Pernah nggak kamu berada pada situasi di mana seseorang membuatmu selalu merasa bersalah, entah itu melalui perkataan atau tindakannya? Awas, bisa jadi kamu sedang menjadi korban guilt trip. Jika tidak segera disikapi, perlakuan ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan mentalmu, lho.
Guilt trip adalah bentuk manipulasi yang membuat korbannya selalu merasa bersalah dan bertanggung jawab atas suatu perbuatan yang pernah dilakukannya terdahulu maupun yang tidak pernah dilakukan sama sekali.
Jadi, pelaku guilt trip akan terus-menerus mengungkit hal tersebut dan menggunakannya sebagai “senjata” agar sang korban bisa “bertekuk lutut” dengannya.
Perilaku ini termasuk dalam toxic relationship yang bisa terjadi pada hubungan mana pun, baik itu pernikahan, pertemanan, keluarga, atau pekerjaan.
Kenali Ciri-Ciri Guilt Trip
Guilt trip bisa dilakukan secara sengaja atau tidak. Perlakuan ini juga bisa sangat jelas terlihat atau malah sulit terdeteksi karena dapat dilakukan secara halus dan tersirat. Agar tidak bingung, seperti ini ciri-ciri guilt trip:
- Mengungkit kesalahan yang pernah dilakukan korbannya di masa lalu
- Membuat komentar atau menunjukkan sikap seolah-olah korbannya tidak melakukan suatu hal yang lebih baik atau lebih banyak dari yang pelaku lakukan
- Mengungkit kebaikan atau pengorbanan yang telah dilakukan oleh pelaku supaya korban merasa gagal
- Melakukan silent treatment
- Melakukan perilaku pasif-agresif
- Membuat komentar sarkastis
- Menunjukkan sikap seolah-olah sedang marah, tetapi kemudian pelaku menyangkal jika ada masalah
- Membuat korbannya merasa berutang budi dengan pelaku
- Mengacuhkan usaha korban saat ingin menyelesaikan masalah
- Menggunakan bahasa tubuh untuk mengomunikasikan ketidaksenangan, seperti menghela napas, menyilangkan tangan, mengerutkan wajah, atau membanting benda
Contoh kalimat yang diucapkan oleh pelaku guilt trip, seperti “Jadi, setelah aku berkorban sebanyak ini, kamu mau tinggalin aku gitu saja?”, “Aku udah capek-capek masak, tapi kamu malah makan sedikit”, atau “Aku pergi sama dia karena kamu nggak pernah punya waktu buat aku. Aku kesepian”.
Gulit trip tidak hanya bertujuan untuk memanipulasi korbannya agar sang korban merasa bersalah. Tetapi, perilaku ini juga bisa menjadi sebuah trik untuk menghindari konflik dan mendapatkan simpati dari orang lain.
Dampak Guilt Trip yang Perlu Diwaspadai
Guilt trip memang bisa membuat sang korban berperilaku sesuai apa yang pelakunya inginkan. Akan tetapi, ini bisa memupuk rasa dendam di dalam diri korbannya karena merasa telah dimanipulasi.
Alhasil, lambat laun hubungannya dengan korban bisa semakin renggang, berkurangnya keintiman dan kedekatan emosional, hingga pada akhirnya mulai muncul perasaan benci.
Perasaan bersalah yang terus menghantui bisa membuat korban merasa sedih, cemas, menyesal, takut, khawatir, gagal, serta muncul gejala fisik, seperti nyeri otot dan insomnia. Ini juga bisa membuat korban merasa malu hingga akhirnya menarik diri dari lingkup sosial.
Jika tidak disikapi dengan baik dan terjadi dalam jangka waktu yang lama, kondisi ini bisa berkembang menjadi penyakit mental, seperti gangguan kecemasan, OCD, dan depresi.
Seperti Ini Cara Menyikapi Guilt Trip
Penting bagimu untuk mengenali perilaku orang-orang di sekitarmu, apakah ada yang memiliki perilaku guilt trip atau tidak. Jika ada, berikut ini adalah cara yang bisa kamu lakukan untuk menyikapi perilaku tersebut:
- Validasi emosi pelaku. Beri ia ruang untuk mengekspresikan perasaannya.
- Jika ia menunjukkan bahasa tubuh yang menandakan guilt trip, coba mulai dengan bertanya, misalnya “Sepertinya kamu frustrasi dengan tugas itu. Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu?”
- Utarakan secara baik-baik apa yang kamu rasakan. Katakan padanya bila perlakuannya sudah membuat dirimu bersedih dan merasa dimanipulasi. Berikan saran bahwa perilaku tersebut dapat merusak hubungan yang sehat.
- Tetapkan batasan dengan pelaku guilt trip. Jika ia rekan kerja, kamu tidak perlu terlibat pertemanan dengannya. Urusanmu dengannya hanyalah sebatas pekerjaan saja.
- Tolak jika pelaku meminta sesuatu hal yang tidak masuk akal.
Kalau kamu merasa dimanipulasi oleh orang-orang di sekitarmu, baik itu dalam bentuk guilt trip, gaslighting, atau lainnya, yuk segera ambil sikap. Jangan sampai hubunganmu dengan orang lain justru berdampak buruk bagi hidupmu dan merenggut kebahagiaanmu.
Bila perlakuan ini sudah membuatmu stres berat hingga membuat aktivitas keseharianmu menjadi terhambat, sebaiknya segera konsultasikan masalahmu ke psikolog ya, untuk mendapatkan saran terbaik.