Dampak polusi udara bisa memengaruhi kesehatan tubuh, khususnya pada orang yang sering beraktivitas di luar ruangan. Efeknya bukan cuma keluhan ringan yang hanya berlangsung sebentar, tetapi juga penyakit serius yang menahun, bahkan sampai mengancam nyawa.
Tak bisa dipungkiri jika mobilitas yang padat, seperti pergi bekerja, antar anak sekolah, atau aktivitas di luar ruangan lainnya membuat kita rentan terpapar oleh udara yang tercemar oleh polutan.
Polusi udara adalah kondisi ketika udara bercampur dengan zat polutan, seperti karbon monoksida, ozon, nitrogen dioksida, dan sulfur dioksida. Penyebab pencemaran udara bisa berasal dari asap kendaraan, industri, pertanian, bahkan bencana alam. Selain itu, pembakaran sampah juga turut menyumbang polusi udara.
Bila udara dengan kandungan polutan atau racun ini terus terhirup, hal ini dapat menyebabkan gangguan yang serius pada paru-paru, jantung, dan otak, Bahkan, dampak polusi udara lainnya bisa berupa gangguan kesehatan mental.
Beragam Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan
Dampak polusi udara sebenarnya dialami oleh semua orang yang menghirup udara berpolusi, termasuk asap rokok dan asap pembakaran sampah di lingkungan perumahan.
Namun, dampak pencemaran udara terhadap kesehatan terlihat lebih jelas dan lebih berbahaya pada orang yang tinggal di daerah padat penduduk, kawasan industri, dan kota besar. Risikonya pun akan semakin tinggi pada orang yang sering beraktivitas di luar ruangan, karena lebih banyak terpapar polusi udara.
Beberapa dampak paparan polusi udara yang paling sering dikeluhkan adalah:
- Iritasi pada mata, hidung, tenggorokan, atau kulit
- Mual
- Pusing
- Sakit kepala
- Batuk
- Mengi atau bengek
- Nyeri dada
- Sesak napas
Bila kualitas udara tak kunjung membaik dan terus terhirup, risiko terkena gangguan kesehatan tentu bisa semakin tinggi. Nah, inilah pentingnya bagi Anda untuk selalu menjaga daya tahan tubuh, apalagi jika Anda sering beraktivitas di luar ruangan.
Berikut ini adalah berbagai penyakit serius yang bisa terjadi akibat polusi udara:
1. Konjungtivitis
Paparan polusi udara pada mata dapat menyebabkan iritasi ringan hingga peradangan yang disebut konjungtivitis. Peradangan pada mata ini ditandai dengan gejala berupa mata kemerahan, gatal, berair, terasa berpasir, atau bahkan panas dan pedih seperti terbakar.
Jika konjungtivitis tidak diobati dan mata terus terpapar polusi udara, risiko terjadinya gangguan yang serius pada mata, seperti katarak, glaukoma, degenerasi makula, dan retinopati diabetik, juga akan semakin meningkat.
2. Bronkitis
Menghirup zat beracun dari udara yang tercemar polusi bisa menyebabkan bronkitis, yaitu peradangan pada dinding saluran pernapasan. Gejalanya berupa batuk berdahak, napas berbunyi ‘ngik’ (mengi), dan sesak panas.
Meskipun dampak pencemaran udara ini bisa saja diatasi dengan obat-obatan, pemulihannya membutuhkan waktu dan berbagai gejala tadi dapat mengganggu aktivitas serta membuat penderitanya merasa sangat tidak nyaman.
3. Pneumonia
Polusi udara merupakan salah satu penyebab utama radang paru-paru (pneumonia). Penyakit ini masuk ke dalam kelompok infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA.
Pada pneumonia, kantung udara di paru-paru meradang, sehingga penderitanya mengalami batuk yang parah, nyeri dada yang menusuk, napas terengah-engah, dan sesak napas. Gejala lainnya juga bisa berupa demam, mual, dan muntah.
Risiko terjadinya pneumonia akibat udara yang tercemar akan lebih besar pada perokok atau orang yang sering terpapar asap rokok, juga pada orang yang sering beraktivitas di luar ruangan.
4. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
PPOK termasuk penyakit serius yang paling dikhawatirkan sebagai dampak pencemaran udara. Penyakit ini dapat dikatakan sebagai tahap akhir dari bronkitis yang terjadi selama bertahun-tahun dan emfisema. Gejala utamanya adalah sesak napas.
PPOK tidak bisa disembuhkan dan kondisi penderitanya pun tidak bisa pulih seperti sebelumnya karena sudah terjadi kerusakan permanen pada jaringan paru-paru.
