Gangguan pernapasan adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan bernapas, dada terasa seperti diikat, atau leher terasa seperti tercekik. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, misalnya penyakit saluran pernapasan, atau gangguan pada organ lain, seperti jantung atau ginjal.
Berdasarkan letaknya, saluran pernapasan terbagi menjadi saluran pernapasan atas dan bawah. Saluran pernapasan atas terdiri dari rongga hidung, sinus, dan tenggorokan bagian atas (faring). Sementara saluran pernapasan bawah meliputi tenggorokan bagian tengah dan bawah (trakea), bronkus, dan paru-paru.
Pada kondisi tertentu, saluran pernapasan bisa terganggu dan menimbulkan berbagai gejala, mulai dari ringan hingga berat. Akibatnya, fungsi paru-paru dalam mengelola oksigen dan karbondioksida bisa terganggu.
Jika gangguan pernapasan berat tidak segera ditangani, gangguan tersebut dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen dan berakibat fatal.
Penyebab Gangguan Pernapasan
Gangguan pernapasan disebabkan oleh penyakit yang menyerang saluran pernapasan, antara lain:
- Asma
- Infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur (pneumonia)
- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
- Penyumbatan pada pembuluh darah di paru-paru (emboli paru)
- Tekanan darah tinggi pada pembuluh darah di paru-paru (hipertensi pulmonal)
- Batuk rejan
- Infeksi pada epiglotis (epiglotitis)
- Tuberkulosis (TBC)
- Kanker paru-paru
Selain beberapa penyakit di atas, ada gangguan pernapasan yang lebih sering terjadi pada anak-anak, yaitu bronkiolitis dan bronkopneumonia. Bronkiolitis adalah peradangan di cabang bronkus terkecil (bronkiolus) yang disebabkan oleh infeksi respiratory syncytial virus (RSV), virus influenza, atau rhinovirus.
Sementara itu, bronkopneumonia adalah peradangan pada pipa saluran pernapasan (bronkus) dan kantung-kantung kecil di paru-paru (alveoli). Bronkopneumonia merupakan salah satu penyebab gangguan pernapasan tersering pada anak usia di bawah 2 tahun.
Gangguan pernapasan juga dapat terjadi akibat penyakit pada organ lain atau kondisi medis tertentu, di antaranya:
- Penyakit jantung, seperti penyakit jantung koroner, kelainan jantung bawaan, aritmia, dan gagal jantung
- Gagal ginjal kronis
- Gangguan saluran pencernaan, misalnya hernia hiatus
- Reaksi alergi, misalnya akibat debu, serbuk sari, atau bulu hewan yang terhirup
- Kekurangan oksigen ketika berada di ketinggian tertentu (altitute sickness)
- Serangan panik
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan pernapasan, yaitu:
- Merokok
- Terpapar polusi, alergen, atau gas beracun
- Menderita obesitas
- Mengalami stres berat
- Bepergian ke dataran tinggi
Gejala Gangguan Pernapasan
Gejala utama gangguan pernapasan adalah sesak napas atau napas terengah-engah. Selain itu, penderita gangguan pernapasan juga dapat mengalami gejala berikut:
- Demam
- Batuk kering, batuk berdahak, atau batuk berdarah
- Mengi atau bunyi “ngik” saat bernapas
- Sakit tenggorokan
- Suara parau
- Dada terasa seperti tertekan atau terikat
- Keringat dingin
- Gelisah
- Bengkak di kaki atau perut
Kapan harus ke dokter
Segera ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas. Pemeriksaan dan penanganan juga perlu segera dilakukan jika muncul gejala yang lebih serius, seperti:
- Batuk berkepanjangan (kronis)
- Nyeri dada
- Sesak napas meski tidak sedang beraktivitas
- Sesak napas tiba-tiba pada malam hari sehingga menyebabkan terbangun saat tidur
- Bibir atau ujung-ujung jari membiru (sianosis)
- Kulit tampak pucat
- Berkeringat banyak
- Tubuh terasa lemas dan terasa akan pingsan
Segera bawa bayi atau anak Anda ke dokter jika ia mengalami gangguan pernapasan dengan gejala berikut:
- Demam, pada bayi usia di bawah 6 bulan
- Napas cepat disertai dengan sela-sela iga tampak cekung (retraksi)
- Lubang hidung kembang kempis (nostril flare)
- Batuk parah disertai dengan tarikan napas melengking (whooping cough)
- Sianosis
Diagnosis Gangguan Pernapasan
Pasien gangguan pernapasan berat perlu segera diobati. Dokter akan memasang alat bantu pernapasan dan oksigen, serta memberikan cairan infus terlebih dahulu. Jika diperlukan, dokter akan meresepkan obat pelega pernapasan (bronkodilator) dalam bentuk suntik.
