Delusi adalah kepercayaan terhadap sesuatu yang keliru, tidak logis, serta berbeda dari kenyataan. Orang yang mengalami delusi juga tidak mau menerima fakta bahwa hal yang diyakininya sebenarnya salah. Kondisi ini merupakan salah satu gejala gangguan mental yang perlu ditangani secara medis. 

Delusi dapat berupa pikiran akan peristiwa yang mungkin terjadi di dunia nyata (non-bizarre), misalnya meyakini dirinya sedang diikuti seseorang. Delusi juga bisa berupa keyakinan tidak logis atau aneh (bizarre), seperti pikiran bahwa orang terdekatnya diculik alien.

Delusi

Delusi yang parah dan tidak terkontrol bisa mengganggu kehidupan penderitanya, terutama kehidupan sosial. Bahkan, kondisi ini bisa sampai mengancam nyawa penderita maupun orang di sekitarnya. 

Penyebab Delusi

Delusi umumnya disebabkan oleh gangguan mental tertentu dan disertai dengan gejala lain. Beberapa kondisi yang memiliki gejala delusi adalah:

Jika delusi terjadi tanpa ada gejala lainnya, gangguan mental tersebut disebut dengan gangguan delusi. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan delusi antara lain:

  • Memiliki orang tua atau anggota keluarga yang juga mengalami gangguan delusi atau gangguan kesehatan mental lain
  • Mengalami kejadian traumatis atau stres berat
  • Memiliki kebiasaan lari dari masalah
  • Memiliki kecenderungan menuduh orang atas kesalahan yang dia lakukan
  • Memiliki pemikiran curiga yang berlebihan terhadap orang lain
  • Cenderung untuk merasakan cemburu yang berlebihan
  • Cenderung memberikan reaksi emosional berlebihan saat mendapatkan kritik, penolakan, atau penilaian negatif dari lingkungan sosial
  • Cenderung merasa harga dirinya rendah
  • Jarang berinteraksi atau bersosialisasi dengan orang lain

Gejala Delusi 

Delusi umumnya ditandai dengan hal-hal berikut:

  • Pemikiran dan keyakinan pada sesuatu yang salah, tidak nyata, atau tidak logis, serta tidak didukung dengan bukti kuat 
  • Merasa dirinya dieksploitasi
  • Cenderung berpikir bahwa segala sesuatu melibatkan dirinya
  • Terus memendam dendam
  • Mudah gelisah
  • Agresif dan mudah marah 
  • Cenderung melihat ancaman yang nyata sebagai situasi yang tidak berbahaya

Delusi juga dapat disertai dengan tanda khas berdasarkan jenis delusinya. Berikut ini adalah jenis delusi dan tanda khas yang menyertainya:

  • Delusi erotomania, yang ditandai dengan keyakinan bahwa dirinya dicintai atau dikagumi oleh orang terkenal atau orang penting 
  • Delusi grandiose, di mana penderita yakin bahwa dirinya lebih hebat (narsis) dari kebanyakan orang, memiliki kuasa dan pengetahuan yang lebih tinggi, atau telah meraih penemuan penting
  • Delusi somatik, yang ditandai dengan rasa khawatir terus-menerus karena percaya bahwa dirinya memiliki masalah kesehatan tertentu
  • Delusi persecutory, yang ditandai dengan keyakinan bahwa orang lain sedang melakukan sesuatu atau memata-matai untuk mencelakai dirinya maupun orang terdekatnya
  • Misidentification syndrome, yaitu ketika penderita meyakini jika orang yang dikenalnya sedang digantikan oleh orang lain yang sangat mirip
  • Delusi rujukan, di mana penderita percaya bahwa pikiran atau tindakan orang lain tertuju kepada dirinya, atau pesan-pesan di televisi maupun radio ditujukan untuk mereka
  • Delusi cemburu, yang ditandai dengan kecurigaan akan perselingkuhan atau ketidaksetiaan terus-menerus pada pasangan
  • Delusi gabungan, yang bisa ditandai dengan gabungan dari beberapa jenis delusi secara sekaligus

Tanda lain dari orang yang memiliki delusi adalah ketidakmauan untuk menerima atau mengakui fakta dari hal yang diyakininya meskipun telah diberikan bukti-bukti yang kuat oleh orang lain. Bahkan, penderita delusi bisa gaduh dan gelisah jika keyakinannya disangkal.

Kapan harus ke dokter 

Umumnya, penderita gangguan delusi tidak menyadari ada yang salah dengan keyakinannya sehingga cenderung tidak mencari bantuan secara mandiri. 

Bila anggota keluarga atau kerabat dekat Anda menunjukkan gejala awal delusi meski tanpa perubahan perilaku drastis, hubungi psikolog atau dokter melalui chat sebagai konsultasi awal untuk mengetahui langkah-langkah yang bisa dilakukan. 