5. Serangan jantung
Penelitian membuktikan bahwa polusi udara dapat meningkatkan risiko terjadinya penumpukan plak atau timbunan lemak di dalam pembuluh darah. Kondisi yang disebut aterosklerosis ini membuat pembuluh darah menyempit, bahkan tersumbat, sehingga aliran darah ke organ-organ tubuh pun terhambat.
Bila penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung, dapat terjadi penyakit jantung koroner. Ketika penyempitannya sudah parah sampai akhirnya tersumbat, terjadilah serangan jantung.
6. Stroke
Stroke juga disebabkan oleh timbunan plak di dalam pembuluh darah. Ketika ada gumpalan lemak dari plak yang terlepas, lalu ikut mengalir bersama darah dan tersangkut di pembuluh darah otak, terjadilah sumbatan di area tersebut.
Akibatnya, bagian otak yang tidak mendapatkan suplai darah karena sumbatan tadi akan mengalami kerusakan atau kematian jaringan. Kondisi inilah yang disebut sebagai stroke. Gejalanya berupa kelumpuhan pada area tubuh tertentu, tergantung lokasi jaringan otak yang mengalami kerusakan.
7. Demensia
Zat beracun dari polusi udara dapat menimbulkan gangguan fungsi otak. Salah satu penyakit pada otak yang bisa menjadi dampak pencemaran udara adalah demensia, di mana terjadi penurunan fungsi otak secara bertahap. Akibatnya, penderita demensia akan sulit untuk mengingat dan berpikir.
Ada penelitian yang membuktikan bahwa zat polutan dari pertanian dan kebakaran hutan memiliki andil dalam munculnya demensia. Selain demensia, risiko seseorang untuk terkena penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer juga akan menjadi lebih tinggi bila sering terpapar polusi udara.
8. Depresi
Risiko untuk mengalami depresi meningkat 2 kali lipat pada orang yang tinggal atau beraktivitas di wilayah dengan kadar polusi udara yang tinggi. Hal ini karena polusi udara dapat meningkatkan radikal bebas di dalam tubuh yang akan memicu produksi hormon stres dan menyebabkan kerusakan sel-sel otak.
Tingkat hormon stres yang terus-menerus tinggi dalam jangka panjang bisa berkembang menjadi depresi, apalagi jika ada gangguan produksi zat kimia dan hormon di otak yang memengaruhi suasana hati.
Polusi udara bukan hanya mengganggu kesehatan fisik, tetapi juga berisiko terhadap kesehatan mental. Kesemuanya ini akan berdampak pada penurunan kualitas hidup. Oleh karena itu, mulai sekarang, ikutlah ambil bagian dalam upaya mengurangi polusi udara.
Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan, antara lain menggunakan transportasi umum, menggunakan sepeda untuk bepergian dalam jarak dekat, memelihara tanaman di rumah atau di lingkungan perumahan, tidak membakar sampah, serta tidak merokok.
Sementara itu, untuk menjaga diri Anda dan keluarga dari dampak polusi udara, tingkatkan imunitas agar daya tahan tubuh mampu melawan paparan zat-zat polutan. Hal ini penting, terutama bila Anda dan keluarga tinggal di kota besar dan banyak menghabiskan waktu di luar ruangan.
Berikut ini adalah cara yang dapat Anda lakukan untuk memperkuat imunitas tubuh di tengah tingginya polusi udara:
- Konsumsi makanan sumber vitamin C, vitamin B6, vitamin E, zinc, dan selenium. Nutrisi-nutrisi tersebut bisa didapatkan dengan mengonsumsi bayam, kangkung, brokoli, kentang, dada ayam, daging sapi, kacang kacangan, biji-bijian, ikan, atau telur.
- Konsumsi buah yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, jambu biji, apel, atau mangga, sebagai camilan atau dijadikan jus. Jika ingin lebih praktis di tengah aktivitas yang padat, Anda bisa mengonsumsi jus buah kemasan. Namun, pastikan untuk memilih jus dari buah asli yang diproses dan dikemas dengan standar kualitas tinggi.
- Minum air putih yang cukup, setidaknya 1,5–2 liter per hari.
- Lakukan olahraga dengan rutin, minimal 150 menit dalam seminggu.
- Tidur yang cukup, sekitar 7–9 jam setiap malam.
- Kelola stres dengan baik, misalnya dengan bermeditasi atau melakukan hobi dan hal-hal yang Anda sukai.
Dengan menerapkan berbagai tips di atas, dampak polusi udara terhadap kesehatan dapat diminimalkan, meskipun Anda tinggal dan beraktivitas di tempat yang tingkat polusi udaranya tinggi.
Apabila Anda mengalami keluhan kesehatan yang mungkin diakibatkan oleh polusi udara, sebaiknya jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter, agar bisa segera ditangani sebelum menjadi lebih serius atau terjadi kerusakan permanen.
Sponsored by: