Favoritisme adalah istilah untuk menggambarkan perlakuan tidak adil atau pilih kasih terhadap seseorang atau kelompok tertentu dalam suatu lingkungan. Sikap ini dapat menimbulkan kecemburuan bagi individu atau kelompok yang tidak mendapatkan perlakukan tersebut.
Favoritisme dapat terjadi di berbagai lingkungan, termasuk keluarga, tempat kerja, sekolah, atau lingkungan sosial. Kesamaan minat, cara berpikir, atau latar belakang, seperti asal usul, pendidikan, atau pengalaman hidup, dapat menjadi pemicu favoritisme.
Selain itu, sikap pilih kasih juga dapat disebabkan oleh adanya hubungan pribadi atau kepentingan antara pemberi perlakuan istimewa dan penerima.
Dampak Favoritisme
Siapa pun bisa mendapatkan perlakuan pilih kasih atau diskriminasi. Di lingkungan kerja, karyawan dengan kinerja rendah, tidak berpenampilan menarik, berbeda dari mayoritas, atau tidak memiliki koneksi dengan atasan bisa menjadi bagian dari kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan khusus.
Sementara itu, ketidakadilan yang terjadi di rumah sering kali dirasakan oleh anak tengah atau anak kedua. Anak tengah rentan mengalami middle-child syndrome karena kerap merasa tidak mendapatkan perlakuan istimewa dari orang tuanya Favoritisme juga bisa dialami dari anak ke salah satu orang tuanya.
Individu yang mendapatkan perlakuan tidak setara dan ketidakadilan mungkin dapat mengalami beberapa hal berikut ini:
- Marah, kecewa, dan cemburu
- Harga diri menurun
- Semangat dan kinerja kerja menurun
- Prestasi di sekolah menurun
- Keinginan untuk menarik diri dari lingkungan sosial
- Kesulitan membentuk ikatan persaudaraan atau pertemanan yang sehat
- Ketegangan atau kebencian terhadap saudara atau teman yang mendapatkan perlakuan istimewa
- Bersifat agresif
- Takut mencintai atau dicintai karena enggan merasakan penolakan
Dalam beberapa kasus, sikap ini dapat meningkatkan terjadinya penyakit mental pada individu yang tidak mendapatkan keuntungan dari favoritisme. Rasa marah, sedih, dan kecewa yang berlarut akibat perlakukan tersebut dapat berkembang menjadi depresi, gangguan kecemasan, atau PTSD.
Sementara itu, orang yang menjadi favorit mungkin saja akan merasa senang karena dihargai, diakui, dan diperlakukan lebih baik daripada orang lain. Namun, hal ini justru bisa menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.
Agar tidak kehilangan perlakuan istimewa yang didapatkan, sebagian orang mungkin jadi rela melakukan apa saja, bahkan bisa menjadi seorang “people pleaser” atau mengalami sindrom “good girl”. Belum lagi tekanan dari orang sekitarnya.
Jika tidak disikapi dengan baik, menjadi favorit justru dapat menghambat perkembangan diri, munculnya perasaan ingin terus divalidasi, egois, serta merasa kesulitan untuk mencapai tujuan yang sama di lingkungan lain.
Cara Menyikapi Perilaku Favoritisme
Rasa marah dan kecewa ketika mendapatkan perilaku tidak adil tentu tidak bisa dihindari. Namun, agar emosi tersebut tidak menghambat perkembangan diri atau berkembang menjadi gangguan mental, berikut ini adalah hal-hal yang bisa dilakukan jika Anda menjadi orang yang tidak diperlakukan istimewa:
- Tenangkan diri dengan cara menarik napas dalam saat Anda mendapat perlakuan tidak adil. Cara ini dapat mencegah emosi meluap dan membantu Anda berpikir jernih.
- Tingkatkan kemampuan dan yakinkan diri bahwa Anda tidak seburuk apa yang mereka katakan.
- Ceritakan perilaku tidak adil yang Anda dapatkan dan ungkapkan perasaan Anda pada orang yang dipercaya. Cara ini akan membuat Anda merasa lebih baik serta bisa mendapatkan support system.
Selain itu, orang yang melakukan favoritisme mungkin tidak sepenuhnya menyadari sikapnya. Beberapa dari mereka juga mungkin tidak ada niat untuk bersikap pilih kasih atau diskriminasi pada satu pihak.
Oleh karena itu, baik pelaku atau yang menjadi korban favoritisme ini tidak ada salahnya untuk sama-sama koreksi diri. Coba pikirkan apakah ada perilaku Anda yang cenderung memberikan perlakuan khusus kepada individu atau kelompok tertentu. Jika Anda merasa menjadi korban, tidak ada salahnya juga untuk bertanya dan memperbaiki diri jadi lebih baik.
Selain mengatasi favoritisme, cara ini juga dapat membangun hubungan yang sehat dengan teman, rekan kerja, atau keluarga serta memperbaiki pola asuh anak menjadi lebih baik.
Jika Anda merasa kesulitan menghadapi diskriminasi atau kebingungan untuk menemukan cara mengatasi favoritisme, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter atau psikolog. Melalui sesi konsultasi, dokter juga dapat memaparkan cara untuk mencegah efek negatif dari favoritisme.