonsumsi obat penambah darah untuk mengatasi anemia, Anda juga disarankan untuk mengonsumsi berbagai makanan penambah darah, seperti:
- Daging, termasuk ayam, ikan, sapi, dan hati
- Makanan laut, termasuk ikan tuna dan ikan salmon
- Susu dan produk olahannya, seperti yoghurt dan keju
- Buah-buahan, seperti jeruk, pisang, dan stroberi
- Sayuran, seperti brokoli, kubis, bayam, asparagus, dan buncis
- Kacang-kacangan, seperti kacang polong, kacang merah, dan kedelai
- Nasi atau sereal yang sudah diperkaya oleh vitamin dan mineral
Untuk memastikan pengobatan berhasil, penderita anemia umumnya perlu melakukan beberapa tes darah lanjutan. Tes darah biasanya dilakukan sekitar 10–14 hari setelah pengobatan dimulai.
Jika berbagai obat penambah darah yang dikonsumsi menimbulkan efek samping tertentu, seperti mual, susah buang air besar, atau tinja berwarna hitam pekat, jangan buru-buru menghentikan konsumsi obat. Sebaiknya berkonsultasilah dulu dengan dokter, agar dokter dapat memberikan saran untuk mengatasinya dan menyesuaikan cara penggunaan obat bila memang perlu.