Bila kondisi pasien telah stabil, dokter akan bertanya seputar keluhan yang dialami pasien dan riwayat penyakitnya, kemudian melakukan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik, dokter juga akan memeriksa rongga mulut dan tenggorokan.
Selanjutnya, untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang meliputi:
- Tes darah, untuk mendeteksi infeksi, analisis gas darah, dan fungsi ginjal
- Foto Rontgen dada, untuk mendeteksi peradangan di paru-paru dan pembengkakan pada jantung
- Tes fungsi paru-paru (spirometri), untuk menilai volume udara yang dihirup dan dikeluarkan oleh pasien
- CT scan dada, untuk melihat tumor atau kanker pada rongga dada dan paru-paru
- Ekokardiogram, untuk melihat struktur dan kerja katup jantung
- Tes fungsi paru, untuk mengetahui kapasitas udara yang masuk dan keluar dari paru-paru
- Rekam jantung dan stress test, untuk mendeteksi penyakit jantung koroner
Pengobatan Gangguan Pernapasan
Pengobatan gangguan pernapasan akan disesuaikan dengan penyebabnya. Sebagai contoh, untuk mengatasi gangguan pernapasan akibat asma, dokter dapat memberikan salbutamol dan kortikosteroid dalam bentuk hirup (inhaler) atau tablet.
Sementara itu, untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter dapat memberikan antibiotik. Pasien juga akan diberikan obat batuk untuk meredakan batuk dan mengencerkan dahak sehingga dapat beristirahat guna mempercepat proses pemulihan.
Pada pasien gangguan pernapasan akibat gagal jantung, dokter akan meresepkan obat diuretik untuk mengurangi penumpukan cairan. Dokter juga akan memberikan obat penurun tekanan darah dan digoxin untuk memperbaiki kerja jantung.
Untuk mengatasi gangguan pernapasan pada pasien gagal ginjal kronis, dokter akan menyarankan prosedur cuci darah. Hal ini karena gagal ginjal kronis sering menyebabkan cairan menumpuk di paru-paru sehingga mengakibatkan gangguan pernapasan.
Sebagai pengobatan lanjutan, dokter dapat menyarankan terapi rehabilitasi paru-paru (chest physiotherapy) untuk memulihkan kondisi pasien.
Gangguan pernapasan juga bisa terjadi akibat serangan panik dan gangguan cemas. Untuk mengatasi kondisi tersebut, pasien akan disarankan untuk menjalani terapi perilaku kognitif.
Komplikasi Gangguan Pernapasan
Komplikasi gangguan pernapasan dapat bervariasi, tergantung pada penyebabnya, antara lain:
- Pecahnya pembuluh darah mata karena batuk keras
- Kekurangan oksigen (hipoksia dan hipoksemia)
- Sepsis
- Gagal napas
- Pneumothorax
- Asidosis atau alkalosis respiratorik
- Gagal jantung
- Syok
- Kematian
Pencegahan Gangguan Pernapasan
Untuk mencegah terjadinya gangguan pernapasan, beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:
- Cegah penyakit infeksi paru dengan cuci tangan rutin menggunakan sabun dan air mengalir, serta hindari kontak dengan orang sakit.
- Jalani vaksinasi pneumonia dan pastikan anak mendapat imunisasi.
- Jangan merokok.
- Hindari paparan polusi udara.
- Hindari paparan alergen atau bahan kimia yang dapat menyebabkan reaksi alergi dan asma kambuh.
- Turunkan berat badan jika menderita obesitas.
- Konsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang, serta berolahraga secara teratur.
- Pastikan untuk tidur dan beristirahat yang cukup.
- Kelola stres dengan baik.
Jika Anda menderita penyakit paru, jantung, atau ginjal yang kronis, jalani pengobatan dan lakukan kontrol rutin untuk mengurangi risiko timbulnya gangguan pernapasan.