Tes psikopat adalah salah satu jenis pemeriksaan psikologis yang dilakukan oleh ahli kejiwaan guna mendeteksi kecenderungan seseorang untuk menjadi psikopat. Di dalam tes ini, ada beberapa faktor penting yang bisa menentukan apakah seseorang memiliki kecenderungan menjadi psikopat atau tidak.
Psikopat adalah istilah untuk orang yang memiliki gangguan kepribadian antisosial. Kondisi ini ditandai dengan beberapa perilaku tertentu, mulai dari tidak mampu membedakan hal benar dan salah, sulit menunjukkan rasa penyesalan atau empati, sering berbohong, bahkan tanpa ragu memanipulasi atau menyakiti orang.
Penyebab seseorang bisa menjadi psikopat belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga dapat terjadi karena pengaruh faktor genetik dan lingkungan, seperti pernah menjadi korban kekerasan selama masa kanak-kanak atau mempunyai anggota keluarga yang juga menderita gangguan kepribadian antisosial.
Namun, pemeriksaan medis kejiwaan dan psikotes atau tes kesehatan mental oleh psikolog atau psikiater tetap dibutuhkan guna memastikan apakah seseorang dapat disebut sebagai psikopat atau tidak. Salah satu jenis tes psikopat yang dapat dilakukan adalah Psychopathy Checklist- Revised (PCL-R).
Faktor Penentu dalam Tes Psikopat
Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan tolok ukur dalam penilaian tes psikopat, di antaranya:
1. Kadar empati
Berbeda dengan mereka yang memiliki savior complex, psikopat diketahui berhati dingin atau tidak peduli dengan perasaan orang lain. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya kelainan aktivitas listrik pada bagian otak yang mengontrol emosi seorang psikopat.
Meski demikian, dalam kehidupan sehari-harinya, seorang psikopat bisa saja berpura-pura menunjukkan empati untuk maksud dan tujuan tertentu. Tes psikopat dapat digunakan untuk menilai apakah seseorang benar memiliki kemampuan empati yang baik atau justru hanya berpura-pura saja.
2. Reaksi emosi
Seorang psikopat atau penderita gangguan kepribadian antisosial memiliki tingkat emosi sosial yang rendah. Umumnya mereka kurang atau bahkan tidak sama sekali memiliki rasa malu, rasa bersalah, rasa takut, atau rasa sedih.
Menurut penelitian, rendahnya tingkat emosi sosial tersebut dipengaruhi oleh adanya perbedaan antara otak seorang psikopat dengan otak yang normal. Perbedaan ini mengganggu fungsi dasar tubuh psikopat dan membuatnya tidak memiliki kemampuan untuk merasakan apa yang orang lain rasakan.
3. Tanggung jawab
Seorang psikopat sering kali menyalahkan orang lain dan tidak merasa bertanggung jawab, meski masalah yang ada terbukti terjadi karena kesalahannya. Dalam kondisi terpaksa atau tertekan, psikopat bisa saja mengakui kesalahannya. Meski demikian, pengakuannya tersebut tetap tidak akan disertai rasa bersalah maupun rasa malu.
4. Kejujuran
Melalui tes psikopat, kecenderungan seseorang untuk berbohong atau berbicara jujur dapat ditentukan. Seorang psikopat dapat berbohong dengan wajah tak bersalah. Tanpa beban, seorang psikopat juga bisa berbohong dengan tujuan memanipulasi orang lain untuk melakukan hal-hal yang diinginkannya.
5. Rasa percaya diri
Psikopat biasanya memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi. Bahkan, seorang psikopat juga meyakini bahwa dirinya lebih pintar atau hebat dibandingkan orang lain atau yang sebenarnya.
6. Rentang perhatian
Pada umumnya, psikopat memiliki rentang perhatian yang pendek atau tingkat perhatian yang rendah, baik terhadap orang lain maupun hal-hal yang ada di sekitarnya. Hal ini dikarenakan sikap impulsif yang dimilikinya.
Psikopat dianggap sebagai salah satu gangguan kepribadian antisosial yang cukup berat. Sebagian psikopat bahkan dapat melakukan pelanggaran hukum atau tindak kejahatan.
Oleh karena itu, bila Anda menyadari gejala psikopat atau mengenalinya pada orang terdekat Anda, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikiater atau psikolog untuk melakukan tes psikopat dan mendapatkan bantuan yang sesuai.