Miom saat hamil merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang banyak terjadi. Tumbuhnya miom ini sering menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya berbagai gangguan, mulai dari posisi janin yang abnormal, persalinan prematur, kelainan plasenta, hingga keguguran.
Mioma uteri atau miom adalah tumor jinak yang tumbuh di rahim. Bila muncul saat hamil, miom dapat menimbulkan nyeri perut pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Selain nyeri di perut, miom saat hamil juga dapat menimbulkan gejala berupa demam, mual dan muntah, serta perdarahan dari vagina.
Meski begitu, miom yang muncul saat hamil sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun. Pada banyak kasus, kemunculannya baru disadari saat ibu hamil melakukan kontrol rutin ke dokter, terutama ketika dokter melakukan pemeriksaan USG pada perut.
Benarkah Miom Bertambah Besar Saat Hamil?
Hingga saat ini, penyebab munculnya miom belum diketahui secara pasti. Peningkatan kadar hormon estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin (HCG), dan peningkatan aliran darah di dalam rahim diduga dapat menjadi penyebab munculnya atau bertambah besarnya ukuran miom saat hamil.
Perubahan ukuran miom saat hamil masih menjadi perdebatan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa ukuran miom bisa bertambah di 3 bulan awal kehamilan. Hal ini juga cenderung terjadi bila miom sudah berukuran lebih dari 5 cm sebelum hamil.
Namun, penelitian lain mengungkapkan bahwa miom tidak menjadi lebih besar saat kehamilan, bahkan ukurannya berkurang setelah melahirkan.
Apakah Penderita Miom saat Hamil Tidak Bisa Melahirkan Normal?
Sebagian besar ibu hamil dengan mioma uteri tetap dapat menjalani persalinan normal. Namun, ada beberapa kondisi yang perlu diwaspadai sehingga persalinan mungkin harus dilakukan dengan operasi caesar. Beberapa kondisi tersebut meliputi:
- Miom yang terletak di bagian bawah rahim sehingga menutupi jalan lahir.
- Miom yang ukurannya besar dan terletak di leher rahim atau serviks.
- Miom yang mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat.
Operasi caesar dilakukan jika miom dirasa akan membahayakan janin atau menyebabkan gagalnya persalinan normal. Selain karena miom, operasi caesar juga perlu dilakukan bila memang terjadi kelainan posisi janin, misalnya posisi bayi melintang.
Miom memang berpotensi menyebabkan komplikasi kehamilan. Namun, belum ada penelitian yang dapat diandalkan untuk melihat pengaruh miom terhadap munculnya komplikasi saat kehamilan. Bahkan, sebagian ibu hamil yang menderita miom, terkadang tidak mengalami komplikasi selama kehamilan.
Jadi, ibu hamil yang menderita miom tidak perlu khawatir. Tetap lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke dokter setidaknya 1 bulan sekali. Ini bertujuan untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya komplikasi saat kehamilan maupun persalinan, baik akibat miom saat hamil atau penyebab lainnya.
Ditulis oleh:
Akbar Novan Dwi Saputra, Sp.OG
(Dokter Spesialis Kandungan)