Fungsi fimbriae begitu penting pada sistem reproduksi wanita. Tanpa adanya fimbriae, wanita akan lebih sulit untuk hamil karena proses pertemuan sel sperma dan sel telur dapat terganggu. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui fungsi dan kondisi yang dapat terjadi pada organ ini. 

Istilah fimbriae diambil dari bahasa latin yang artinya pinggiran. Sesuai dengan namanya, fimbriae adalah tonjolan seperti jari yang terletak di pinggiran atau ujung kedua tuba falopi dan dekat dengan ovarium. Bagian ini dilapisi oleh struktur seperti rambut yang disebut silia.

Fungsi Fimbriae dan Kondisi yang Dapat Memengaruhinya - Alodokter

Pada sistem reproduksi wanita, fimbriae merupakan struktur paling kecil. Meski kecil, fungsi fimbriae sangatlah penting dalam proses menstruasi dan pembuahan. 

Fungsi Fimbriae dan Cara Kerjanya

Setiap bulan, salah satu ovarium atau indung telur normalnya akan melepaskan sel telur yang sudah matang untuk dibuahi. Fungsi fimbriae untuk menangkap sel telur tersebut dan mendorongnya ke tuba falopi.

Dalam prosesnya, fimbriae akan memanjang ke ovarium untuk menangkap sel telur. Setelah itu, struktur kecil seperti rambut yang melapisi fimbriae akan bergerak cepat menyapu dan mendorong sel telur ke dalam tuba falopi untuk dibuahi oleh sperma. Nah, begitu berada di dalam tuba falopi, sel telur dapat dibuahi oleh sperma dan kemungkinan akan menyebabkan kehamilan.

Namun, jika sel telur tidak berhasil dibuahi, sel telur akan terus bergerak menuju rahim dan hancur. Kemudian, sel telur yang hancur tersebut akan keluar bersama dengan lapisan rahim. Proses inilah yang disebut menstruasi.

Kondisi yang Dapat Mengganggu Fungsi Fimbriae

Fungsi fimbriae dapat terganggu jika tonjolan seperti jari ini mengalami peradangan. Kondisi yang disebut salpingitis ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae yang menyebar dari vagina atau leher rahim ke fimbriae. 

Nah, dalam proses penyembuhannya dari infeksi tersebut, fimbriae sering kali menyatu dan menutup saluran tuba falopi. Akibatnya, sel telur tidak dapat masuk ke dalam tuba falopi dan proses pertemuan sel telur dan sel sperma pun menjadi terhalang. 

Gejala salpingitis pada tiap wanita dapat berbeda-beda. Apabila infeksinya ringan, penyakit ini mungkin saja tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jika muncul, penderitanya mungkin akan mengalami salah satu atau beberapa gejala berikut:

  • Nyeri di perut bagian bawah atau atas
  • Pendarahan vagina dan keputihan yang tidak normal 
  • Nyeri ketika buang air kecil 
  • Mual dan muntah 
  • Demam 
  • Nyeri ketika berhubungan seksual (dispareunia)

Salpingitis yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan munculnya nanah atau cairan di tuba falopi (hidrosalping), yang kemudian menumpuk dan menyumbat tuba falopi. Kondisi ini kemudian akan menyebabkan wanita sulit untuk hamil (infertilitas). Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan dari dokter kandungan untuk mengobati salpingitis. 

Namun, sebelum memberikan penanganan, dokter akan melakukan pemeriksaan pada panggul dan menanyakan gejala yang dialami pasien terlebih dahulu untuk memastikan apakah pasien menderita salpingitis atau tidak.

Selain itu, dokter juga akan menyarankan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti tes urine, tes darah, swab vagina atau serviks, USG, biopsi endometrium, dan laparoskopi, untuk memperkuat diagnosis.

Setelah pasien dipastikan menderita salpingitis, dokter akan memberikan penanganan yang sesuai untuk mengobati infeksi. Dokter mungkin akan meresepkan obat antibiotik atau melakukan pembedahan pada kasus salpingitis yang parah. Dengan pengobatan yang tepat, fungsi fimbriae pun dapat kembali normal.