Disentri pada anak merupakan gangguan pencernaan akibat infeksi usus, terutama usus besar. Kondisi ini dapat menimbulkan beragam gejala, seperti demam, dehidrasi, dan diare berdarah. Oleh karena itu, disentri harus segera ditangani karena dapat membahayakan kesehatan.
Disentri umum terjadi di negara berkembang dan perlu mendapatkan perhatian lebih, khususnya pada anak-anak. Ini karena menurut data yang ada, disentri sering menjadi penyebab kematian anak, terutama pada anak di bawah usia 5 tahun.
Terdapat dua jenis disentri berdasarkan penyebabnya, yakni disentri basiler yang disebabkan oleh bakteri Shigella, Campylobacter, Salmonella, atau E. coli, dan disentri ameba (amebiasis) yang disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica.
Gejala Disentri pada Anak
Gejala disentri pada anak dapat bervariasi tergantung dari penyebab dan tingkat keparahan infeksi. Berikut ini adalah gejala disentri pada anak berdasarkan penyebabnya:
Gejala disentri pada anak akibat bakteri
Gejala disentri akibat bakteri biasanya muncul 1–2 hari setelah bakteri mulai menginfeksi tubuh. Pada kasus yang ringan, gejala disentri akan mereda dalam kurun waktu 4–8 hari. Sementara itu, disentri akibat bakteri yang tergolong parah memerlukan waktu 3–6 minggu atau bahkan lebih.
Berikut ini adalah gejala disentri bakteri pada anak yang perlu diketahui:
- Dehidrasi
- Demam tinggi
- Nyeri atau kram perut
- Mual dan muntah
- Timbul rasa nyeri saat buang air besar
- Diare berlendir atau berdarah
Gejala disentri pada anak akibat ameba
Gejala disentri akibat ameba biasanya akan berkembang perlahan selama 2–4 minggu. Terdapat beberapa gejala yang mirip dengan disentri bakteri, seperti dehidrasi, demam tinggi, nyeri atau kram perut, mual, muntah, dan diare berdarah.
Namun, terdapat beberapa gejala khas disentri ameba pada anak, yaitu:
- Nyeri di bagian kanan atas perut
- Penurunan berat badan
- Buang angin berlebihan
- Terlihat selalu tidak enak badan atau kelelahan (malaise)
Tidak hanya itu, pada kasus disentri akibat ameba yang parah, parasit bisa masuk ke aliran darah sehingga menyebabkan komplikasi, seperti abses hati.
Penanganan Disentri pada Anak
Gejala disentri pada anak tidak bisa dianggap sepele karena dapat membahayakan kesehatan. Salah satu gejala yang harus segera ditangani adalah dehidrasi. Ketika anak mengalami disentri, cairan dan elektrolit dalam tubuh akan terkuras akibat muntah, keringat, serta urin dan feses.
Maka dari itu, pastikan kebutuhan air putih harian anak telah terpenuhi agar dapat mengembalikan cairan yang telah keluar dari tubuh serta menghindari dehidrasi. Pastikan anak beristirahat di rumah kurang lebih selama 2 hari agar kondisi tubuhnya tidak semakin memburuk dan mengurangi risiko penularan.
Bila perlu, Anda bisa memberikan paracetamol untuk meredakan demam dan rasa nyeri. Namun, jangan memberikan obat anti-diare karena dapat memperburuk gejala disentri.
Cara Mencegah Disentri pada Anak
Bakteri dan parasit penyebab disentri akan lebih mudah berkembang biak dan menyebar di daerah dengan sanitasi dan kebersihan yang kurang terjaga. Mengajari anak tentang pola hidup bersih dan sehat dapat menjadi tindakan pencegahan terbaik agar anak terhindar dari disentri.
Beberapa kebiasaan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan yang dapat diajarkan kepada anak untuk mencegah disentri antara lain:
- Cuci tangan dengan sabun baik sebelum maupun setelah makan dan saat menggunakan toilet.
- Hindari berbagi peralatan pribadi, seperti sikat gigi, gelas, dan handuk pada orang lain.
- Pastikan minum air yang terjamin kemurnian dan kebersihannya.
- Jangan membeli jajanan di pinggir jalan yang tidak terjamin kebersihannya.
Ajarkan langkah pencegahan di atas kepada Si Kecil dan waspadai gejalanya. Jika Si Kecil menunjukkan gejala disentri, sebaiknya jangan tunda untuk membawanya ke dokter. Dokter akan memeriksa dan memberikan penanganan sesuai dengan kondisi Si Kecil.