Dislipidemia adalah kondisi yang ditandai dengan kadar kolesterol, LDL, HDL, dan trigliserida yang tidak normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat atau kelainan genetik. Dislipidemia sering kali tidak bergejala sampai timbul komplikasi, seperti stroke atau serangan jantung.
Lemak penting dalam membantu penyerapan vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K), melindungi organ tubuh, dan membentuk hormon. Ada beberapa jenis lemak dalam tubuh, seperti kolesterol dan trigliserida. Kadar lemak-lemak tersebut bisa terlalu tinggi atau rendah.
Jenis dislipidemia yang paling umum terjadi adalah hiperlipidemia, yakni ketika kadar lipid (lemak) terlalu tinggi. Sementara itu, bentuk lain dislipidemia yang lebih jarang terjadi adalah hipolipidemia, yakni ketika kadar lipid terlalu rendah.
Kadar lemak dalam tubuh manusia diukur dalam milligram per desiliter darah (mg/dL). Berikut ini adalah batas normal kadar lemak dalam tubuh manusia:
- Kolesterol total: di bawah 200 mg/dL
- Kolesterol HDL: di atas 60 mg/dL
- Kolesterol LDL: di bawah 100 mg/dL
- Trigliserida: di bawah 150 mg/dL
Penderita dislipidemia biasanya tidak menyadari jika kadar lipid di dalam darahnya tidak normal. Dampaknya, kebanyakan penderita tidak mendapatkan penanganan lebih cepat.
Penyebab Dislipidemia
Berdasarkan penyebabnya, dislipidemia terbagi menjadi dua, yaitu dislipidemia primer dan sekunder. Dislipidemia primer merupakan penyakit keturunan yang biasanya terjadi akibat mutasi genetik.
Dislipidemia primer dapat berupa hiperlipidemia familial, hiperkolesterolemia poligenik, atau hiperapobetalipoproteinemia familial.
Sedangkan dislipidemia sekunder disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat atau akibat kondisi tertentu. Beberapa pola hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami dislipidemia adalah:
- Kebiasaan merokok
- Konsumsi minuman beralkohol
- Jarang berolahraga atau melakukan aktivitas fisik
- Pola makan tidak sehat, yaitu tingginya asupan makanan tinggi lemak jenuh, serta kurangnya asupan sayuran dan buah
Sementara beberapa penyakit atau kondisi yang juga bisa meningkatkan risiko terjadinya dislipidemia adalah:
- Diabetes
- Hipotiroidisme
- Penyakit hati
- Penyakit ginjal
- Berat badan berlebih atau obesitas
- Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti pil KB, antidepresan, dan obat kortikosteroid
- Menopause
Gejala Dislipidemia
Dislipidemia adalah kondisi yang tidak menimbulkan gejala pasti. Oleh sebab itu, cara terbaik untuk mengetahui kadar HDL, LDL, dan trigliserida di dalam darah adalah dengan menjalani tes darah profil lemak.
Namun, pada beberapa kasus, dislipidemia parah dapat menimbulkan gejala berupa kemunculan benjolan kuning di sekitar mata dan kelopak mata (xanthelasma).
Kapan harus ke dokter
Dianjurkan untuk melakukan tes skrining profil lemak 1–2 tahun sekali bagi orang dewasa muda dan 1 tahun sekali bagi lansia. Jika hasil tes menunjukkan kadar kolesterol yang tidak sesuai dengan rentang normal, lakukanlah pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Segera cari pertolongan medis ke IGD di rumah sakit terdekat jika Anda mengalami tanda-tanda gawat darurat serangan jantung atau stroke, seperti:
- Nyeri dada hebat yang mendadak disertai mual, keringat dingin, dan sesak napas
- Salah satu sisi tubuh mengalami kelemahan secara tiba-tiba
- Berbicara pelo secara mendadak
- Penurunan kesadaran
Diagnosis Dislipidemia
Dokter akan melakukan tanya jawab dengan pasien terkait pola makan dan pola hidup, serta riwayat keluarga. Selanjutnya, dokter akan melakukan tes darah profil lipid guna mendeteksi kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida.
Perlu diketahui bahwa mengonsumsi makanan dan minuman dapat memengaruhi kadar kolesterol. Oleh karena itu, dokter akan menganjurkan pasien untuk berpuasa terlebih dahulu selama minimal 12 jam sebelum tes darah dimulai.
Selain itu, tes darah juga dilakukan guna mendeteksi high sensitivity C-reaction protein (hs-CRP), lipoprotein A, dan apolipoprotein B.
Dokter juga dapat menyarankan pemeriksaan dengan CT scan jantung. Tujuannya adalah untuk memeriksa apakah dislipidemia telah menimbulkan komplikasi.
Pengobatan Dislipidemia
Penanganan dislipidemia disesuaikan dengan tingkat keparahan dan jenis lemak yang mengalami kenaikan atau penurunan. Metode utama yang disarankan oleh dokter adalah perubahan gaya hidup, yaitu dengan:
- Mengubah pola makan dengan meningkatkan asupan sayuran, buah-buahan, oatmeal, dan biji-bijian
- Membatasi konsumsi makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan tinggi gula
- Mencukupi asupan makanan yang mengandung omega-3
- Meningkatkan aktivitas fisik dengan berolahraga setidaknya selama 30 menit setiap hari
- Menghindari konsumsi minuman beralkohol
- Berhenti merokok
Selain upaya di atas, penanganan bagi dislipidemia berat adalah dengan pemberian obat golongan statin. Statin berfungsi membantu mengurangi kadar LDL dengan menghambat produksi lipid di hati. Beberapa jenis obat statin yang dapat diresepkan adalah:
- Atorvastatin
- Fluvastatin
- Lovastatin
- Pravastatin
- Rosuvastatin
- Pitavastatin
- Simvastatin
Obat-obatan tersebut diberikan jika kadar lemak dalam darah telah mencapai angka berikut:
- Kadar LDL lebih dari 190 mg/dL
- Kadar HDL kurang dari 40 mg/dL pada pria atau 50 mg/dL pada wanita
- Kadar trigliserida lebih dari 200 mg/dL
Selain golongan obat statin, beberapa obat lain yang juga dapat diresepkan pada pasien adalah ezetimibe, fibrat, penghambat PCSK9, vitamin B3, asam bempedoat, dan suplemen omega-3.
Komplikasi Dislipidemia
Dislipidemia yang tidak diobati dapat menyebabkan penumpukan lemak di dinding pembuluh darah atau aterosklerosis. Jika dibiarkan, aterosklerosis lama-kelamaan berisiko menimbulkan berbagai komplikasi kesehatan, seperti:
- Serangan jantung
- Stroke
- Penyakit jantung koroner
- Penyakit arteri perifer
Pencegahan Dislipidemia
Dislipidemia sekunder dapat dicegah dengan menjalani gaya hidup sehat. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
- Berhenti merokok
- Berolahraga rutin dan melakukan aktivitas fisik
- Memenuhi kebutuhan tidur dan beristirahat
- Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang
- Membatasi makan makanan yang berlemak jenuh
- Mengelola stres dengan baik
- Menjaga berat badan ideal
Sementara itu, dislipidemia primer sulit dicegah. Jika Anda menderita penyakit ini, jalani pengobatan dan kontrol rutin ke dokter untuk mencegah terjadinya komplikasi dislipidemia.