Emotionally unavailable adalah istilah untuk orang yang tidak melibatkan sisi emosionalnya saat berhubungan dengan orang lain. Orang yang memiliki sikap ini masih bisa menunjukkan emosi, tetapi cenderung cuek, acuh, dan dingin ketika diminta untuk menunjukkan perasaan pribadinya terhadap orang lain, khususnya dalam hubungan asmara.
Sikap emotionally unavailable sebetulnya tidak menjadi masalah jika tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Meski demikian, orang yang emotionally unavailable biasanya akan sulit mengekspresikan emosinya kepada orang lain, baik secara sengaja maupun tidak.
Padahal, ikatan emosional merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempererat sebuah hubungan, baik di antara teman, keluarga, maupun pasangan.
Namun, orang yang emotionally unavailable justru susah menunjukkan sikap perhatian, sehingga malah terkesan cuek, dingin, atau mungkin sombong. Soalnya, ia kesulitan atau enggan terhubung dengan orang lain secara emosional.
Tanda-Tanda Orang Emotionally Unavailable
Ada alasan mengapa seseorang bisa menjadi dingin dan hal ini sering kali bukan terbentuk karena keinginannya, lho. Sifat ini bisa terbentuk karena adanya luka batin, trauma masa lalu atau konflik yang belum terselesaikan, pengalaman buruk dari hubungan sebelumnya, hingga pola asuh yang salah di masa kecil.
Pada kasus yang lebih ekstrem, emotionally unavailable juga terkadang bisa disebabkan oleh gangguan mental tertentu, seperti depresi, gangguan bipolar, hingga gangguan kepribadian.
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri atau tanda yang menunjukkan bahwa seseorang mungkin emotionally unavailable:
- Cenderung suka menghindari topik pembicaraan yang melibatkan perasaan
- Sulit memahami situasi dan perasaan orang lain
- Enggan menunjukkan perasaan dan hanya memberikan respons seadanya ketika diajak untuk terbuka secara emosional
- Menghindari atau tidak mau menjalin hubungan yang berkomitmen
- Tidak suka membicarakan hubungan
- Terkesan punya banyak rahasia
- Lebih suka menyendiri
- Tidak suka merencanakan sesuatu dengan orang lain, baik rencana sederhana maupun besar
- Tidak konsisten dan sering membatalkan janji
- Tertutup dan sulit memercayai orang lain
Sikap-sikap ini umumnya masih bisa ditoleransi jika tidak menimbulkan masalah pada hubungan sosial ataupun gangguan emosional. Namun, jika dibiarkan berlarut-larut, sifat emotionally unavailable bisa memberikan dampak buruk dalam hubungan pertemanan maupun asmara.
Sebagai contoh, orang yang memiliki pasangan yang emotionally unavailable mungkin akan merasa tidak dipedulikan atau bahkan tidak disayangi atau diinginkan.
Tips Memperbaiki Hubungan dengan Si Emotionally Unavailable
Menjalin hubungan dengan orang yang emotionally unavailable bisa saja membuatmu lelah. Namun, kalau kamu tetap ingin menjalin hubungan, pastikan bahwa Si Dia tetap memberikan kenyamanan bagimu meskipun absen secara emosional.
Soalnya, menjalin hubungan dengan orang ini perlu usaha, waktu, dan kesabaran. Jadi, kamu harus tahu apa yang kamu perjuangkan dalam hubungan ini.
Nah, inilah beberapa cara memperbaiki hubungan dengan orang yang emotionally unavailable:
1. Kenali perasaanmu tentang hubungan ini
Selama berinteraksi dengan orang yang menunjukkan tanda emotionally unavailable, perhatikan apa yang kamu rasakan. Apakah kamu tetap suka berinteraksi dengan Si Dia?
Pastikan juga caranya bersikap tidak merugikan fisik maupun mentalmu, ya. Setelah itu, tentukanlah apakah kamu ingin memperbaiki hubungan atau justru mengakhirinya.
