Meski tergolong normal, ada beberapa efek samping masturbasi jika terlalu sering dilakukan. Tak hanya berdampak buruk bagi fisik, aktivitas ini juga bisa memengaruhi kondisi mental seseorang. Lantas, apa saja efek samping dari masturbasi?
Masturbasi adalah tindakan merangsang tubuh dengan cara menyentuh, meraba, memijat organ kelamin sendiri, atau menonton film dengan adegan “dewasa”. Tujuan dari masturbasi adalah untuk memenuhi hasrat dan kepuasan seksual, biasanya hingga mencapai klimaks atau orgasme.
Aktivitas seksual ini dapat meningkatkan mood dan kualitas tidur, meredakan stres, meringankan kram perut saat menstruasi, membantu memahami diri bagaimana cara mencapai orgasme, serta menjadi sarana menyalurkan hasrat seks yang tidak akan menyebabkan kehamilan atau infeksi menular seksual.
Berbagai Efek Samping Masturbasi
Meski bisa mendatangkan berbagai manfaat, masturbasi bukan lagi menjadi aktivitas positif jika dilakukan secara berlebihan. Efek samping dari sering melakukan masturbasi meliputi:
1. Terganggunya aktivitas sehari-hari
Terlalu sering masturbasi bisa membuat seseorang kecanduan masturbasi. Jika sudah begini, keinginan untuk melakukan masturbasi dapat membayang-bayangi pikiran hingga menghambat aktivitas sehari-hari.
Berikut ini adalah beberapa dampak dari kecanduan masturbasi:
- Tidak konsentrasi dalam menjalani aktivitas, bahkan sampai mendapatkan teguran dari atasan di tempat kerja atau mengalami penurunan prestasi di sekolah
- Menarik diri dari lingkungan sosial
- Memiliki hubungan yang tidak sehat dengan orang lain
- Tidak tertarik untuk ikut serta pada acara-acara penting
2. Kurang menikmati hubungan intim dengan pasangan
Tidak hanya aktivitas sehari-hari, masturbasi yang terlampau sering dilakukan juga bisa mengganggu keharmonisan rumah tangga. Wah, kok bisa ya? Kalau lebih sering masturbasi daripada berhubungan seksual dengan pasangan, lama-kelamaan seseorang akan lebih nyaman mencapai orgasme dengan menstimulasi diri sendiri.
Akibatnya, berhubungan seksual dengan pasangan akan terasa hambar dan bahkan sulit untuk mencapai orgasme dengan pasangan.
3. Iritasi pada alat kelamin
Masturbasi memang tidak menyebabkan infeksi menular seksual, tetapi kamu bisa mengalami iritasi alat kelamin jika melakukannya secara berlebihan. Iritasi pada alat kelamin ini akan memunculkan rasa gatal, kulit tampak bersisik, kemerahan, serta rasa perih atau nyeri.
Pada kondisi ringan, iritasi pada alat kelamin tidak berbahaya dan dapat hilang dengan sendirinya. Namun, iritasi yang sudah parah bisa menyebabkan kulit kelamin mengalami infeksi.
4. Perasaan bersalah
Meski awalnya mungkin memuaskan dan menyenangkan, masturbasi tak jarang memicu rasa bersalah pada diri seseorang. Hal ini karena dalam beberapa kepercayaan dan kebudayaan, masturbasi dianggap sebagai hal yang tidak baik dan tidak bermoral.
Namun, jika seseorang terus melanjutkan masturbasi dan memendam konflik batin serta rasa bersalah yang ia rasakan setiap kali melakukannya, lama-lama ia bisa tertekan dan mengalami gangguan kesehatan mental.
5. Ejakulasi tertunda
Terlalu sering melakukan masturbasi bisa membuat organ seksual jadi kurang sensitif terhadap rangsangan seksual, lho. Hal ini bisa menyebabkan ejakulasi tertunda.
Sebenarnya, penundaan ejakulasi mampu mengatasi ejakulasi dini. Namun, kalau ditunda terus-menerus, kepuasan seksual kamu dan pasangan bisa menurun.
Selain efek samping yang telah disebutkan di atas, masturbasi juga bisa menyebabkan kelahiran prematur pada ibu hamil yang mengalami kehamilan berisiko tinggi. Sama halnya dengan hubungan seks, masturbasi yang mencapai orgasme dapat memicu kontraksi pada ibu hamil.
Memberikan kenikmatan pada diri sendiri dengan cara masturbasi merupakan aktivitas yang normal dan sebenarnya aman dilakukan. Akan tetapi, kamu perlu hati-hati, karena efek samping masturbasi bisa muncul bila kamu terlalu sering melakukannya.
Jika tidak dikontrol dengan baik, masturbasi juga bisa menjadi sebuah kebiasaan dan lama-kelamaan berubah menjadi kecanduan. Nah, bila kamu merasa sering melakukan masturbasi atau bahkan sudah merasakan efek samping di atas, jangan ragu untuk konsultasi ke psikolog atau dokter, ya.