Fluticasone inhalasi adalah sediaan obat hirup untuk mengontrol gejala asma dan mencegah serangan asma muncul kembali. Agar efektif, obat asma ini perlu digunakan secara rutin dalam jangka panjang.
Fluticasone inhalasi termasuk dalam golongan obat kortikosteroid. Obat asma jangka panjang ini bekerja dengan mengurangi peradangan di saluran napas penderita asma. Dengan pemakaian rutin, frekuensi munculnya serangan asma dapat berkurang dan gejala asma yang timbul tidak parah.
Fluticasone inhalasi tersedia dalam bentuk obat tunggal atau dikombinasikan dengan salmeterol. Obat hirup ini terdiri dari sediaan serbuk yang dikemas dalam inhaler dan cairan inhalasi yang digunakan dengan bantuan nebulizer.
Meski efektif mengontrol dan mencegah asma kambuh, fluticasone inhalasi tidak bisa mengatasi serangan asma yang sedang berlangsung.
Merek dagang fluticasone inhalasi: Flixotide, Flutison, Flusal, Relvar Ellipta, Respitide, Salmeflo, Seretide, Seretide Diskus, Trelegy Ellipta
Apa Itu Fluticasone Inhalasi
Golongan | Obat resep |
Kategori | Kortikosteroid |
Manfaat | Mencegah serangan asma kambuh dan mengontrol gejala asma |
Digunakan oleh | Dewasa dan anak usia ≥6 tahun |
Fluticasone inhalasi untuk ibu hamil dan menyusui | Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil. |
Obat ini hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin. | |
Belum diketahui apakah fluticasone dalam sediaan obat hirup terserap ke dalam ASI atau tidak. Fluticasone hirup umumnya boleh digunakan selama menyusui dengan arahan dokter. | |
Bentuk obat | Serbuk dan cairan inhalasi |
Peringatan Sebelum Menggunakan Fluticasone Inhalasi
Fluticasone hirup tidak boleh digunakan saat terjadi serangan asma. Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum menjalani pengobatan asma dengan fluticasone inhalasi adalah:
- Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Fluticasone hirup tidak boleh digunakan oleh orang yang alergi terhadap obat ini atau obat kortikosteroid lain.
- Jangan menggunakan fluticasone serbuk inhalasi jika memiliki alergi susu.
- Beri tahu dokter jika pernah atau sedang menderita penyakit paru obstruktif kronis, diabetes, psoriasis, penyakit liver, glaukoma, katarak, atau osteoporosis.
- Beri tahu dokter perihal penyakit infeksi yang pernah atau sedang dialami, seperti tuberkulosis, herpes di mata, atau infeksi parasit.
- Hindari kontak erat dengan penderita penyakit yang mudah menular, seperti campak, cacar air, atau flu, selama menggunakan fluticasone hirup. Fluticasone bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat Anda mudah terserang infeksi.
- Pastikan anak menjalani pemeriksaan tumbuh kembang secara rutin selama ia menjalani pengobatan dengan fluticasone hirup. Hal ini karena pemakaian fluticasone dalam jangka panjang dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak.
- Informasikan kepada dokter jika Anda sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui.
- Beri tahu dokter mengenai semua obat, suplemen, atau produk herbal yang sedang digunakan. Tujuannya untuk mengantisipasi interaksi obat yang tidak diinginkan.
- Beri tahu dokter bahwa Anda sedang menggunakan fluticasone hirup jika direncanakan menjalani operasi atau perawatan gigi.
- Segera ke dokter jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius selama menggunakan obat hirup ini.
Dosis dan Aturan Pakai Fluticasone Inhalasi
Fluticasone inhalasi yang diberikan dokter bisa berupa fluticasone propionate atau fluticasone furoate. Dosis fluticasone hirup untuk mencegah serangan asma kambuh tergantung pada jenis fluticasone yang digunakan, serta usia dan tingkat keparahan asma yang diderita pasien. Berikut ini adalah rinciannya:
Fluticasone propionate serbuk inhalasi atau inhaler dosis terukur
- Dewasa dan remaja: Dosis awal 50–100 mcg 2 kali sehari untuk asma ringan, dan 250–500 mcg 2 kali sehari untuk asma sedang hingga berat.
- Anak usia 6–11 tahun: 25–50 mcg 2 kali sehari, dapat ditingkatkan sampai 100 mcg 2 kali sehari jika diperlukan.
Fluticasone propionate nebulizer
- Dewasa usia ≥17 tahun: 500–2.000 mcg 2 kali sehari.
- Anak usia 4–16 tahun: 1.000 mcg 2 kali sehari.
Fluticasone furoate serbuk inhaler
- Dewasa dan remaja: Dosis awal 100 mcg 1 kali sehari.
- Anak usia 6–11 tahun: 50 mcg 1 kali sehari.
