Distensi kandung kemih adalah kondisi ketika kandung kemih terisi penuh dan meregang lebih besar dari ukuran normalnya. Meski tidak berbahaya, kondisi ini bisa membuat penderitanya merasa tidak nyaman, sehingga penanganan pun sebaiknya diberikan tanpa menunda lagi.
Kandung kemih berfungsi untuk menampung urine sebelum dikeluarkan saat buang air kecil. Namun, adanya gangguan sistem urinaria, penyakit kronis, atau efek samping tindakan medis, membuat otot kandung kemih meregang agar bisa menampung lebih banyak urine. Kondisi inilah yang dikenal dengan distensi kandung kemih.
Gejala Distensi Kandung Kemih
Distensi kandung kemih memiliki gejala yang mirip dengan gangguan sistem urinaria lainnya, sehingga sulit terdeteksi tanpa melakukan pemeriksaan langsung oleh dokter. Bahkan, beberapa orang mungkin tidak menyadari adanya gejala ini hingga sudah parah, bahkan menyebabkan komplikasi.
Berikut ini adalah gejala distensi kandung kemih yang perlu diketahui:
- Sulit buang air kecil
- Inkontinensia urine atau sering mengompol
- Kandung kemih terus-menerus terasa penuh
- Buang air kecil sedikit dan alirannya lambat
- Perasaan ingin buang air kecil segera setelah buang air kecil
- Sakit perut bagian bawah
Gejala distensi kandung kemih dapat dikatakan parah bila sudah sampai mengganggu aktivitas dan waktu istirahat penderitanya. Bahkan, rasa ingin buang air kecil dapat membangunkan penderitanya dari tidur malam. Selain itu, beberapa kasus distensi kandung kemih dapat menimbulkan gejala nyeri panggul dan kencing darah.
Penyebab Distensi Kandung Kemih
Distensi kandung kemih dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, yaitu:
1. Infeksi saluran kemih (ISK)
ISK yang tidak diobati bisa menyebabkan dinding kandung kemih membengkak dan meradang, sehingga kandung kemih sulit berkontraksi dan mengeluarkan urine. Alhasil, urine terus tertampung dan tidak keluar sehingga bis mengakibatkan kandung kemih meregang.
2. Sembelit
Feses yang mengeras saat seseorang mengalami sembelit dapat memberikan tekanan ekstra pada organ di sekitarnya, termasuk kandung kemih. Tekanan ini bisa menghalangi aliran keluar urine dan membuat urine tertampung banyak di kandung kemih, sehingga menyebabkan ukuran kandung kemih membesar.
Selain sembelit, batu kandung kemih, tumor, dan pembesaran prostat juga dapat menyumbat jalan keluarnya urine dan menyebabkan distensi kandung kemih.
3. Penyakit neurologis
Penyakit neurologis, seperti multiple sclerosis, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, dan stroke, juga bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Penyakit neurologis tersebut bisa menghambat sinyal yang diteruskan ke otot kandung kemih untuk berkontraksi dan mengosongkan urine secara teratur.
4. Kehamilan
Kehamilan bisa menyebabkan distensi kandung kemih karena pertumbuhan rahim yang memberikan tekanan pada kandung kemih. Selain itu, meningkatnya hormon kehamilan juga menyebabkan otot-otot kandung kemih melemah sehingga kemampuannya untuk mengosongkan urine dapat menurun.
5. Efek samping obat atau tindakan medis
Obat antihistamin atau dekongestan dapat menimbulkan efek samping distensi kandung kemih jika dikonsumsi dengan asal-asalan. Obat tersebut bisa menyebabkan resistensi urine yang lama-kelamaan membuat ukuran kandung kemih membesar.
Penggunaan obat bius saat operasi juga diketahui berdampak pada fungsi pengosongan kandung kemih. Selain itu, operasi panggul bisa menimbulkan jaringan parut atau pembengkakan yang bisa menyumbat uretra. Kondisi ini menyebabkan urine tidak dapat mengalir dan memicu pembengkakan kandung kemih.
Selain penyebab di atas, distensi kandung kemih dapat terjadi akibat kelainan bawaan yang disebut lower urinary tract obstructions (LUTOs). Tanda-tandanya dapat terdeteksi pada USG saat ibu hamil memasuki trimester kedua.
Selain menyebabkan rendahnya cairan ketuban selama kehamilan, LUTOs dapat mengganggu perkembangan paru-paru dan pertumbuhan janin.
Pengobatan Distensi Kandung Kemih
Ukuran kandung kemih yang membesar tidak bisa dikembalikan lagi ke semula. Penanganan yang diberikan bertujuan untuk mengelola gejala dan mencegah kondisi makin parah serta terjadinya komplikasi.
Untuk memastikan distensi kandung kemih, Anda perlu menjalani tes pengukuran sisa urine yang dapat dilihat melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Dokter juga akan mengevaluasi dan menentukan penyebab yang mendasari kondisi ini.
Berikut ini adalah beberapa penanganan yang dapat direkomendasikan oleh dokter dalam menangani distensi kandung kemih:
- Kateterisasi kandung kemih (transurethral bladder catheterization) untuk mengosongkan urine
- Evaluasi dan ganti jenis obat apabila disebabkan oleh efek samping obat
- Prosedur bedah reduction cystoplasty untuk mengurangi kapasitas kandung kemih
- Prosedur bedah untuk mengatasi sumbatan yang menghalangi aliran urine
- Obat untuk mengatasi infeksi pada kandung kemih, seperti trimethoprim, fosfomycin, nitrofurantoin, cephalexin, atau ceftriaxone
Selain menjalani pengobatan dari dokter, pastikan Anda mencukupi kebutuhan cairan dan melakukan senam Kegel untuk mengelola gejala distensi kandung kemih. Hindari juga makanan dan minuman yang dapat mengiritasi kandung kemih, seperti minuman berkafein, minuman beralkohol, atau cokelat.
Jika Anda mengalami keluhan yang menyerupai gejala distensi kandung kemih, sebaiknya jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter. Dengan penanganan yang cepat, risiko terjadinya komplikasi pun dapat dihindari.