Frambusia adalah infeksi kulit yang menyebabkan ruam dan luka. Penyakit ini sering terjadi di wilayah tropis dengan sanitasi buruk, seperti Afrika dan Asia Tenggara. Frambusia dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita kondisi ini.
Frambusia, yang juga dikenal sebagai frambesia tropica atau patek, dapat menular lewat kontak langsung dengan ruam pada kulit penderita kondisi ini. Pada awalnya, frambusia hanya akan berkembang di kulit. Namun, penyakit ini juga bisa menyebar ke tulang dan sendi jika tidak ditangani.
Penyebab Frambusia
Frambusia atau yaws terjadi akibat infeksi bakteri Treponema pallidum pertenue. Bakteri tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka atau goresan di kulit. Cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan ruam kulit pada penderita frambusia.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang lebih mudah terkena frambusia, yaitu:
- Tinggal di negara endemik frambusia
- Anak-anak berusia sekitar 6–10 tahun
- Tinggal di wilayah dengan sanitasi buruk
- Kondisi lingkungan yang kurang mendukung kebersihan, seperti kemiskinan atau tempat tinggal yang padat
Gejala Frambusia
Gejala frambusia dibagi dalam beberapa tahapan, seperti dijelaskan berikut ini:
Tahap primer
Tahap ini muncul sekitar 2–4 minggu setelah seseorang terpapar bakteri penyebab frambusia. Penderita akan mengalami ruam kulit yang mirip stroberi, yang disebut ‘mother yaw’. Ruam tersebut berwarna kekuningan dengan lingkaran merah di sekitarnya, sering kali terasa gatal tetapi tidak sakit.
Umumnya, mother yaw akan menghilang dengan sendirinya setelah 3−6 bulan. Pada tahap ini, penderita juga bisa mengalami gejala lain, seperti demam, nyeri sendi, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Tahap laten
Pada tahap laten, penderita tidak mengalami gejala, tetapi bakteri tetap ada di dalam tubuh. Kondisi ini muncul pada setiap pergantian tahap. Tahap laten dari primer ke sekunder berlangsung sekitar 6–16 minggu. Pada tahap ini, infeksi masih bisa menular ke orang lain meski penderitanya tidak mengalami gejala.
Sementara itu, tahap laten dari sekunder ke tersier dapat berlangsung selama 5–15 tahun. Pada tahap ini, penderita tidak mengalami gejala apa pun dan tidak menularkan frambusia kepada orang lain. Namun, penderita akan memasuki tahap tersier jika tidak ditangani.
Tahap sekunder
Pada tahap sekunder, ruam kulit dapat muncul di berbagai bagian tubuh, seperti kaki, lengan, wajah, dan bokong. Penderita juga dapat memiliki ruam kulit yang terasa nyeri di telapak kaki. Akibatnya, penderita mulai merasa sulit untuk berjalan dan mengalami perubahan pada gaya berjalan. Kondisi ini sering disebut dengan crab yaws.
Tahap sekunder juga mengakibatkan timbulnya peradangan pada lapisan terluar tulang (osteoperiostitis) dan pembengkakan jaringan di sekitar tulang jari-jari kaki. Peradangan ini juga dapat menimbulkan nyeri.
Tahap tersier
Jika tidak ditangani, frambusia dapat memasuki tahap tersier. Tahap ini jarang terjadi, yakni hanya sekitar 10% dari penderita frambusia. Pada tahap tersier, ruam kulit akan muncul dan berkembang sehingga mengakibatkan kerusakan pada kulit, tulang, dan sendi.
Penderita frambusia pada tahap tersier juga dapat mengalami kerusakan pada wajah yang bisa meliputi sindrom goundou dan sindrom gangosa.
Sindrom goundou merupakan pembengkakan pada jaringan hidung dan pembentukan tulang berlebih di wajah, sedangkan sindrom gangosa merupakan gangguan pada sel saraf di hidung, tenggorokan, serta langit-langit mulut.
Kapan harus ke dokter
Konsultasikan ke dokter bila Anda atau anak Anda mengalami ruam kulit seperti yang telah disebutkan di atas, terutama jika tinggal atau pernah mendatangi daerah endemik frambusia. Untuk mendapatkan jawaban yang cepat dan tepat, Anda bisa berkonsultasi secara online lewat Chat Bersama Dokter.
Jika Anda terdiagnosis menderita frambusia, lakukan pengobatan sedini mungkin untuk mencegah penyakit ini berlanjut atau bertambah parah.
Diagnosis Frambusia
Dokter akan mengawali diagnosis frambusia dengan melakukan tanya jawab dengan pasien. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain:
- Gejala yang muncul
- Penyakit yang pernah atau sedang diderita
- Wilayah terakhir yang dikunjungi
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk memeriksa tanda-tanda ruam kulit yang muncul. Untuk menetapkan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu:
- Tes venereal disease research laboratory (VDRL), untuk mendeteksi antibodi yang melawan bakteri penyebab frambusia
- Biopsi kulit, untuk mencari tahu jenis bakteri penyebab frambusia dengan mengambil dan memeriksa sampel jaringan di kulit
Pengobatan Frambusia
Pengobatan frambusia bertujuan untuk menghentikan infeksi dan mencegah komplikasi. Pengobatan untuk kondisi ini adalah pemberian antibiotik, seperti:
- Azithromycin dalam bentuk obat minum atau oral
- Penisilin benzatin bentuk suntik jika pasien tidak bisa mengonsumsi azitromisin
Dokter akan meminta pasien agar kembali lagi dalam 4 minggu setelah pemberian antibiotik. Tujuannya adalah untuk memantau efektivitas pengobatan. Jika pasien tinggal bersama orang lain, dokter akan menganjurkan orang tersebut untuk menjalani pemeriksaan guna mencegah penularan frambusia.
Komplikasi Frambusia
Jika tidak ditangani, frambusia dapat menyebabkan komplikasi, seperti:
- Luka parut permanen pada kulit
- Kerusakan pada tulang yang menyulitkan pergerakan
- Deformitas pada kaki, hidung, atau tulang wajah
- Risiko infeksi bakteri sekunder yang masuk melalui luka
Pencegahan Frambusia
Ada upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya frambusia, yaitu:
- Mencuci tangan secara rutin dengan sabun dan air mengalir
- Menjalani pola hidup bersih dan sehat (PHBS)
- Menghindari kontak langsung dengan kulit penderita frambusia
- Meningkatkan kebersihan lingkungan dan sanitasi di sekitar tempat tinggal
- Memeriksakan diri ke dokter jika terjadi kontak dengan penderita kondisi ini atau muncul gejala mirip frambusia