Eksibisionis adalah sebutan untuk orang yang mendapatkan kepuasan seksual dengan memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain di tempat umum. Penderita eksibisionis akan makin bergairah ketika berhasil membuat orang lain terkejut.
Salah satu ciri dari eksibisionis adalah memiliki dorongan yang kuat untuk memamerkan alat kelaminnya kepada orang yang tidak ia kenal untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Tidak hanya memamerkan alat kelamin, seorang eksibisionis juga bisa mendapatkan kepuasan seksual atau terangsang bila aktivitas seksnya, baik masturbasi maupun hubungan intim dengan pasangan, dilihat oleh orang lain.
Gangguan eksibisionistik atau eksibisionisme tergolong dalam kelainan seksual parafilia. Gangguan ini bisa terjadi pada pria maupun wanita, tetapi memang lebih umum dialami oleh pria.
Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan ini, antara lain menderita gangguan kepribadian antisosial, pedofilia, penyalahgunaan alkohol, kecanduan pornografi, atau pernah mengalami pelecehan seksual saat masa kanak-kanak.
Waspadai Berbagai Tanda Eksibisionis
Tanda-tanda eksibisionis biasanya sudah terlihat pada masa remaja. Namun, terkadang seorang eksibisionis baru mulai melakukan aksi ekstremnya pada masa paruh baya atau sekitar usia 40-an.
Seseorang bisa dikatakan mengalami eksibisionis apabila mengalami beberapa tanda-tanda berikut selama minimal 6 bulan:
- Ada dorongan yang kuat dari dalam diri untuk memperlihatkan alat kelamin kepada orang lain tanpa diminta dan tanpa persetujuan
- Terangsang atau bergairah secara seksual saat memperlihatkan alat kelaminnya, apalagi bila orang yang melihatnya terkejut
- Makin bersemangat saat aktivitas seksualnya ditonton oleh orang lain
- Gemar membuat video porno dan menyebarkannya
- Merasa tertekan dan tidak mampu beraktivitas atau bersosialisasi ketika fantasi seksualnya tidak terwujudkan
Seorang eksibisionis biasanya sadar akan kebutuhan psikologis dan seksualnya untuk membuat orang lain terkejut dengan memamerkan alat kelaminnya. Respons kaget atau takut orang yang melihatnya dianggap sebagai tanda bahwa orang tersebut terkesan.
Penderita eksibisionis kebanyakan adalah laki-laki, sedangkan orang yang menjadi korban dari perilaku ini kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak, baik anak laki-laki maupun perempuan.
Cara Menghadapi Eksibisionis
Saat tidak sengaja bertemu dengan seorang eksibisionis yang tiba-tiba menunjukkan alat kelaminnya atau melakukan aktivitas seksual di area publik, misalnya di transportasi umum, biasanya orang yang akan langsung terkejut dan memalingkan wajah, bahkan berteriak dan segera kabur.
Nah, perlu Anda ketahui, tujuan para eksibisionis sebenarnya adalah mendapat kepuasan seksual dengan mencari perhatian publik. Jadi, makin Anda kaget melihat aksinya dan menunjukkan respons yang jelas, para eksibisionis akan makin bergairah dan bersemangat.
Lalu, bagaimana seharusnya tindakan yang tepat bila tiba-tiba bertemu dengan eksibisionis? Inilah beberapa tips yang bisa Anda lakukan:
- Usahakan untuk bersikap setenang mungkin dan jangan panik atau menunjukkan ekspresi wajah terkejut, karena memang ekspresi inilah yang diinginkan para eksibisionis.
- Menjauhlah dari orang yang melakukan perilaku eksibisionisme secara perlahan-lahan.
- Segera berbalik badan atau menghadap ke arah lain, jangan hanya memalingkan wajah dengan posisi badan masih menghadap ke arah eksibisionis.
- Bila Anda tidak bisa keluar dari situasi tersebut, berikan tatapan kesal atau jijik kepada eksibisionis. Namun, pastikan kondisi Anda aman apabila eksibisionis merasa tersinggung dengan respons tersebut dan akhirnya melakukan tindakan yang lebih berani atau justru menyerang.
- Jika perlu, laporkan tindakan eksibisionis ini ke pihak yang berwenang, misalnya petugas keamanan, satpam, atau polisi.
- Jika eksibisionis mendekati Anda, jangan ragu berteriak untuk meminta tolong.
Eksibisionis dianggap sebagai orang yang hiperseksual dan berpotensi melakukan tindakan kriminal atau kejahatan seksual. Bahkan, banyak kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan terhadap perempuan maupun anak-anak dilakukan oleh orang yang eksibisionis.
Karena bisa membahayakan keselamatan orang lain, eksibisionis perlu mendapatkan perawatan dari psikiater sedini mungkin. Namun, pengobatan biasanya baru dilakukan setelah eksibisionis tertangkap oleh pihak berwajib karena melakukan pelanggaran atau tindakan kriminal.
Pengobatan eksibisionis bisa berupa psikoterapi dan obat antidepresan, seperti bupropion atau selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), yang bisa meredakan gairah seks dan menurunkan kadar testosteron.
Jika Anda sendiri merasa memiliki pikiran atau dorongan yang mengarah ke perilaku eksibisionis, jangan ragu untuk berkonsultasi ke psikiater. Dengan begitu, bila dorongan tersebut memang merupakan gejala eksibisionis, Anda bisa mendapatkan terapi sebelum kondisi ini mengganggu kehidupan sehari-hari dan hubungan sosial Anda.