Estrogen adalah preparat hormon yang digunakan untuk mengatasi kekurangan hormon estrogen di dalam tubuh. Estrogen biasanya digunakan untuk meredakan gejala menopause dan mencegah osteoporosis pascamenopause.
Salah satu jenis estrogen yang tersedia di Indonesia adalah estrogen terkonjugasi. Estrogen terkonjugasi merupakan turunan hormon estrogen, seperti estradiol. Estrogen terkonjugasi terbuat dari campuran beberapa jenis hormon estrogen yang diekstrak dari sumber alami.
Estrogen terkonjugasi bekerja layaknya hormon estrogen yang dihasilkan oleh tubuh. Dengan begitu, obat ini dapat mengatasi beragam gejala yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, misalnya atrofi vagina, menstruasi tidak teratur, hot flashes, nyeri payudara, depresi, atau kelelahan.
Obat ini juga digunakan pada terapi paliatif kanker prostat dan kanker payudara.
Merek dagang Estrogen: Esthero
Apa Itu Estrogen
Golongan | Pengganti hormon estrogen |
Kategori | Obat resep |
Manfaat | Mengatasi gejala menopause, mencegah osteroporosis pascamenopause, pengobatan paliatif kanker payudara, dan mengobati kanker prostat pada pria |
Dikonsumsi oleh | Dewasa |
Estrogen terkonjugasi untuk ibu hamil dan menyusui | Kategori D: Ada bukti bahwa kandungan obat berisiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar daripada risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam nyawa.Estrogen terkonjugasi tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh ibu hamil.Estrogen terkonjugasi dapat terserap ke dalam ASI dan tidak boleh digunakan selama menyusui. |
Bentuk obat | Kaplet |
Peringatan Sebelum Mengonsumsi Estrogen:
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus Anda perhatikan sebelum mengonsumsi estrogen terkonjugasi:
- Jangan mengonsumsi estrogen terkonjugasi jika Anda alergi terhadap obat ini atau turunan estrogen lainnya. Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki.
- Jangan mengonsumsi estrogen terkonjugasi jika Anda sedang menderita perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya.
- Jangan mengonsumsi estrogen terkonjugasi jika Anda pernah atau sedang mengalami kanker payudara, kanker rahim, kanker serviks, atau kanker vagina.
- Jangan mengonsumsi estrogen terkonjugasi jika Anda pernah atau sedang mengalami penyakit hati, kecenderungan untuk mengalami pembekuan darah, serangan jantung, atau stroke.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang atau pernah menderita diabetes, edema, asma, endometriosis, penyakit jantung, epilepsi, hereditary angioedema, hiperkalsemia, hipertensi, trigliserida tinggi, migrain, hipotiroidisme, porfiria, lupus, penyakit kandung empedu, atau penyakit ginjal.
- Beri tahu dokter jika Anda pernah menjalani operasi pengangkatan rahim (histerektomi).
- Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan. Gunakan alat kontrasepsi yang paling efektif bagi Anda untuk mencegah kehamilan selama menjalani pengobatan dengan obat ini.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal, untuk mengantisipasi terjadinya interaksi obat.
- Segera temui dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau overdosis setelah mengonsumsi estrogen terkonjugasi.
Dosis dan Aturan Pakai Estrogen
Berikut ini adalah dosis estrogen terkonjugasi ditentukan berdasarkan tujuan pengobatan:
-
Tujuan: Mencegah osteoporosis pascamenopause
Dosisnya 0,3 mg, 1 kali sehari. Pengobatan pada umumnya diberikan dengan siklus 25 hari konsumsi obat tanpa jeda, lalu dilanjutkan dengan 5 hari tidak mengonsumsi obat.
-
Tujuan: Meredakan gejala menopause, termasuk atrofi vagina
Dosis awal 0,3 mg, 1 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga 0,45–1,25 mg, 1 kali sehari. Dosis ditentukan berdasarkan kondisi dan respons pasien terhadap pengobatan. Pengobatan pada umumnya diberikan dengan siklus 25 hari konsumsi obat tanpa jeda, lalu dilanjutkan dengan 5 hari tidak mengonsumsi obat.
-
Tujuan: Mengatasi kadar estrogen rendah pada hipogonadisme
Dosisnya 0,3–0,625 mg, 1 kali sehari. Dosis disesuaikan berdasarkan kondisi dan respons pasien terhadap pengobatan. Pengobatan pada umumnya diberikan dengan siklus 3 minggu konsumsi obat tanpa jeda, lalu dilanjutkan dengan 1 minggu tidak mengonsumsi obat.
