Gejala angin duduk sering kali mirip dengan kondisi medis lain. Padahal bila telat ditangani, angin duduk bisa membahayakan nyawa.
Angina pectoris atau angin duduk ditandai dengan nyeri dada berdenyut. Kondisi ini terjadi ketika jantung tidak cukup menerima darah yang kaya akan oksigen, sehingga jantung akan berdetak lebih keras untuk mendapatkan darah. Kondisi inilah yang menyebabkan nyeri dada.
Angin duduk bukanlah penyakit, melainkan gejala dan tanda dari penyakit jantung. Sayangnya, gejala angin duduk sering sulit dibedakan dengan kondisi medis lain yang juga dapat menyebabkan nyeri dada.
Gejala Angin Duduk
Untuk membedakannya dengan kondisi medis lain, Anda perlu mengetahui ciri khas nyeri dada akibat angin duduk. Berbeda dengan nyeri dada akibat kondisi medis lain, nyeri dada akibat angin duduk menimbulkan gejala berupa dada terasa seperti terbakar, sesak, seperti diremas, maupun seperti tertimpa beban berat.
Nyeri dada sebagai gejala angin duduk biasanya dimulai dari belakang tulang dada bagian tengah dan menjalar ke bagian lain, seperti leher, rahang, bahu, lengan, punggung, maupun perut. Sering kali, lokasi nyeri dada ini tidak spesifik.
Selain nyeri dada, gejala angin duduk yang juga bisa dirasakan adalah:
- Pusing
- Mudah lelah
- Mual
- Sesak napas
- Berkeringat
Namun, gejala angin duduk pada wanita sedikit berbeda dengan gejala umumnya. Sebab pada sebagian wanita, angin duduk justru tidak menimbulkan keluhan nyeri dada sebagai gejala utamanya. Hal ini menyebabkan wanita yang mengalami angin duduk sering terlambat mendapatkan pengobatan.
Beberapa wanita mungkin mengalami gejala angin duduk sebagai berikut:
- Rasa tidak nyaman di leher, rahang, gigi, dan punggung
- Nyeri dada seperti tertusuk
- Sesak napas
- Mual
- Sakit perut
Perbedaan gejala angin duduk pada pria dan wanita diduga berkaitan dengan lokasi penyumbatan pembuluh darah di jantung. Pria lebih sering mengalami penyumbatan di arteri koroner, sedangkan wanita mengalmi penyumbatan di percabangan arteri koroner yang lebih kecil.
Tingkat keparahan dan durasi gejala angin duduk bisa berbeda pada setiap orang. Bila Anda merasakan gejala angin duduk yang sangat parah, segeralah periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.
Pengobatan Angin Duduk
Berhenti merokok, rutin berolahraga dan menjaga berat badan ideal, mengurangi konsumsi garam maupun makanan berlemak, tidak minum minuman beralkohol, tidak merokok, serta mengelola stres dengan bijak adalah beberapa gaya hidup sehat untuk menjaga kesehatan jantung yang merupakan bagian penting dari pengobatan angin duduk.
Namun, jika telah menerapkan pola hidup sehat tetapi angin duduk masih sering kambuh atau gejalanya tidak berkurang, maka konsumsi obat-obatan medis perlu dilakukan. Beberapa obat yang dapat diresepkan dokter untuk mengatasi gejala angin duduk adalah:
Nitrat
Nitrat akan melemaskan dan melebarkan pembuluh darah. Dengan begitu, aliran darah menuju jantung menjadi lancar dan gejala angin duduk pun akan mereda.
Jenis nitrat yang paling sering digunakan dalam pengobatan angin duduk adalah nitrogliserin yang tersedia dalam bentuk pil. Biasanya obat ini dikonsumsi sebelum melakukan aktivitas yang memicu gejala angin duduk, misalnya berolahraga.
Aspirin
Pilihan obat lain yang dapat mengatasi gejala angin duduk adalah aspirin. Obat ini akan mengencerkan darah dan membuatnya lebih mudah mengalir melalui pembuluh darah yang telah menyempit.
Konsumsi pil aspirin dengan dosis rendah bisa dilakukan sebagai upaya pencegahan untuk mereka yang berisiko mengalami angin duduk. Namun, tindakan ini hanya bisa dilakukan sesuai dengan arahan dokter.
Penghambat beta
Obat ini sering kali digunakan apabila gejala angin duduk muncul ketika seseorang sedang berolahraga atau melakukan aktivitas berat. Penghambat beta akan mengatasi gejala angin duduk dengan memperlambat detak jantung selama melakukan aktivitas fisik yang berat.
Selain dikonsumsi saat gejala angin duduk mulai terasa, obat penghambat beta berbentuk tablet biasanya dikonsumsi 1 kali setiap hari.
Antagonis kalsium
Antagonis kalsium dapat mengurangi gejala angin duduk dengan cara melemaskan dan melebarkan pembuluh darah. Dengan begitu, aliran darah ke jantung pun akan meningkat.
Umumnya, antagonis kalsium diresepkan oleh dokter apabila terjadi efek samping karena konsumsi nitrat maupun penghambat beta. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dan umumnya dikonsumsi sekali sehari pada jam yang sama, baik pagi atau malam hari.
Statin
Statin biasanya dikonsumsi oleh orang yang mengalami gejala angin duduk dengan hiperkolesterolemia atau kolesterol tinggi. Statin bekerja dengan cara mencegah penyumbatan pembuluh darah oleh kolesterol.
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet yang dapat dikonsumsi 1 kali sehari pada jam yang sama setiap harinya. Biasa obat golongan statin lebih disarankan untuk dikonsumsi pada malam hari.
Ranolazine
Ranolazine termasuk obat jenis baru yang digunakan untuk mengatasi gejala angin duduk. Meski masih baru, obat ini tidak kalah ampuhnya dalam mengatasi gejala angin duduk dan dapat dijadikan pilihan apabila kondisi Anda belum membaik meskipun telah mengonsumsi obat-obatan di atas. Ranolazine tersedia dalam bentuk tablet dan dikonsumsi sebanyak 2 kali sehari.
Selain dengan mengonsumsi obat-obatan, terkadang dokter juga merekomendasikan terapi Enhanced External Counterpulsation (EECP). Tindakan ini akan meningkatkan aliran darah ke jantung, sehingga gejala angin duduk teratasi.
Pada dasarnya, gejala angin duduk dapat diobati dengan menerapkan gaya hidup sehat. Namun, jika perubahan gaya hidup belum efektif dalam mengatasi angin duduk, penanganan selanjutnya yang bisa dilakukan adalah dengan mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter, maupun menjalani tindakan medis tertentu.
Bila gejala angin duduk tetap muncul, kambuh, atau muncul keluhan baru, jangan menunda untuk memeriksakan diri ke dokter. Dengan begitu, dokter dapat menentukan penanganan yang sesuai, misalnya dengan operasi angioplasty dan pemasangan ring, atau operasi bypass jantung.