Wanita atau pria terkadang melakukan orgasme palsu saat berhubungan seksual. Ada beberapa alasan mengapa hal ini dilakukan, misalnya karena ingin memuaskan pasangan. Namun, jika terlalu sering dilakukan, orgasme palsu bisa berdampak pada hubungan dengan pasangan.
Orgasme merupakan sensasi kepuasan yang diraih saat berhubungan intim. Pada wanita, kenikmatan ini ditandai dengan mengencangnya otot-otot panggul, klitoris, dan vagina, kemudian rileks kembali. Sementara itu, orgasme pada pria ditandai dengan ejakulasi.
Orgasme yang dianggap sebagai puncak kenikmatan sering kali dijadikan sebagai tolak ukur kepuasan saat bercinta. Meski demikian, pria atau wanita terkadang bisa memalsukan orgasme saat berhubungan intim.
Berbagai Alasan Mengapa Orgasme Palsu Dilakukan
Orgasme palsu bisa dilakukan oleh pria dan juga wanita. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa para wanita lebih sering memalsukan orgasme saat berhubungan seks.
Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan orgasme palsu, di antaranya:
1. Ingin menyenangkan pasangan
Salah satu alasan utama mengapa seseorang memalsukan orgasme adalah karena ingin menyenangkan pasangannya. Misalnya, ketika wanita mencapai orgasme, meski sebenarnya itu adalah orgasme palsu, pasangannya akan merasa bahwa ia piawai dalam bercinta, sehingga ia pun merasa puas dengan kemampuannya.
2. Ingin meningkatkan percaya diri pasangan
Sama halnya dengan sebagian wanita yang sering merasa tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya, para pria juga banyak yang merasa tidak percaya diri dengan penisnya.
Orgasme pada wanita membuat pria yakin bahwa terlepas dari bagaimanapun bentuk dan ukuran penis yang dimiliki, ia memiliki kemampuan untuk bisa membuat pasangannya mencapai puncak kenikmatan saat bercinta.
3. Kurang edukasi seks
Sebagian orang menganggap bahwa hubungan seksual harus diakhiri dengan orgasme, padahal hal ini tidaklah tepat. Anggapan ini tumbuh karena kurangnya edukasi seks atau mungkin karena tren di beberapa ‘film biru’, di mana semua pelaku seks hampir selalu mencapai orgasme.
4. Takut dianggap punya kelainan
Ketika sulit mencapai orgasme atau bahkan sama sekali belum pernah mengalaminya, sebagian wanita cenderung memalsukannya karena takut dianggap menderita disfungsi seksual.
5. Takut kehilangan pasangan
Studi menunjukkan bahwa wanita yang kerap memalsukan orgasme, melakukan hal tersebut karena khawatir dianggap tidak menikmati hubungan intim. Hal ini membuat wanita takut pasangannya kecewa dan mencari kepuasan seksual dengan wanita lain.
6. Keinginan agar hubungan intim cepat selesai
Alasan lain seseorang melakukan orgasme palsu adalah supaya hubungan intim cepat selesai. Misalnya, ketika tubuhnya sudah lelah, suasana hati sedang tidak baik, khawatir anak terbangun, atau ketika dirasa orgasme masih terasa jauh.
Dampak Sering Melakukan Orgasme Palsu
Orgasme palsu yang dilakukan sesekali sebenarnya tidak banyak menimbulkan dampak bagi kesehatan maupun kondisi psikologis seseorang.
Namun, jika sering dilakukan, terlebih jika sudah menjadi kebiasaan dan cenderung dilakukan dalam jangka panjang, kebiasaan memalsukan orgasme bisa berdampak pada kualitas seksual dan hubungan Anda dengan pasangan.
Akibat kebiasaan ini, bukan tidak mungkin jika Anda akan semakin sulit mencapai orgasme yang sesungguhnya. Dalam mencapai orgasme, dibutuhkan keterbukaan dan kerja sama dengan pasangan dalam mengekplorasi tubuh dan preferensi seksual masing-masing.
Ketika Anda memalsukan orgasme, pasangan Anda akan berpikir bahwa Anda sudah benar-benar terpuaskan, sehingga ia merasa tidak perlu memperbaiki atau mengubah teknik bercinta yang selama ini dilakukan.
Selain itu, sering membuat orgasme palsu juga dapat menimbulkan beberapa dampak lain, yaitu:
Kehilangan kedekatan emosional
Seks bukan hanya tentang hubungan fisik, tapi juga emosional. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang yang percaya diri dan puas dengan hubungannya merasa tidak perlu memalsukan orgasme. Hal ini karena mereka telah saling terbuka tentang seks dan telah menerima diri sendiri dan pasangan apa adanya.
Kehilangan kepercayaan
Memalsukan orgasme saat Anda tak mengalaminya sama saja dengan membohongi pasangan. Ia mungkin tidak mengatakannya, namun mungkin saja ia bisa merasakannya.
Hal ini bisa membuat pasangan Anda selalu ragu apakah Anda sudah mencapai orgasme yang sesungguhnya, meski sebenarnya Anda memang benar-benar mengalami orgasme.
Kunci dari menikmati seks adalah komunikasi dan keterbukaan dengan pasangan. Anda tidak perlu membohongi pasangan dengan orgasme palsu, justru bimbinglah pasangan untuk membantu Anda mencapai orgasme yang sebenarnya. Sampaikan pada pasangan hal yang bisa membuat Anda bergairah atau coba untuk melakukan foreplay lebih lama.
Beberapa faktor terkait kondisi kesehatan fisik maupun mental memang bisa menyulitkan seseorang meraih orgasme dan menjadi penyebab disfungsi seksual. Jika selama ini Anda atau pasangan merasa sulit orgasme meski sudah mendapatkan rangsangan yang optimal, jangan ragu berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.
Psikolog atau psikiater mungkin akan menyarankan konseling pernikahan sebagai salah satu cara memperbaiki komunikasi serta kepuasan seksual Anda dan pasangan serta mengatasi kebiasaan melakukan orgasme palsu.