Cara Menggunakan Fluticasone Inhalasi dengan Benar
Ikuti anjuran dokter dan baca informasi pada kemasan fluticasone hirup sebelum menggunakannya. Jangan menambah dosis atau menggunakan obat ini lebih sering dari yang dianjurkan tanpa persetujuan dokter.
Cara menggunakan fluticasone inhalasi tergantung pada jenis alat hirupnya. Dokter biasanya akan menjelaskan cara pemakaian obat saat meresepkan fluticasone hirup kepada Anda. Jangan ragu untuk bertanya kepada dokter jika ada kendala atau belum mengerti cara penggunaan obat tersebut.
Penggunaan fluticasone nebulizer bisa dilakukan oleh dokter atau petugas medis di rumah sakit. Fluticasone nebulizer juga bisa digunakan secara mandiri jika Anda memiliki alat nebulizer di rumah.
Apabila Anda menggunakan fluticasone dengan bantuan nebulizer, ikuti aturan pakai yang dijelaskan oleh dokter. Pastikan Anda memahami cara menggunakan nebulizer yang benar dan cara membersihkannya dengan tepat.
Sementara itu, fluticasone inhaler tersedia dalam bentuk inhaler dosis terukur dan inhaler serbuk kering. Pastikan Anda memahami cara menggunakan inhaler asma sesuai jenisnya.
Pastikan untuk berkumur setiap kali selesai menggunakan fluticasone inhalasi. Hal ini bertujuan untuk mencegah timbulnya iritasi di mulut dan tenggorokan, serta suara serak.
Gunakan fluticasone inhalasi secara rutin agar mendapat manfaat maksimal obat ini. Untuk membantu mengingat, gunakan obat pada jam yang sama setiap harinya. Jika lupa menggunakan fluticasone inhalasi, tidak perlu menghirup lebih banyak obat pada waktu pemakaian berikutnya.
Lakukan kontrol ke dokter secara rutin selama Anda menggunakan obat ini. Segera ke dokter bila gejala asma memburuk atau lebih sering kambuh meski sudah menggunakan fluticasone inhalasi secara rutin.
Simpan fluticasone inhalasi di tempat bersuhu ruangan dan dalam wadah tertutup agar tidak terpapar sinar matahari, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Interaksi Fluticasone Inhalasi dengan Obat Lain
Fluticasone inhalasi dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu. Berikut ini adalah beberapa obat yang dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping fluticasone:
- Atazanavir
- Chlorampenicol
- Clarithromycin
- Isoniazid
- Itraconazole
- Ketoconazole
- Nicardipine
- Ritonavir.
Selain itu, ada pula obat yang dapat menurunkan efektivitas fluticasone inhalasi jika digunakan secara bersamaan, misalnya apalutamide, phenytoin, phenobarbital, atau carbamazepine.
Untuk menghindari efek interaksi yang tidak diinginkan, pastikan untuk memberi tahu dokter jika akan menggunakan obat lain bersama fluticasone.
Efek Samping dan Bahaya Fluticasone Inhalasi
Efek samping yang bisa terjadi setelah menggunakan fluticasone hirup antara lain:
- Suara serak
- Sakit kepala
- Mual, muntah, sakit perut atau sakit maag
- Sakit tenggorokan, hidung tersumbat, batuk, bersin-bersin
Konsultasikan ke dokter bila efek samping di atas tidak kunjung mereda atau malah memburuk.
Perlu diketahui bahwa penggunaan fluticasone inhalasi jangka panjang pada anak bisa memperlambat pertumbuhannya. Segera periksakan anak ke dokter jika Anda merasa pertambahan berat badan atau tinggi badannya terhambat.
Segera cari pertolongan medis bila gejala asma memburuk, atau muncul reaksi alergi obat maupun efek samping yang lebih serius, seperti:
- Bercak putih atau luka yang nyeri di rongga mulut atau bibir
- Tanda-tanda infeksi, seperti demam tinggi, menggigil, batuk dengan dahak yang banyak, atau sariawan, maupun sakit tenggorokan yang tidak kunjung sembuh
- Sering mengalami memar atau perdarahan yang tidak jelas penyebabnya
- Mood swing, depresi, atau agitasi (perasaan gelisah, jengkel, gugup)
- Nyeri tulang
- Penglihatan buram, bercak putih seperti awan pada lensa mata, nyeri mata, penyempitan lapang pandang, atau melihat lingkaran di sekitar sumber cahaya
- Peradangan pembuluh darah yang bisa menimbulkan gejala kesemutan parah, mati rasa, nyeri dada, demam, atau ruam kulit
- Gangguan fungsi hati yang bisa ditandai dengan urine berwarna gelap, sakit perut yang berat, feses berwarna pucat seperti tanah liat, kulit dan mata berwarna kekuningan (penyakit kuning)