Namun, upayakan untuk segera membawa mereka ke dokter jika telah terdapat:

  • Gangguan pada aktivitas sehari-hari
  • Kerenggangan atau masalah pada hubungan dengan orang lain
  • Gejala depresi, seperti tidak mau bersenang-senang dan selalu terlihat sedih
  • Perilaku melukai diri sendiri maupun orang lain

Diagnosis Delusi

Untuk mendiagnosis delusi, dokter akan terlebih dahulu menanyakan beberapa hal, baik kepada pasien maupun pendamping atau keluarga pasien. Hal-hal yang bisa ditanyakan antara lain:

  • Hal-hal yang diyakini oleh pasien
  • Reaksi pasien ketika delusinya disangkal
  • Berapa lama delusi terjadi
  • Gejala lain yang mungkin terjadi bersama delusi
  • Penyakit yang pernah diderita pasien atau keluarganya
  • Kebiasaan pasien dalam aktivitas sehari-hari maupun aktivitas sosial sejak kecil

Diagnosis delusi juga bisa dipastikan dengan pemeriksaan penunjang, antara lain:

  • Tes kuesioner, untuk mengetahui kondisi mental yang dapat menyebabkan delusi, misalnya kuesioner untuk penyakit Alzheimer atau demensia 
  • Tes urine atau tes darah, ketika ada dugaan gejala delusi dipicu oleh obat-obatan tertentu
  • CT scan atau MRI kepala, guna mendeteksi kondisi lain pada otak yang dapat memicu delusi

Pengobatan Delusi 

Pengobatan delusi umumnya menggabungkan psikoterapi dengan obat-obatan untuk tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Pada kondisi delusi yang serius, terutama jika muncul perilaku menyakiti diri sendiri atau orang lain, penderitanya dianjurkan untuk rawat inap di rumah sakit. 

Beberapa metode penanganan delusi meliputi:

Psikoterapi

Psikoterapi bertujuan membantu pasien menyadari bahwa pemikiran yang diyakininya adalah hal yang salah. Penanganan dengan terapi juga akan membentuk perilaku dan pola pikir yang lebih positif saat pemicu delusi muncul. 

Jenis psikoterapi yang digunakan untuk pasien dengan delusi antara lain:

  • Cognitive behavioral therapy (CBT)
  • Terapi dengan keluarga (family-focused therapy)
  • Acceptance & commitment therapy (ACT)

Obat-obatan

Dokter umumnya akan meresepkan obat antipsikotik guna mengontrol gejala delusi. Berikut adalah obat-obat yang umum diresepkan dokter untuk mengatasi gangguan delusi:

Antipsikotik

Beberapa obat antipsikotik yang dapat digunakan untuk mengatasi delusi meliputi:

Obat antidepresan

Pemberian obat antidepresan juga bisa diresepkan dokter untuk mengatasi gangguan suasana hati yang menyertai delusi. Berikut ini adalah beberapa obat antidepresan yang dapat digunakan untuk menangani delusi: 

Obat antiansietas

Beberapa obat antiansietas juga dapat digunakan untuk mengatasi perilaku gaduh atau gelisah yang berlebihan pada pasien dengan delusi. Adapun beberapa obat ansietas yang digunakan meliputi: 

Komplikasi Delusi

Bila tidak ditangani, delusi dapat berkembang menjadi masalah kesehatan mental serius, bahkan dapat mengganggu kehidupan bersosialisasi, antara lain:

  • Kecemasan 
  • Depresi 
  • Pikiran untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri
  • Cedera akibat perilaku melukai diri sendiri atau orang lain
  • Dikucilkan masyarakat
  • Terkena tuntutan hukum akibat perbuatan tidak menyenangkan pada orang lain

Pencegahan Delusi

Belum ada langkah yang diketahui secara pasti dapat mencegah delusi. Namun, menerapkan gaya hidup yang baik untuk kesehatan mental bisa menjadi langkah yang baik untuk mencegah terjadinya gangguan mental.

Berikut ini adalah beberapa gaya hidup yang bisa diterapkan untuk menjaga kesehatan mental:

  • Menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi dan berolahraga rutin setiap hari
  • Berupaya mengelola stres dengan baik
  • Menjalin hubungan baik dengan keluarga, teman, dan orang lain di sekitar
  • Bergabung dengan kegiatan sosial di komunitas atau lingkungan sekitar
  • Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan menyalahgunakan NAPZA

Selain itu, segera konsultasikan ke psikolog atau dokter saat gejala awal delusi muncul. Deteksi sedini mungkin akan membuat penderitanya mendapatkan penanganan lebih cepat, sehingga akan mencegah dampak negatif dari delusi.