Hiperseks termasuk salah satu bentuk kelainan seksual. Penderita kelainan ini biasanya memiliki fantasi, gairah, dan kecanduan seksual yang sulit dikendalikan. Tidak jarang hiperseksualitas juga mengganggu kesehatan, pekerjaan, maupun kehidupan sosial.
Seseorang dapat dikatakan hiperseks ketika perilaku seksual menjadi fokus utama dalam hidup, sulit dikendalikan, dan mengganggu atau membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Pada wanita, kondisi ini disebut juga nimfomania, sedangkan pada pria disebut satiriasis.
Jika dibiarkan, perilaku hiperseks akan melanggar batas norma yang berlaku di masyarakat, seperti berselingkuh, menggunakan jasa pekerja seks komersial, bahkan memicu tindakan kriminal seperti pemerkosaan. Di sisi lain, perilaku hiperseks juga meningkatkan risiko terjadinya penyakit menular seksual, seperti HIV.
Tanda-Tanda Perilaku Hiperseksual
Hingga saat ini, belum ditemukan kriteria jelas untuk kondisi hiperseks. Meski begitu, ada beberapa perilaku yang bisa dijadikan tanda perilaku kecanduan seks, antara lain:
- Adanya dorongan atau hasrat seksual yang tidak terbendung dan sulit ditahan
- Punya lebih dari satu pasangan, baik dalam pernikahan maupun perselingkuhan
- Sering berganti-ganti pasangan seksual
- Terus mengonsumsi hal-hal berbau pornografi
- Sering mempraktikkan hubungan seksual yang tidak aman
- Sering memakai jasa pekerja seks komersial
- Sering merangsang diri sendiri untuk mendapatkan kepuasan atau masturbasi
- Sering melihat secara diam-diam aktivitas seksual yang dilakukan oleh orang lain
- Perbuatan seksual dijadikan sebagai pelampiasan atau pelarian dari berbagai tekanan hidup, seperti kesepian, stres, depresi, atau kecemasan
Seseorang dapat dikatakan menderita hiperseks apabila gejala-gejala di atas dirasakan lebih dari 6 bulan dan bisa mengganggu kehidupan sosial, pekerjaan, hingga aktivitas sehari-hari.
Cara Mengatasi Perilaku Hiperseks
Langkah awal yang dapat dilakukan dalam menangani kondisi hiperseks adalah mencari pertolongan ke psikiater atau psikolog. Saat menjalani konsultasi, dokter akan menentukan diagnosis dan memastikan apakah kelainan seksual tersebut berkaitan dengan masalah kesehatan tertentu, seperti:
- Gangguan bipolar
- Gangguan kecemasan
- Demensia
- Depresi
- Gangguan kepribadian
Penanganan untuk penderita hiperseks umumnya dilakukan dengan terapi perilaku kognitif atau psikoterapi. Tujuan utama dari terapi adalah untuk memperbaiki perilaku agar bisa menahan keinginan terhadap aktivitas seksual. Terapi juga bisa dilakukan pada perilaku hiperseks yang dipicu oleh masalah kesehatan mental.
Dengan terapi, penderita hiperseks juga bisa memperbaiki cara berinteraksi dengan orang lain tanpa melibatkan hubungan seksual.
Mereka yang berniat sembuh dari kecanduan seks atau perilaku hiperseks perlu diarahkan untuk melawan segala pikiran yang menguasai mereka untuk melakukan tindakan seksual yang melewati batas. Dengan kata lain, kekuatan pikiran menentukan kesuksesan atau kegagalan terhadap pengobatan yang dilakukan.
Selain kekuatan pikiran, kunci yang tidak kalah penting untuk kesembuhan perilaku hiperseks adalah rajin melakukan konseling dan menjalani proses pengobatan yang telah dibuat. Dukungan dari orang-orang yang dicintai juga dapat membantu penderita hiperseks agar cepat pulih.
Jika diperlukan, dokter akan meresepkan obat-obatan tertentu, seperti pereda cemas dan obat antidepresan, untuk meredam hasrat dan perilaku hiperseks.
Bila Anda mengalami tanda-tanda maupun keluhan yang menyerupai gejala hiperseks, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater guna menjalani pemeriksaan dan mendapatkan penanganan lebih lanjut.