Decolgen adalah obat untuk meredakan gejala flu, seperti sakit kepala, demam, hidung tersumbat, dan bersin-bersin. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, dan sirup.

Decolgen mengandung paracetamol sebagai bahan aktif utama. Paracetamol diketahui dapat menurunkan suhu tubuh melalui pusat pengaturan suhu tubuh di otak, dan menghalangi sinyal kimia otak yang menimbulkan sakit.

`Decolgen

Tergantung variannya, decolgen juga mengandung pseudoephedrine hydrochloride, phenylpropanolamine, phenylephrine hydrochloride, dan chlorpheniramine maleate. Bahan-bahan tersebut bekerja sebagai dekongestan dan antihistamin yang berguna meredakan alergi dan mengurangi pembengkakan pembuluh darah di rongga hidung.

Produk Decolgen

Ada empat varian produk Decolgen yang dijual di Indonesia, yaitu:

1. Decolgen

Tiap tablet Decolgen mengandung 400 mg paracetamol, 12,5 mg phenylpropanolamine, dan 1 mg chlorpheniramine maleate.

2. Decolgen FX

Tiap kaplet Decolgen FX mengandung 650 mg paracetamol, 30 mg pseudoephedrine hydrochloride, dan 2 mg chlorpheniramine maleate.

3. Decolgen PE

Tiap kaplet Decolgen PE mengandung 500 mg paracetamol, 10 mg phenylephrine hydrochloride, dan 2 mg chlorpheniramine maleate.

4. Decolgen Kids

Tiap 5 ml Decolgen Kids mengandung 120 mg paracetamol, 7,5 mg pseudoephedrine hydrochloride, dan 0,5 mg chlorpheniramine maleate. Decolgen Kids tersedia dalam bentuk sirup dengan kemasan botol 60 ml. Produk ini ditujukan untuk anak usia 2 tahun ke atas.

Apa Itu Decolgen

Bahan aktif Paracetamol, chlorpheniramine maleate, phenylpropanolamine, pseudoephedrine hydrochloride, dan phenylephrine hydrochloride.
Golongan Obat bebas terbatas
Kategori Analgesik & antipiretik, dekongestan, dan antihistamin
Manfaat Meredakan gejala flu
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak usia 2 tahun ke atas
Decolgen dan Decolgen PE untuk ibu hamil dan ibu menyusui Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping kandungan phenylpropanolamine dan phenylephrine dalam Decolgen terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil.
Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Decolgen FX untuk ibu hamil dan ibu menyusui Kategori B: Studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil.
Ibu hamil pada trimester pertama disarankan untuk menghindari penggunaan Decolgen FX, karena pseudoephedrine dalam obat ini diduga dapat menyebabkan kelainan kongenital.
Konsultasikan penggunaan obat ini dengan dokter jika Anda sedang hamil.
Kandungan chlorpheniramine di dalam Decolgen diduga dapat menyebabkan efek samping pada bayi yang menyusu. Hindari penggunaan atau konsultasikan dengan dokter jika Anda ingin menggunakan obat ini saat menyusui.
Bentuk obat Tablet, kaplet, dan sirup

Peringatan sebelum Mengonsumsi Decolgen

Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum mengonsumsi Decolgen antara lain:

  • Jangan mengonsumsi Decolgen jika Anda alergi terhadap paracetamol atau bahan aktif lain yang terkandung dalam produk ini.
  • Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan Decolgen jika Anda sedang hamil atau menyusui.
  • Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan Decolgen pada lansia dan anak-anak.
  • Jangan mengonsumsi Decolgen varian apa pun jika sedang menggunakan obat monoamine oxidase inhibitors (MAOI) dalam waktu 14 hari terakhir.
  • Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan Decolgen jika Anda menderita hipertensi, stroke, diabetes, memiliki berat badan berlebih maupun obesitas, penyakit jantung, atau hipertiroidisme.
  • Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan Decolgen jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit liver, penyakit ginjal, glaukoma, asma, epilepsi, pheochromocytoma, pembesaran prostat, sulit buang air kecil, obstruksi usus, atau tukak lambung.
  • Konsultasikan dengan dokter terkait penggunaan Decolgen PE jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit arteri perifer, seperi sindrom Raynaud, atau gagal jantung.
  • Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan dengan Decolgen. Beri tahu dokter jika kesulitan mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
  • Jangan langsung mengemudi atau melakukan aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan selama menjalani pengobatan dengan Decolgen, karena obat ini dapat menyebabkan kantuk.
  • Diskusikan dengan dokter jika Anda akan mengonsumsi Decolgen bersama obat lain, termasuk suplemen dan obat herbal, untuk mengantisipasi interaksi obat.
  • Segera temui dokter jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang serius setelah mengonsumsi Decolgen.

