Epiglotitis adalah peradangan pada epiglotis, yaitu katup yang menutup saluran pernapasan ketika makan atau minum. Epiglotitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau cedera pada tenggorokan.
Epiglotis merupakan katup berbentuk daun yang terletak di belakang lidah. Katup ini berfungsi menutup batang tenggorokan ketika proses menelan, agar makanan atau cairan tidak masuk ke saluran pernapasan.
Peradangan epiglotis bisa terjadi pada semua kelompok usia. Namun, kondisi ini paling sering dialami oleh anak usia 2-5 tahun. Selain anak-anak, orang dengan daya tahan tubuh lemah, misalnya penderita HIV/AIDS atau kanker, juga rentan terkena epiglotitis.
Penyebab Epiglotitis
Penyebab utama epiglotitis adalah infeksi bakteri. Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae tipe B (Hib) merupakan jenis bakteri yang paling sering memicu peradangan pada epiglotis.
Bakteri-bakteri tersebut memiliki cara penyebaran yang sama dengan flu, yaitu lewat percikan air liur atau ingus penderita yang tidak sengaja terhirup.
Epiglotitis juga dapat terjadi akibat infeksi jamur atau virus. Selain itu, kondisi ini juga bisa disebabkan oleh cedera pada tenggorokan, misalnya akibat menelan bahan kimia atau benda tajam, mengonsumsi minuman yang panas, merokok, atau benturan di tenggorokan.
Gejala Epiglotitis
Epiglotitis dapat menimbulkan gejala berupa:
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Sulit menelan
- Ngorok
- Suara serak
- Ngeces
- Sesak napas
- Rewel pada anak-anak
Pada anak-anak, gejala epiglotitis dapat memburuk dengan cepat, bahkan dalam hitungan jam. Sedangkan pada orang dewasa, gejala penyakit ini umumnya memburuk secara perlahan.
Selain beberapa gejala di atas, penderita epiglotitis cenderung lebih suka duduk tegak dengan tubuh condong ke depan. Posisi ini dapat memudahkan penderita untuk bernapas.
Kapan harus ke dokter
Karena gejalanya mirip, epiglotitis sering dianggap sebagai penyakit croup, yaitu infeksi virus pada tenggorokan hingga batang tenggorok. Namun, perlu diingat bahwa epiglotitis lebih berbahaya daripada croup.
Epiglotitis harus diobati secepatnya. Jika tidak, epiglotis yang membengkak bisa menutupi batang tenggorokan sehingga menghambat pasokan oksigen. Kondisi tersebut bisa menyebabkan kematian.
Segera cari pertolongan medis bila melihat seseorang yang menunjukkan gejala epiglotitis. Penting diingat, jangan membaringkan penderita dalam posisi telentang atau memeriksa tenggorokannya tanpa didampingi petugas medis. Hal tersebut justru dapat memperburuk kondisi penderita.
Diagnosis Epiglotitis
Orang yang diduga menderita epiglotitis harus langsung dibawa ke rumah sakit agar mendapatkan penanganan darurat. Prioritas pertama yang dilakukan oleh dokter adalah memastikan saluran pernapasan pasien terbuka. Bila diperlukan, dokter dapat memasang selang alat bantu napas.
Setelah dipastikan saluran pernapasan pasien lancar, dokter dapat melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari tahu penyebabnya, antara lain:
- Tes darah, untuk melihat tanda-tanda infeksi
- Teropong epiglotis dengan nasoendoskopi, untuk melihat kondisi epiglotis
- Biopsi epiglotis, yaitu pengambilan dan pemeriksaan sampel jaringan epiglotis untuk melihat adanya infeksi bakteri dan perubahan pada jaringan
Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan Rontgen dada atau leher, serta CT scan atau MRI, untuk memeriksa kemungkinan penyebab yang lain.
Pengobatan Epiglotitis
Untuk memastikan saluran pernapasan tetap terbuka, salah satu prosedur yang dilakukan dokter adalah memasang selang napas (intubasi endotrakeal) lewat mulut.
Jika epiglotis menutupi batang tenggorokan dan selang napas sulit dipasang, dokter akan melakukan trakeostomi, dengan melubangi leher pasien dan memasang alat khusus langsung ke batang tenggorok.
Jika epiglotitis disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter THT akan memberikan suntik antibiotik. Awalnya, dokter akan memberikan antibiotik yang dapat membunuh banyak bakteri. Setelah hasil pemeriksaan keluar, dokter bisa mengganti antibiotik sesuai jenis bakteri penyebab epiglotitis.
Selain antibiotik, dokter juga dapat memberikan obat-obatan lainnya, misalnya obat kortikosteroid, untuk mengurangi pembengkakan dan peradangan di dalam tenggorokan.
Pencegahan Epiglotitis
Hal utama yang perlu dilakukan untuk mencegah epiglotitis adalah menghindari infeksi Hib. Oleh karena itu, lakukan vaksinasi Hib sebagai pencegahan utama epiglotitis. Di Indonesia, vaksin Hib diberikan bersamaan dengan DPT dan hepatitis B.
Vaksin ini diberikan dalam empat tahap, yaitu saat bayi berusia 2, 3, 4, dan 15-18 bulan. Bagi anak yang baru pertama kali datang untuk diimunisasi pada usia 1-5 tahun, vaksin Hib hanya diberikan satu kali. Sedangkan bagi anak usia di atas 5 tahun, tidak perlu lagi diberikan imunisasi.
Selain melalui vaksin, epiglotitis bisa dicegah dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air atau larutan pembersih tangan, serta tidak berbagi penggunaan barang pribadi dengan orang lain.