Tahukah kamu bahwa ada yang namanya sindrom patah hati? Kondisi ini tidak selalu disebabkan patah hati karena putus hubungan cinta, tapi berkaitan erat dengan tekanan emosional atau fisik yang berat.
Sindrom patah hati atau yang dikenal dengan istilah Takotsubo cardiomyopathy merupakan gangguan fungsi jantung yang terjadi sementara akibat stres dan emosi yang ekstrem. Kondisi ini dapat diobati dan sembuh dalam beberapa minggu, tapi juga bisa bersifat fatal jika tidak segera diatasi.
Apa sih Penyebab Sindrom Patah Hati?
Stres dapat menyebabkan pelepasan hormon adrenalin. Dalam jumlah besar, misalnya pada keadaan stres berat, hormon ini dapat mempercepat detak jantung dan mengurangi efektivitas pompa jantung. Kondisi ini akan menyebabkan kelainan otot jantung yang akan memicu munculnya gejala sindrom patah hati.
Ada banyak faktor yang memicu stres hingga penderitanya mengalami sindrom patah hati, antara lain:
Tekanan emosional
Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan tekanan emosional meliputi:
- Luka di hati atau tekanan batin
- Kematian orang yang dicintai
- Pertengkaran dengan pasangan atau keluarga
- Kehilangan pekerjaan
- Kehilangan uang banyak atau barang berharga
- Kekerasan dalam rumah tangga
- Perceraian
- Diagnosis penyakit serius
Tekanan fisik
Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan tekanan fisik meliputi:
- Demam tinggi
- Stroke
- Kejang
- Serangan asma
- Patah tulang
Selain yang telah disebutkan di atas, konsumsi obat-obatan tertentu juga bisa memicu sindrom patah hati, misalnya obat untuk menangani alergi, asma, dan depresi.
Ciri-Ciri Sindrom Patah Hati dan Faktor Risikonya
Ciri-ciri utama sindrom patah hati adalah nyeri dada dan sesak napas. Inilah mengapa orang yang mengalami sindrom patah hati biasanya mengira dirinya sedang mengalami serangan jantung.
Sindrom patah hati dapat menyerang siapa saja, bahkan saat kamu sedang sehat. Meski begitu, ada beberapa orang-orang yang lebih berisiko mengalami kondisi ini, yaitu:
- Perempuan
- Berusia lebih dari 50 tahun
- Sedang atau pernah mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan
- Memiliki riwayat gangguan saraf, seperti epilepsi atau cedera kepala
Cara Mengobati dan Mencegah Sindrom Patah Hati
Umumnya, mereka yang mengalami sindrom patah hati perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Untuk mengatasi kondisi ini, dokter akan memberikan obat-obatan yang berguna untuk memulihkan kembali fungsi jantung.
Obat-obatan yang mungkin digunakan antara lain:
- ACE inhibitor
- Angiotensin II receptor blockers (ARB)
- Beta-blocker
- Obat diuretik
- Obat anticemas
Sebagian besar pasien sindrom patah hati akan sembuh total dalam waktu 1 bulan atau lebih. Kamu mungkin perlu menjalani ekokardiogram sekitar 4–6 minggu setelah pertama kali mengalami gejalanya untuk memastikan bahwa jantungmu sudah pulih.
Untuk mencegah terkena sindrom patah hati lagi, kamu perlu menjaga agar hidupmu sedapat mungkin bebas dari stres. Jadi, kamu disarankan untuk menemukan cara mengelola stres yang paling cocok untukmu dalam jangka panjang.
Bila perlu, berkonsultasilah dengan psikolog untuk mendapatkan cara mengelola stres sesuai dengan situasimu.
Dalam keadaan apa pun, nyeri dada dan sesak napas perlu diperiksakan ke dokter. Jika sewaktu-waktu kamu mengalami gejala sindrom patah hati, jangan anggap remeh dan segera ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk mendapat pemeriksaan dan penanganan yang tepat.