Katanya darah tali pusat bayi bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Masa iya? Bagaimana sih kebenarannya? Yuk, simak fakta dan penjelasannya di artikel ini.
Setelah terlahir ke dunia, orang tua bisa menyimpan darah tali pusat bayinya untuk dimanfaatkan sebagai “obat” penyakit tertentu yang diderita bayinya atau orang lain. Namun, manfaat tersebut tidak semudah itu untuk diperoleh. Pasalnya, ada aturan penyimpanan dan penggunaannya yang juga harus orang tua ketahui dan pertimbangkan.
Fakta tentang Darah Tali Pusat untuk Menyembuhkan Penyakit
Darah tali pusat mengandung banyak sel punca atau stem cells yang berperan dalam perkembangan berbagai jaringan, organ, dan sistem tubuh. Sel punca yang terdapat pada setiap bagian tubuh ini dapat berubah dan bertumbuh menjadi tipe sel lain.
Melalui proses transplantasi sel punca, sel-sel tubuh yang sudah rusak karena penyakit dapat digantikan dengan sel punca agar terjadi regenerasi sel tubuh. Inilah alasan mengapa darah tali pusat bayi disebut-sebut bisa digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Meski lebih dulu dikenal sebagai bagian dari terapi estetika antiaging, manfaat sel punca hingga kini terus diteliti dan dikembangkan sebagai solusi untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan, seperti penyakit jantung, penyakit Alzheimer, diabetes, radang sendi, cedera otak, stroke, hingga kanker.
Proses Pengambilan Darah Tali Pusat
Untuk bisa dimanfaatkan di kemudian hari, ada aturan yang perlu diperhatikan dalam pengambilan darah tali pusat. Dokter akan mengambil darah tali pusat sekitar 30–60 detik setelah bayi lahir.
Cara pengambilannya adalah dengan menjepit dan memotong tali pusat, kemudian memasukkan jarum ke pembuluh darah vena umbilikal tali pusat yang masih menempel pada plasenta. Setelah itu, darah yang mengalir akan dikumpulkan.
Umumnya, darah yang terkumpul mencapai 1–5 ons. Proses pengambilan darah ini akan berlangsung selama kurang lebih 10 menit. Setelah proses pengambilan darah selesai, darah akan disimpan di dalam kantong tertutup dan segera dikirim ke laboratorium atau bank darah tali pusat untuk diperiksa dan disimpan.
Proses pengambilan darah tali pusat dapat dilakukan pada ibu yang melahirkan secara normal maupun secara operasi caesar.
Di Indonesia, prosedur penyimpanan darah tali pusat bayi mungkin belum terlalu umum untuk didengar. Akan tetapi, beberapa rumah sakit dan laboratorium besar sudah menyediakan pelayanan ini. Hanya saja sebagian layanan masih bersifat riset yang membutuhkan beberapa tahapan sebelum prosedur dapat dimulai.
Pelayanan sel punca juga telah diatur oleh PERMENKES nomor 32, tahun 2018. Peraturan ini menyebutkan bahwa pelayanan terapi sel punca harus bersifat pelayanan berbasis bukti (evidence-based medicine) dan telah memiliki standar pelayanan.
Perlukah Menyimpan Darah Tali Pusat?
Darah tali pusat bayi bisa disimpan untuk digunakan sendiri di kemudian hari atau bisa juga didonasikan ke orang lain. Namun, faktanya darah yang disimpan untuk diri sendiri ternyata jarang digunakan karena dua alasan, yakni:
Tidak bisa digunakan untuk semua penyakit
Meski disebut dapat digunakan untuk menangani lebih dari 80 penyakit, faktanya darah tali pusat tidak dapat dimanfaatkan untuk menangani semua jenis penyakit. Salah satu contoh penyakit yang tidak bisa ditangani menggunakan terapi sel punca adalah penyakit akibat mutasi genetik. Hal ini karena kelainan genetik juga biasanya terdapat dalam sel punca tersebut.
Memiliki keterbatasan waktu
Darah tali pusat tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama. Menurut penelitian terbaru, darah ini hanya dapat digunakan sebelum tahun ke-15 sejak bayi lahir. Bila digunakan setelah 15 tahun di simpan, belum diketahui risikonya.
Karena alasan inilah, penyimpanan darah tali pusat lebih disarankan jika memang ada anggota keluarga yang membutuhkan pengobatan dengan transplantasi sel punca. Jika tidak ada yang membutuhkan, lebih baik darah tali pusat disimpan di bank darah umum, sehingga bisa bermanfaat untuk orang lain.
Selain itu, ada banyak hal yang masih membuat prosedur trasnplantasi sel punca cukup sulit untuk dilakukan. Di antaranya adalah terkait fasilitas yang masih terbatas, manfaat yang masih terus diteliti, hingga biaya yang tidak murah.
Setelah memahami sisi positif dan negatif penyimpanan darah tali pusat, kamu bisa menentukan perlu atau tidaknya menyimpan darah tali pusat bayi. Jika kamu memang tertarik untuk melakukannya, berkonsultasilah dengan dokter terlebih dahulu untuk mengatur persiapannya.