Dosis dan Aturan Pakai Decolgen

Dosis Decolgen pada tiap pasien dapat berbeda-beda, tergantung usia pasien dan varian yang digunakan. Berikut adalah dosis Decolgen untuk meredakan gejala flu berdasarkan jenis produknya:

Decolgen Tablet

  • Dewasa dan anak-anak usia 12 tahun ke atas: 1 tablet, 3–4 kali sehari.
  • Anak usia 6–12 tahun: ½ tablet, 3–4 kali sehari.

Decolgen FX

  • Dewasa dan anak usia 12 tahun ke atas: 1 kaplet, 3 kali sehari.
  • Anak usia 6–12 tahun: ½ kaplet, 3 kali sehari.

Decolgen PE

  • Dewasa dan anak usia 12 tahun ke atas: 1 tablet, 3–4 kali sehari
  • Anak usia 6–12 tahun: ½ tablet, 3 kali sehari.

Decolgen Kids

  • Dewasa dan anak usia 12 tahun ke atas: 20 ml (4 sendok takar), 3 kali sehari.
  • Anak usia 6–12 tahun: 10 ml (2 sendok takar), 3 kali sehari.
  • Anak usia 2–6 tahun: 5 ml (1 sendok takar), 3 kali sehari.

Cara Mengonsumsi Decolgen dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi pada kemasan sebelum mengonsumsi Decolgen. Jangan mengurangi atau menambah dosis tanpa seizin dokter.

Decolgen dapat dikonsumsi bersama atau tanpa makanan. Telan tablet atau kaplet dengan bantuan air putih. Untuk Decolgen Kids, kocok kemasan terlebih dahulu. Jika ada, gunakan sendok takar di dalam kemasan agar dosisnya tepat.

Hentikan penggunaan Decolgen dan konsultasikan dengan dokter jika gejala flu masih tidak membaik setelah 3 hari penggunaan obat.

Simpan Decolgen dalam wadah tertutup di ruangan bersuhu sejuk. Jauhkan obat ini dari paparan sinar matahari langsung dan dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Decolgen dengan Obat Lain

Kandungan paracetamol, chlorpheniramine maleate, phenylpropanolamine, pseudoephedrine hydrochloride, dan phenylephrine hydrochloride dalam Decolgen, dapat menimbulkan interaksi obat jika digunakan bersama obat lain. Efek interaksi tersebut meliputi:

  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping paracetamol jika dikonsumsi bersama metoclopramide, domperidone, probenecid, atau isoniazid
  • Peningkatan risiko terjadinya kerusakan hati jika digunakan dengan obat golongan barbiturat, seperti phenobarbital
  • Penurunan efektivitas obat lamotrigine dalam mencegah kejang
  • Penurunan efektivitas obat antihipertensi
  • Peningkatan kadar chloramphenicol atau busulfan di dalam darah sehingga meningkatkan risiko terjadinya efek samping
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping yang fatal jika digunakan bersama obat monoamine oxidase inhibitors (MAOI), seperti isocarboxazid atau selegiline
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping kantuk jika digunakan dengan obat antidepresan, obat tidur, atau pelemas otot (muscle relaxant)
  • Peningkatan risiko terjadinya hipertensi jika digunakan dengan antidepresan trisiklik

Efek Samping dan Bahaya Decolgen

Jika dikonsumsi sesuai anjuran dokter dan petunjuk penggunaan, Decolgen jarang menimbulkan efek samping. Sebaliknya, bila digunakan secara berlebihan, dapat muncul beberapa efek samping berikut:

  • Kantuk
  • Gangguan pencernaan, seperti sakit perut atau sembelit
  • Sakit kepala atau pusing
  • Penglihatan kabur
  • Mual atau muntah
  • Berkeringat
  • Mulut kering
  • Sulit tidur (insomnia)

Hentikan penggunaan obat dan lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung mereda atau malah memburuk. Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Tremor
  • Nyeri dada, serta detak jantung terasa cepat atau tidak teratur
  • Perubahan suasana hati, seperti linglung, halusinasi, atau gugup
  • Kejang
  • Mudah memar atau perdarahan yang tidak wajar
  • Tubuh terasa sangat lelah
  • Sulit buang air kecil
  • Gangguan hati, yang gejalanya bisa berupa nyeri perut bagian atas, hilang nafsu makan, urine berwarna gelap, feses berwarna seperti tanah liat, atau penyakit kuning
  • Hipertensi, yang bisa ditandai dengan sakit kepala parah, telinga berdengung, gelisah, atau sesak napas