Empty nest syndrome adalah istilah untuk menggambarkan perasaan sedih atau hampa yang kerap dialami para orang tua saat anaknya meninggalkan rumah, misalnya untuk menempuh pendidikan di luar kota atau menikah. Umumnya, kondisi ini lebih banyak dialami oleh ibu daripada ayah.
Setiap orang tua pasti ingin anaknya bisa hidup mandiri. Namun, saat harus melepas anak pergi dari rumah, hal tersebut juga bisa memunculkan berbagai emosi, seperti perasaan sedih, hampa, kehilangan, dan kesepian. Nah, kondisi inilah yang disebut dengan empty nest syndrome atau sindrom kandang kosong.
Empty nest syndrome kerap kali diperparah dengan terjadinya berbagai peristiwa lain dalam hidup seseorang, seperti pensiun, menopause, atau kematian orang yang disayang.
Tanda-Tanda Empty Nest Syndrome
Tanda empty nest syndrome bisa berbeda-beda pada setiap orang. Namun, secara umum, empty nest syndrome dapat dikenali dari tanda-tanda berikut:
1. Mengalami languishing
Salah satu tanda yang paling banyak dialami oleh orang tua yang mengalami empty nest syndrome adalah merasakan perasaan hampa, terjebak, atau tidak bersemangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Kumpulan berbagai perasaan ini disebut juga dengan istilah languishing.
2. Merasa gelisah
Merasa gelisah tanpa alasan yang jelas setelah kepergian anak dari rumah juga bisa menjadi salah satu tanda empty nest syndrome. Akibat kegelisahan yang dirasakan, biasanya orang tua yang mengalami empty nest syndrome juga menjadi sulit fokus saat melakukan berbagai kegiatan.
3. Merasa kesepian
Merasa kesepian saat anak pergi dari rumah tentu merupakan hal normal yang dialami orang tua. Akan tetapi, pada empty nest syndrome, rasa kesepian dapat berlangsung untuk waktu yang lama. Selain itu, orang tua yang mengalami sindrom ini biasanya juga masih merasa kesepian meski sedang berada di keramaian.
4. Mudah marah atau tersinggung
Orang tua yang mengalami empty nest syndrome mungkin juga cenderung menjadi lebih mudah marah atau tersinggung pada orang-orang di sekelilingnya. Hal ini biasanya terjadi karena ia merasa seolah-olah tidak dapat mengendalikan apa pun dalam hidupnya.
Cara Mendampingi Orang dengan Empty Nest Syndrome
Perlu diketahui, empty nest syndrome merupakan sebuah kondisi psikologis, tetapi tidak termasuk ke dalam kategori gangguan mental. Kendati demikian, jika tidak dihadapi dengan tepat, empty nest syndrome dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai gangguan mental, seperti stres, gangguan kecemasan, dan depresi.
Oleh sebab itu, jika saat ini ada orang terdekatmu yang sedang mengalami empty nest syndrome, bantu dan dampingilah ia untuk beradaptasi dengan melakukan beberapa cara ini:
- Yakinkan ia bahwa semua perasaan yang ia rasakan terkait kepergian anaknya adalah valid dan normal.
- Yakinkan ia bahwa anaknya yang baru saja pergi dari rumah akan selalu membutuhkan kehadiran dan bantuannya, hanya porsi dan bentuknya saja yang mungkin sudah berubah.
- Ajak ia melakukan berbagai kegiatan yang menyenangkan, seperti makan di luar, pergi ke salon, atau menonton film bersama.
- Ajak ia berolahraga bersama. Pasalnya, olahraga bisa membangkitkan semangat dan meningkatkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- Minta ia memikirkan atau menuliskan hal-hal penting yang ada di dalam hidupnya, terutama yang tidak berkaitan dengan anaknya yang baru pergi dari rumah.
- Bantu ia menemukan cara untuk berkomunikasi dengan anak yang baru saja pergi dari rumah, misalnya dengan menelepon atau melakukan panggilan video secara berkala.
Apabila setelah melakukan cara-cara di atas tetapi empty nest syndrome yang dialami orang terdekatmu tidak kunjung membaik atau justru semakin memburuk, ajaklah ia untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater guna mendapatkan penanganan yang tepat.