Eksibisionis adalah gangguan mental di mana penderitanya suka memamerkan alat kelaminnya kepada orang lain. Penderita kondisi ini mendapatkan kepuasan seksual dari memperlihatkan alat vitalnya kepada orang yang tidak dikenal.
Eksibisionis tergolong dalam kelainan seksual. Ini karena penderitanya mendapatkan kepuasan dari hal yang tidak sewajarnya menimbulkan gairah seksual. Normalnya, orang akan malu jika ada orang selain pasangan yang melihat alat kemaluannya, dan tidak akan dengan sengaja memperlihatkan alat vital ke orang asing.
Beda halnya dengan penderita eksibisionis. Penderita kelainan seksual ini memiliki keinginan kuat atau tidak bisa menahan diri untuk memamerkan alat vitalnya, karena tindakan tersebut memberikan kepuasan seksual, apalagi kalau orang yang melihatnya merasa terkejut atau takut.
Selain benar-benar memperlihatkan alat vital, ada juga penderita eksibisionis yang bisa mendapatkan kepuasan seksual hanya dengan membayangkan dirinya memamerkan alat kelamin kepada orang lain. Kondisi eksibionis seperti ini disebut gangguan eksibisionistik (exhibitionistic disorder).
Penyebab Eksibisionis
Penyebab eksibionis belum diketahui secara pasti. Namun, penderita eksibisionis umumnya adalah pria, dan ini diduga karena kebanyakan pria merasa bangga terhadap alat kelaminnya.
Ada beberapa kondisi yang dinilai dapat meningkatkan risiko seseorang menderita eksibisionis, yaitu:
- Gangguan perilaku antisosial
- Kecanduan alkohol
- Ketertarikan seksual terhadap anak-anak (pedofilia)
- Hiperseks
- Kekerasan pada masa kanak-kanak, baik secara seksual, fisik, maupun emosional
- Gangguan kepribadian narsisistik
Selain faktor di atas, perilaku eksibionis juga diduga berkaitan dengan kondisi di bawah ini:
- Depresi
- Gangguan bipolar
- Gangguan kecemasan
- ADHD
- Penyalahgunaan NAPZA
Gejala Eksibisionis
Gejala eksibisionis umumnya muncul pada akhir masa remaja atau awal dewasa. Kelainan seksual eksibionis dapat ditandai dengan perilaku di bawah ini:
- Memperlihatkan alat kelaminnya di tempat umum, seperti taman, jalan raya, atau sarana transportasi umum, misalnya kereta atau bis, bahkan di media sosial
- Merasa terangsang ketika memamerkan alat vitalnya dan dilihat oleh orang lain
- Merasa senang atau puas jika ada orang yang kaget atau takut saat melihat alat kelaminnya
- Menganggap bahwa respons orang lain yang terkejut akan perilaku mereka sebagai bentuk kekaguman atau ketertarikan seksual
- Sulit menahan keinginan untuk menunjukkan alat kelaminnya kepada orang lain, baik pria maupun wanita, anak-anak atau orang dewasa
- Merasakan hasrat yang kuat untuk mempertontonkan alat vitalnya, sampai dorongan ini menimbulkan gangguan pada kehidupannya sehari-hari dan hubungannya dengan orang lain
- Mengirim foto telanjang atau bagian tubuh tertentu kepada orang lain tanpa diminta
- Melakukan aktivitas seksual, mulai dari masturbasi hingga berhubungan seksual, di tempat umum atau bahkan di hadapan orang lain
Kapan harus ke dokter
Pemeriksaan ke psikiater perlu dilakukan jika ada dorongan untuk memamerkan alat vital kepada orang lain guna mendapatkan kepuasan seksual, tanpa persetujuan atau permintaan orang tersebut.
Selain bisa mengganggu kehidupan sehari-hari dan hubungan dengan orang lain, eksibisionis juga dapat membuat penderitanya terjerat hukum. Itulah sebabnya, pemeriksaan dan penanganan perlu dilakukan sejak dini. Dengan bantuan terapis, dorongan eksibisionis dapat dikontrol dengan cara yang tepat.