2. Jangan bergantung pada kepekaan Si Dia
Setelah mengenali perasaanmu, pahamilah dan usahakan untuk bertanggung jawab atas perasaanmu sendiri tanpa harus bergantung pada sikapnya yang emotionally unavailable. Dengan begitu, kamu bisa memberitahukan perasaanmu dengan jelas tanpa ragu.
3. Komunikasikan perasaanmu
Sikap dari orang yang emotionally unavailable bisa saja membuatmu kesal. Namun, jangan menyikapinya dengan penuh kemarahan, misalnya menghukumnya dengan silent treatment, ya. Hal ini biasanya tidak membantu memperbaiki hubungan kalian, tetapi justru malah bisa membuat sikap Si Dia makin parah.
Meski tidaklah mudah, mengomunikasikan perasaan dengan orang yang emotionally available perlu dilakukan. Sampaikanlah perasaan dan kebutuhanmu secara perlahan dan lembut meskipun ia menghindar atau mengelak. Cara ini lebih baik daripada bersikap silent treatment sebagai bentuk kemarahanmu.
4. Bersabar selama memperbaiki hubungan
Mengubah sikap seseorang perlu waktu, apalagi mengubah kebiasaannya, termasuk sifat emotionally unavailable. Selama sabar menanti perubahan Si Dia, kamu bisa menyesuaikan diri dengan perkembangannya dan memberitahunya bahwa kamu peduli dan ingin lebih dekat dengannya, ya. Jadi, dia selalu ingat tentang apa yang kalian perjuangkan.
5. Ajak dia bercerita tentang dirinya
Mengingat salah satu tanda emotionally unavailable adalah sulit untuk terbuka, tips yang satu ini mungkin sulit dilakukan. Namun, kamu perlu tahu lebih dalam tentang dirinya agar paham alasannya menjadi emotionally unavailable. Agar seimbang, kamu juga bisa menceritakan tentang dirimu sendiri. Misalnya, sikap yang kamu suka dan tidak suka.
Saling terbuka bisa membuat kalian lebih mengerti satu sama lain dan jauh dari sikap saling menyalahkan, lho. Ini penting untuk mewujudkan hubungan yang sehat.
6. Jangan memaksakan kehendak
Ingat, hubungan apa pun yang melibatkan orang lain berarti kamu tidak bisa memaksakan semua hal sesuai kehendakmu. Berbagai tips di atas adalah hal-hal yang bisa kamu lakukan. Namun, jika ternyata tidak bisa meredakan luka yang dia rasakan dan sifat emotionally unavailable, kamu hanya bisa menunjukkan pengertian dan kesabaran.
Dengan ketulusan dan kesabaranmu, mungkin suatu hari ia akan berubah dan hatinya pun bisa jadi lebih terbuka.
Jika kamu merasa dirimulah yang emotionally unavailable terhadap orang lain, jangan langsung berkecil hati, ya. Memang tidak mudah untuk membuka diri, menerima, dan memercayai orang lain, terutama setelah mengalami trauma dan luka emosional. Namun, kamu tidak perlu terus-terusan memendam semuanya sendiri, kok.
Ingatlah bahwa ada orang yang ingin menemanimu dan setia menunggu hatimu terbuka kembali. Jika kamu berusaha, kamu juga bisa terlepas dari belenggu ini.
Agar sifat ini bisa hilang, kamu bisa mencoba mencari tahu penyebabnya terlebih dahulu. Setelah itu, cobalah sampaikan apa yang kamu rasakan secara perlahan. Hal ini bisa kamu lakukan melalui tulisan seperti journaling atau bercerita kepada orang yang kamu percaya.
Perlu diingat, memperbaiki kondisi emotionally unavailable membutuhkan usaha, waktu, dan kesabaran, baik itu terhadap orang lain maupun diri sendiri. Jika kamu merasa bingung harus bagaimana untuk menghadapi kondisi ini, tidak ada salahnya, kok, berkonsultasi dengan psikolog.