Distosia bahu adalah kondisi ketika salah satu atau kedua bahu bayi tersangkut di jalan lahir saat persalinan. Kondisi ini bisa menyebabkan persalinan terhambat sehingga membahayakan ibu maupun bayi.
Distosia bahu sangat jarang terjadi dan merupakan kondisi gawat darurat medis. Kondisi ini juga sulit diprediksi, karena dapat terjadi meski bayi memiliki berat badan yang normal dan ibu tidak memiliki faktor risiko.
Penyebab Distosia Bahu
Penyebab utama distosia bahu adalah ukuran bahu bayi yang lebih besar daripada ukuran panggul ibu (cephalopelvic disproportion), diameter panggul ibu kecil, atau janin berada pada posisi yang salah (malpresentasi) ketika memasuki jalan lahir.
Faktor risiko distosia bahu
Meski dapat terjadi pada kelahiran mana pun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya distosia bahu, yaitu:
- Usia ibu hamil lebih dari 35 tahun
- Ukuran janin besar (makrosomia)
- Bentuk tulang panggul ibu tidak normal akibat kelainan bawaan atau riwayat patah tulang pinggul
- Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm
- Ibu hamil menderita obesitas atau diabetes
- Riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya
- Kehamilan post-term, yaitu kehamilan lebih dari 42 minggu
- Persalinan induksi
- Kehamilan kembar
Gejala Distosia Bahu
Distosia bahu tidak menimbulkan gejala apa pun sebelum persalinan. Namun, pada saat persalinan, distosia bahu dapat menimbulkan kondisi berikut:
- Kepala bayi keluar, tetapi tubuhnya tidak dapat keluar melalui jalan lahir
- Kepala bayi keluar, tetapi kemudian masuk kembali ke jalan lahir (turtle sign)
Kedua kondisi di atas menyebabkan persalinan menjadi terhambat atau macet sehingga membutuhkan waktu yang lama.
Kapan harus ke dokter
Kondisi gawat darurat saat persalinan, seperti distosia bahu, sering kali sulit diprediksi. Oleh karena itu, lakukan kontrol secara rutin ke dokter ketika hamil, untuk membantu dokter dalam memeriksa perkiraan ukuran bayi dan jalan lahir. Hal ini akan membantu dokter dalam memberikan saran metode persalinan yang terbaik.
Diagnosis Distosia Bahu
Seperti yang telah dijelaskan, distosia bahu merupakan kondisi gawat darurat. Saat persalinan, dokter dapat langsung mendiagnosis distosia bahu jika bayi mengalami kondisi di bawah ini:
- Kepala bayi keluar, tetapi tubuh bayi tidak dapat keluar
- Tubuh bayi tidak keluar setelah lebih dari 1 menit
Selain itu, dokter dapat memprediksi distosia bahu jika terdapat kondisi yang berisiko pada ibu dan janin, seperti ukuran janin yang terlalu besar atau panggul ibu yang sempit. Kondisi tersebut dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG ketika melakukan kontrol rutin.
Pengobatan Distosia Bahu
Dokter dapat melakukan beberapa teknik untuk mengatasi distosia bahu, antara lain:
-
Teknik McRobert
Pada teknik ini, dokter akan mengarahkan ibu untuk menaikkan paha ke arah perut sehingga perut ibu menjadi tertekan. Teknik ini umumnya menjadi metode pertama dalam mengatasi distosia bahu. -
Teknik suprapubik
Teknik ini hampir sama dengan McRobert, tetapi dokter atau perawat akan menekan area di atas tulang kemaluan (suprapubik) ibu. Teknik ini dapat membuat bahu bayi menjadi berpindah dan tidak tersangkut. -
Teknik Rubin
Pada teknik ini, dokter akan memasukkan dua jari di bawah bahu bayi untuk membantu memindahkan posisi bahu. Teknik ini dilakukan agar bahu bayi menjadi sejajar. -
Teknik Woods
Sama seperti teknik Rubin, dokter akan memasukkan dua jari di bawah bahu bayi. Pada teknik Woods, dokter akan memutar posisi bayi agar menyamping. Ketika posisi diubah, bayi kemungkinan dapat mudah keluar. -
Teknik Gaskin
Teknik ini dilakukan dengan meminta ibu berganti posisi menjadi merangkak. Teknik Gaskin akan memperluas diameter panggul sehingga tubuh bayi akan lebih mudah dikeluarkan. -
Teknik Zavanelli
Dalam teknik ini, dokter akan mendorong kembali kepala bayi ke dalam rahim. Setelah itu, dokter akan melakukan operasi caesar untuk mengeluarkan bayi. Meski demikian, teknik ini cukup berbahaya untuk dilakukan.
Jika teknik-teknik tersebut tidak cukup membantu proses persalinan, maka dokter akan menggunakan forceps atau vakum.
Komplikasi Distosia Bahu
Komplikasi distosia bahu dapat terjadi pada ibu atau bayinya. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah:
- Kehabisan tenaga untuk mengejan sehingga persalinan makin terhambat
- Perdarahan parah setelah persalinan
- Terbentuknya saluran abnormal antara rektum dan vagina (fistula rektovaginal)
- Rahim robek saat persalinan
- Sendi di tulang panggul terpisah
- Robekan pada vagina dan anus
Sementara itu, beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada bayi adalah:
- Kerusakan saraf yang mengatur pergerakan lengan dan bahu bayi (brachial plexus) sehingga dapat menyebabkan lengan bayi lumpuh, yaitu Erb's palsy
- Patah tulang selangka atau tulang lengan atas
- Sindrom Horner
- Tali pusat terhimpit di antara lengan bayi dan tulang panggul ibu
- Kekurangan oksigen (asfiksia)
- Kerusakan otak
Pencegahan Distosia Bahu
Distosia bahu adalah kondisi yang cukup sulit dicegah. Akan tetapi, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh ibu untuk menurunkan risiko terjadinya distosia bahu, yaitu:
- Mengontrol kadar gula darah jika menderita diabetes
- Menjaga berat badan agar tetap ideal sebelum hamil
- Menjaga kenaikan berat badan yang normal ketika hamil
- Menjalani pemeriksaan ke dokter dengan segera jika belum melahirkan setelah lewat tanggal perkiraan persalinan
- Melakukan kontrol kehamilan secara rutin