Diffuse axonal injury adalah cedera kepala yang memengaruhi otak. Kondisi ini tergolong berbahaya, karena bisa menyebabkan kerusakan otak permanen. Bahkan, penderitanya juga bisa mengalami koma atau bahkan kehilangan nyawa.
Diffuse axonal injury (DAI) terjadi ketika otak bergerak atau bergeser dengan cepat di dalam tengkorak akibat cedera atau benturan keras di kepala. Kondisi ini bisa menyebabkan serabut saraf di otak robek.
Cedera kepala yang umumnya memicu DAI adalah kecelakaan saat mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Namun, beberapa kondisi juga dapat memicu terjadinya DAI, seperti pukulan benda tumpul di kepala, terjatuh, cedera olahraga, hingga kekerasan fisik.
Berbagai Gejala Diffuse Axonal Injury (DAI)
Gejala DAI sangat bervariasi tergantung tingkat keparahan dan bagian otak yang mengalami cedera atau kerusakan. Namun, gejala DAI yang umumnya terjadi adalah pingsan atau penurunan kesadaran.
Pada kasus diffuse axonal injury dengan tingkat keparahan yang ringan, penderita mungkin saja tetap sadarkan diri. Meski begitu, sejumlah gejala kerusakan otak yang mirip dengan gejala gegar otak bisa dirasakan. Berikut ini adalah beberaga gejala DAI yang mirip dengan gejala gegar otak ringan:
- Sakit kepala berat
- Pusing
- Mual
- Muntah berulang
- Gangguan tidur
- Hilang keseimbangan
- Kebingungan
Untuk DAI yang berat atau parah, penderita tidak hanya bisa pingsan, tetapi juga mengalami koma atau kehilangan nyawa.
Penanganan Diffuse Axonal Injury (DAI)
Siapapun yang mengalami DAI membutuhkan pertolongan cepat untuk meminimalkan terjadinya pembengkakan otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut.
Oleh karena itu, bila Anda menemukan seseorang yang memiliki gejala DAI, apalagi terjadi setelah kecelakaan atau cedera yang mengenai kepalanya, segera cari bantuan medis agar orang tersebut secepat mungkin mendapat penanganan.
Hal pertama yang dilakukan tenaga medis ketika melihat seseorang yang dicurigai mengalami DAI adalah menentukan tingkat kesadaran dengan skala GCS. Skala ini diukur berdasarkan tigas aspek, yaitu kemampuan membuka mata, kemampuan bicara, dan gerakan tubuh.
Skala GCS memiliki angka terendah 3, sedangkan tertinggi 15. Makin tinggi hasilnya, makin rendah pula kemungkinan adanya kerusakan otak yang serius. Selanjutnya, penanganan diffuse axonal injury akan menyesuaikan dengan tingkat keparahannya, yaitu:
Penanganan DAI ringan
Pada kasus diffuse axonal injury ringan, penderita biasanya menunjukkan skala GCS menengah. Sementara itu, penanganan yang dokter berikan mirip dengan penanganan kasus gegar otak ringan.
Penderita DAI akan disarankan untuk istirahat total agar kerusakan otak tidak makin memburuk dan gejala DAI tidak makin parah. Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan, dokter juga akan memberikan obat pereda nyeri, seperti natrium diklofenak.
Sementara itu, untuk membantu proses pemulihan secara fisik, dokter akan mengajurkan penderita menjalani beberapa terapi, salah satunya fisioterapi.
Penanganan DAI berat
Sementara itu, pada kasus DAI sedang dan berat, perawatan intensif sangat diperlukan. Dokter saraf, dokter bedah saraf, dan tenaga medis di ICU akan bekerja sama guna memberikan perawatan mendalam untuk penderita DAI berat, sehingga ia bisa pulih atau sadar.
Orang yang terkena diffuse axonal injury berat kebanyakan tidak mampu bertahan hidup. Namun, ada pula yang kembali sadar tetapi butuh waktu lama untuk dapat pulih seutuhnya, bahkan belum tentu dapat sembuh sepenuhnya.
Kondisi ini akhinya membuat penderita DAI berisiko memiliki kualitas hidup yang buruk dan mengalami cacat seumur hidup.
Diffuse axonal injury atau DAI adalah kondisi yang berbahaya dan tidak boleh disepelekan. Oleh karena itu, segera hubungi dokter atau tenaga medis jika ada yang mengalami cedera kepala, terutama jika penderitanya hilang kesadaran.
Selama menunggu pertolongan medis datang, jangan menggerakkan kepala dan lehernya karena tindakan ini takutnya akan membuat penderita alami cedera lebih lanjut.