Diagnosis Eksibisionis
Dokter akan menanyakan kepada pasien terkait gejala yang dialaminya dan sudah berapa lama gejala tersebut berlangsung. Melalui sesi tanya jawab saat konsultasi, dokter bisa mendiagnosis pasien menderita eksibisionis jika ditemukan beberapa hal berikut:
- Perbuatan, dorongan yang kuat, atau fantasi melakukan eksibisionis terjadi berulang kali atau terus-menerus selama setidaknya 6 bulan
- Tindakan memperlihatkan alat vital kepada orang lain menimbulkan gairah dan kepuasan seksual yang kuat
- Tindakan tersebut dilakukan dengan sengaja kepada orang yang tidak meminta atau memberikan persetujuan
- Perilaku atau dorongan ini sampai mengganggu kehidupan sehari-hari, pekerjaan, atau hubungan sosial
Pengobatan Eksibisionis
Pengobatan eksibisionis meliputi psikoterapi dan pemberian obat-obatan. Berikut ini adalah penjelasannya:
Psikoterapi
Salah satu metode psikoterapi yang digunakan untuk menangani eksibisionis adalah terapi perilaku kognitif. Terapi ini bertujuan membantu pasien mengetahui hal apa saja yang menimbulkan dorongan eksibisionis. Setelah itu, psikiater akan mengajari pasien bagaimana menyalurkan dorongan tersebut dengan cara yang sehat.
Selain terapi perilaku kognitif, psikiater bisa menyarankan terapi secara berkelompok dengan orang lain yang pernah menderita eksibisionis. Dalam terapi ini, pasien dapat belajar dari penyintas eksibisionis mengenai cara penyaluran fantasi seks yang sehat.
Obat-obatan
Dokter dapat memberikan obat untuk mengurangi gairah seksual penderita eksibisionis. Obat yang dapat diresepkan dokter untuk mengatasi eksibisionis antara lain:
- Antidepresan golongan SSRI, seperti fluoxetine atau escitalopram
- Obat penurun kadar hormon testosteron
Selama menggunakan obat-obat di atas, pasien perlu menjalani pemeriksaan secara berkala, seperti tes darah dan tes kepadatan tulang. Tujuannya adalah agar dokter mengetahui perkembangan kondisi pasien, serta memantau kemungkinan terjadinya efek samping obat terhadap organ-organ dalam dan tulang.
Komplikasi Eksibisionis
Eksibisionis yang tidak ditangani bisa berlangsung terus-menerus. Tidak hanya itu, pelaku eksibisionis juga mungkin melakukan kejahatan seksual, seperti pelecehan dan pemerkosaan. Akibatnya, penderita akan terjerat hukum yang pastinya berdampak pada berbagai aspek dalam kehidupannya.
Pencegahan Eksibisionis
Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah kelainan seksual, termasuk eksibisionis. Namun, perkembangan perilaku ini dapat dikurangi dengan mengatasi faktor-faktor risikonya, misalnya dengan mengobati gangguan perilaku atau kecanduan alkohol.
Jika diduga ada dorongan kuat untuk melakukan tindakan eksibisionis, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan, antara lain:
- Membicarakan dengan pasangan mengenai dorongan atau fantasi yang terkait dengan eksibisionis
- Menghentikan atau setidaknya mengurangi konsumsi minuman beralkohol karena pengaruh alkohol dapat meningkatkan dorongan eksibisionis
- Mencari atau menekuni hobi yang positif, sehingga bisa menyibukkan diri atau mengalihkan pikiran ke hobi tersebut saat muncul dorongan atau fantasi tentang eksibisionis
- Berkonsultasi dengan psikiater mengenai cara yang tepat untuk mengendalikan dorongan eksibisionis atau fantasi seksual lain yang dirasa tidak normal