-
Tujuan: Terapi paliatif kanker prostat
Dosisnya 1,25–2,5 mg, 3 kali sehari. Dosis disesuaikan berdasarkan kondisi dan respons pasien terhadap pengobatan.
-
Tujuan: Insufisiensi ovarium primer
Dosisnya 1,25 mg, 1 kali sehari. Pengobatan pada umumnya diberikan dengan siklus 3 minggu konsumsi obat tanpa jeda, lalu dilanjutkan dengan 1 minggu tidak mengonsumsi obat. Dosis disesuaikan berdasarkan kondisi dan respons pasien terhadap pengobatan.
Cara Menggunakan Estrogen dengan Benar
Selalu ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang terdapat pada kemasan obat. Jangan menambah atau mengurangi dosis tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Estrogen terkonjugasi dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan. Jika Anda memiliki sakit maag, konsumsi obat ini setelah makan. Telan obat secara utuh dengan bantuan segelas air putih. Jangan membelah, mengunyah atau menghancurkan obat.
Jika Anda lupa menggunakan estrogen terkonjugasi, segera gunakan obat ini bila belum mendekati jadwal berikutnya. Jika sudah mendekati, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.
Penggunaan estrogen terkonjugasi dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker rahim dan kanker payudara.
Untuk mengurangi risiko terjadinya kanker rahim, dokter mungkin juga akan meresepkan progestin. Segera hubungi dokter jika Anda mengalami perdarahan vagina. Untuk mengantisipasi risiko terjadinya kanker payudara, Anda disarankan untuk memeriksa payudara secara mandiri (periksa payudara sendiri atau SADARI).
Selain itu, Anda juga perlu melakukan pemeriksaan ginekologi ke dokter secara teratur. Ikuti jadwal kontrol yang telah ditentukan oleh dokter.
Simpan obat ini pada suhu ruangan, di tempat yang kering, dan terhindar dari sinar matahari langsung. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Interaksi Estrogen dengan Obat dan Bahan Lain
Interaksi yang bisa terjadi jika estrogen terkonjugasi digunakan bersamaan dengan obat tertentu adalah:
- Peningkatan risiko terjadinya penggumpalan darah jika digunakan bersama lenalidomide, thalidomide, dan asam traneksamat
- Peningkatan risiko terjadinya efek samping estrogen jika digunakan dengan cimetidine, itraconazole, clarithromycin, quinidine, atau erythromycin
- Penurunan efektivitas estrogen jika digunakan dengan rifampicin, carbamazepine, atau darunavir
- Penurunan efektivitas antikoagulan seperti heparin, sehingga meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah dan penyumbatan pembuluh darah
Efek Samping dan Bahaya Estrogen
Berikut ini adalah efek samping yang bisa muncul setelah mengonsumsi estrogen terkonjugasi:
- Tubuh terlihat bengkak
- Rambut rontok
- Kebas
- Kesemutan
- Nyeri seperti terbakar
- Nyeri punggung
- Kaki kram atau nyeri
- Kembung atau sering buang angin
- Nyeri ulu hati
- Mual atau muntah
- Sakit perut
- Pusing atau sakit kepala
- Nyeri di payudara
- Vagina gatal atau keputihan
- Perubahan periode menstruasi
- Muncul flek dari vagina
Periksakan diri ke dokter jika efek samping tersebut tidak juga membaik atau justru bertambah parah. Segera temui dokter jika Anda mengalami efek samping serius, seperti:
- Nyeri pinggang dan perdarahan vagina yang terjadi di luar menstruasi
- Muncul benjolan di payudara
- Kadar kalsium di dalam darah tinggi (hiperkalsemia), yang dapat ditandai dengan muntah, konstipasi, peningkatan frekuensi berkemih, terasa sangat haus, lemah otot, nyeri tulang, atau tidak bertenaga
- Pembengkakan di seluruh tubuh yang diikuti dengan peningkatan berat badan secara tiba-tiba
- Perubahan perilaku yang tidak biasa, kebingungan, atau sulit mengingat
- Penyakit kuning, yang bisa ditandai dengan mata atau kulit menguning
Segera cari pertolongan medis atau ke IGD jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, antara lain:
- Serangan jantung, yang bisa ditandai dengan dada terasa tertekan, nyeri dada yang menyebar hingga rahang atau bahu, serta berkeringat
- Stroke, yang dapat digejalai dengan gangguan penglihatan, gangguan keseimbangan, bicara kurang jelas, sakit kepala parah yang tiba-tiba, atau sebelah tubuh terasa kebas atau lemas
- Penggumpalan darah, yang dapat ditandai dengan hilangnya penglihatan secara tiba-tiba, nyeri dada seperti ditusuk, batuk berdarah, atau salah satu atau kedua kaki terasa nyeri atau panas